First Step_My House (II)

8 6 0
                                    

Enjoyヾ(^-^)ノ

Setelah selesai dengan acara sarapan mereka, satu persatu pun keluar dari rungan itu.

Zaussel dan Fany tak bergerak dari tempat duduk mereka.

Mata merah itu mengawasi satu persatu maid yang membersihkan meja makan tersebut, dan menangkap sosok yang familiar, Anna, maid pertama Lévita saat datang ke kediaman Duvesa.

Zaussel tetap diam sembari menimbang-nimbang apakah dia harus menyingkirkannya sekarang, atau menunggu sampai Lévita masuk ke kediamannya sebagai anak angkat sang paman.

Tapi itu akan memakan waktu selama dua tahun.

Dan Zaussel tidak ingin mengambil resiko yang akan membuatnya gagal dalam balas dendamnya kali ini.

Jika ingin mengambil resiko, maka dia harus mencari sekutu yang kuat. Tapi siapa?

Sosok seorang pria pucat dengan perawakan dingin muncul dalam benaknya.

'Ah benar juga, Aiden Le Viorz, putra mahkota dari Kerajaan Morteivel. Dia akan sempurna sebagai sekutu. Itu artinya aku harus pergi ke guild penjual budak perang.' batin Zaussel saat menemukan sosok yang diyakini akan berguna untuknya nanti.

Aiden Le Viorz, merupakan putra mahkota dari Kerajaan Morteivel. Seluruh keluarganya dibantai setahun lalu oleh putra mahkota kerajaan Anantram, orang yang menghunuskan pedangnya dan membunuh Zaussel dimasa lalu.

Dia menyerang kediaman Putra Mahkota seorang diri, dan membantai hampir seluruh pasukan khususnya.

Jika dia punya penyokong yang tepat, maka akan mudah membunuh bajingan itu.

Tapi sayangnya tidak, dan dia dihukum pancung di alun-alun kota.

'Well, apa aku mencari dia saja? Sekarang tahun ke-579, mungkin dia sudah berada di guild penjual tawanan perang. Aku harus bergegas.', batin Zaussel lalu beranjak dari kursinya di ekori Fany, dan tatapan yang sulit diartikan dari para maid yang sedari tadi mengamati Lady Duvesa tersebut.

"Bersiaplah Fany, ada tempat yang harus aku tuju. Ambil semua permata di laci perhiasan ku, kecuali yang terbuat dari Ruby dan Black diamond. Lalu temui aku di belakang kediaman.", ujarnya tanpa berbalik dan terus berjalan kearah belakang kediamannya.

Tanpa menjawab, Fany langsung melaksanakan tugas yang diberikan sang lady. 

Mengumpulkan semua permata yang di maksud lalu memasukkannya kedalam kantung berwarna biru beludru.

Lalu beranjak keluar melalui balkon kamar Zaussel.

Mata Fany bergulir, mencari keberadaan sang lady, dan didapati lah Zaussel sedang berdiri di bawah sebuah pohon besar dengan sepasang kuda hitam yang entah dia dapat dari mana.

Saat mendekat, ada sosok lain yang berada di sisi sang lady, seorang pria berjubah.

"Kuda ini bagus, tapi aku perlu yang lebih pintar", ujar Zaussel.

Saat itulah Fany menyadari, kalau sosok berjubah itu merupakan anggota guild penjual budak.

"Kalau Nona tidak keberatan, mari kita melihat-lihat peliharaan saya", ujar sosok itu sambil membuka tudung jubahnya.

Pria pertengahan abad tersebut tersenyum lalu berjalan sambil memegang tali pengekangan kedua kuda tersebut, kemudian diikuti oleh mereka berdua.

Melewati beberapa gang dan distrik, sampailah mereka ke sebuah tempat penjualan kuda. Tapi bukannya berhenti di sana, mereka terus berjalan hingga sampai disebuah gudang penyimpanan makanan.

"Oh ada tamu yah, apa yang ingin mereka cari?" Tanya pria lain yang berada dalam ruangan tersebut.

"Mereka ingin melihat 'kuda yang lebih pintar', Sir.", jawab pria yang bersama dengan Zaussel.

Melihat sikap pria disampingnya ini, Zaussel menduga orang didepannya itu memiliki posisi yang lebih tinggi.

"Oh silahkan, mereka ada didalam.", ujar pria yang lebih muda tadi setelah mendengarkan ucapan sang bawahan.

'Kuda yang lebih pintar' merupakan kata kunci jika ingin membeli budak, Zaussel cukup beruntung mereka melewati kediaman.

Jadi dia tidak perlu membuang-buang waktu untuk mencari mereka lagi.

Pria yang berada didalam gudang itu pun membawa Zaussel dan Fany melewati semacam labirin yang dibangun oleh rumput pakan kuda. Dan sampailah mereka di sebuah ruangan seperti penjara yang sangat panjang.

"Silahkan dilihat-lihat", ujar pria itu lalu memiringkan tubuhnya, memberikan akses bagi kedua gadis itu.

Matanya memicing karna cukup heran, bagaimana anak sekecil itu bisa masuk ke tempat ini tanpa takut dan curiga sedikit pun.

Melihat perilaku gadis yang lebih tua di belakangnya, maka dapat disimpulkan bahwa gadis kecil tersebut mungkin adalah nona bangswan.

Rambut hitam dan iris ruby nya tidak asing. Tapi dia masih bingung, siapa sebenarnya gadis kecil itu.

'Tunggu sebentar, apa jangan-jangan dia keturunan terakhir Duke Duvesa sebelum menghilang? Wah ini sebuah jackpot. ' batin pria itu setelah menyadari siapa gadis kecil yang datang ke guild nya ini.

Berbeda dengan Fany yang cukup waspada, Zaussel tetap tenang. Matanya terus menelisik mencari keberadaan orang yang dia cari.

Hingga matanya menangkap sosok berambut hitam yang sedang tertunduk lesu disalah satu ruangan yang menyerupai sel penjara tersebut.

'Ketemu', batin Zaussel lalu mendekat kearah sosok tersebut.

"Aiden", panggil Zaussel yang sontak membuat pria itu mengangkat wajahnya.

"Aku beli dia, Fany berikan kantung perhiasan itu padanya.", ujar Zaussel setelah melihat respon pihak lain.

Fany mengeluarkan kantung biru beludru tersebut dan memberikannya pada pria dibelakang mereka itu.

Melihat banyaknya perhiasan dalam kantong tersebut membuat pria itu heran. Uang ini lebih banyak dari harga sang budak. Terdapat permata langka Safir, Zamrud, Emerald yang harganya cukup fantastis saat ini.

"Sisanya palsukan data budak ini, aku akan menjemputnya besok", tambah Zaussel lagi sembari menekan gembok yang digunakan untuk mengunci lelaki tersebut hingga hancur.

" Ayo, aku akan membantu mu membunuh para bajingan itu." Ujar Zaussel yang membuat iris kelam tersebut mengarah pada nya.



Yuhuu up lagi hehe
Mungkin agak ambruadul but I hope you like it
Jangan lupa vote dan komen yahh
ヾ(^-^)ノ
Original Story by:인탄 .M04

Yes I'm A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang