Tanpa Status

5 1 0
                                    

Malam ini adalah malam bahagia bagi seorang gadis cantik berusia 20 tahun yang bernama Aruna, karena malam ini dia akan dikenalkan ke orangtua kekasihnya yang bernama Rasyid.

Aruna terus berada didepan cermin untuk melihat penampilannya, apakah ia sudah layak untuk bertemu dengan calon mertuanya.

"Apakah penampilanku sudah baik?" ucap Aruna didalam hati.

Beberapa saat kemudian, seseorang mengetuk pintu rumah kontrakan Aruna, Aruna yang mendengar suara ketukan pintu tersebut kemudian pergi untuk membuka pintunya.

"Mas Rasyid cepat sekali, aku belum benar-benar siap!" ucap Aruna setelah membuka pintu dan melihat siapa orang yang mengetuk pintunya. Rasyid tersenyum pada Aruna dan kemudian berkata, "Sudah begini saja! Kamu sudah terlihat rapi dan cantik, kok. Ayo berangkat!" Aruna menolak, "Jangan sekarang, Mas! Aku masih gugup!"

"Ayolah, tidak apa-apa, ada aku!" ucap Rasyid yang mencoba meyakinkan Aruna.

"Tunggu sebentar lagi ya, Mas?" pinta Aruna. Rasyid menjawab, "Baiklah!" Saat ini Aruna benar-benar masih sangat gugup, karena ini adalah ketiga kalinya ia akan dikenalkan ke orang tua calon suaminya, ia sangat takut akan kejadian dahulu, ketika Aruna ditolak oleh keluarga calon suaminya karena status keluarga Aruna yang dianggap tidak jelas.

Beberapa saat kemudian, Aruna dan Rasyid berangkat ke rumah Rasyid. Sesampainya disana, Aruna disambut baik oleh kedua orangtua Rasyid karena penampilan Aruna yang dianggap sopan yaitu dengan memakai baju lengan panjang dan celana panjang, wanita seperti inilah yang dicari oleh orangtua Rasyid, bukan kedua mantan Rasyid yang berpenampilan sangat seksi.

"Silahkan duduk!" ucap Moza yang tak lain adalah ibu dari Rasyid yang mempersilahkan Aruna untuk duduk di kursi meja makan.

"Bagaimana kali ini?" tanya Rasyid pada kedua orangtuanya.

"Ini yang cocok untukmu, bukan seperti kedua mantanmu itu, ini bisa menjadi istri yang baik untukmu!" jawab ayah Rasyid yang bernama Andara. Mendengar jawaban dari ayahnya, Rasyid tersenyum karena baru kali ini, orangtuanya itu menyukai wanita pilihannya.

"Rumahmu dimana, Aruna?" tanya Moza pada Aruna.

"Saya belum punya rumah sendiri, Tan! Saya masih mengontrak di mekar sari," jawab Aruna yang kemudian menundukkan kepalanya karena merasa tak pantas berada didalam keluarga Rasyid yang kaya raya. Akan tetapi, sebenarnya keluarga Rasyid tidak memandang materi.

"Tidak apa, yang penting ada tempat untuk berteduh, sepertinya kamu wanita pekerja keras, saya suka dengan wanita sepertimu, jadilah menantu saya!" ucap Moza.

"Jadi kapan kamu mau menemui orangtua Aruna untuk melamarnya, Rasyid?" tanya Andara pada putra sulungnya tersebut. Rasyid menjawab, "Aruna sudah tidak memiliki orangtua, Yah!"

"Mengapa? Apakah kedua orangtua Aruna sudah meninggal?" tanya Moza. Aruna kemudian menjawab, "Tidak, Tan! Sebenarnya saya sudah tidak punya orangtua sedari bayi dan saya ditemukan di pinggir jalan oleh Ibu panti yang kemudian mengasuh saya!"

"Apa?" ucap Moza dan Andara secara bersamaan.

"Rasyid, ini sudah ketiga kalinya kamu gagal mencari menantu yang baik untuk kami!" ucap Andara.

"Bisa jadi dia anak hasil zina, kan?" sahut Moza. Rasyid kemudian membela kekasihnya, "Belum tentu, Bun!"

"Kalau bukan anak dari hasil hubungan gelap, mengapa dibuang?" tanya Moza.

"Ayah tidak akan merestui hubungan kalian!" ucap Andara. Moza kemudian menyahuti, "Bunda juga!"

"Ayah, Bunda! Kalau Aruna anak hasil zina, emangnya kenapa? Yang bersalah itu orangtuanya bukan dia!" ucap Rasyid yang membela Aruna. Melihat kekasihnya yang bertengkar dengan kedua orangtuanya, Aruna berkata, "Sudahlah, Mas! Mungkin kita tidak berjodoh." Setelah berkata, Aruna pergi keluar dari rumah Rasyid, Rasyid hendak mengejar Aruna. Namun, ia dihalangi oleh kedua orangtuanya.

Ketika Aruna masih berada ditengah jalan, tiba-tiba terdengar suara petir dan tak selang berapa lama, hujan turun sangat deras. Aruna menangis disepanjang jalan dan berkat air hujan, air mata Aruna dapat tersapu.

"Siapa orangtuaku sebenarnya? Mengapa mereka membuangku, apa benar aku adalah anak hasil zina? Jika memang aku anak hasil zina. Mengapa aku yang harus menanggung kesalahan dan dosa dari kedua orangtuaku?" ucap Aruna sambil menangis ditengah hujan yang begitu deras dan petir yang menyambar.

Keesokan harinya, Aruna pergi ke sebuah restoran untuk bekerja seperti biasa. Disana ia langsung bertemu dengan temannya.

"Aruna, tolong bawa ini ke meja nomer dua ya?" ucap Nadia yang tak lain adalah teman Aruna tersebut.

Ketika sampai di meja nomer dua, Aruna meletakkan makanan dan minuman yang ada diatas nampan tersebut ke atas meja sembari berkata, "Silahkan dinikmati!"

"Terimakasih!" jawab tiga orang yang ada disana. Setelah itu, Aruna kembali ke Nadia dan bertanya apa ada tugas lagi untuknya, "Apa ada lagi yang bisa dibantu?"

"Ini ada pesanan online, tolong kamu antar ke alamat yang tertera disini!" jawab Nadia sembari memberikan plastik yang berisi makanan pada Aruna. Aruna tersenyum dan kemudian menerimanya dan pergi ke alamat yang telah diberikan padanya.

Aruna memilih berjalan kaki untuk ke alamat tersebut karena letaknya tidak begitu jauh dan sekalian olahraga pagi. Ketika hendak menyeberang, Aruna hampir saja tertabrak mobil, untung dia dapat menghindar. Pengendara mobil tersebut langsung turun dari mobilnya dan menemui Aruna untuk meminta maaf atas kecerobohannya.

"Dik, maaf! Saya tidak sengaja, tadi saya sedang buru-buru," ucap seorang pria paruh baya.

"Tidak apa-apa, Pak! Saya juga tidak terluka," jawab Aruna sambil tersenyum dan kemudian pergi dari sana.

"Syukurlah tidak terjadi apa-apa! Ayo, Bun. Kita lanjut jalan lagi!" ajak pria paruh baya itu pada istrinya yang melamun. "Bun?" ucapnya lagi.

"Ayah, jika saja bayi perempuan kita tidak hilang karena di culik, pasti sekarang sudah sebesar gadis tadi?" ucap seorang wanita paruh baya.

"Sudahlah, Bunda. Jangan ingat-ingat lagi peristiwa itu!" ucap seorang pemuda yang sepertinya adalah anak sulung mereka yang kemudian pergi masuk kedalam mobil.

Malam hari kemudian, seorang pemuda tampan duduk termenung diluar rumah mewah berlantai tiga.

"Mencoba melupakan segalanya, tapi ternyata itu semua sulit," ucap pemuda tersebut. Ingatan masa lalu yang pahit itu kembali teringat didalam pikiran pemuda yang berusia sekitar 36 tahun tersebut.

Seorang remaja berusia 15 tahun sedang main disebuah taman sambil mendorong baby stroller atau kereta dorongan bayi, didalam kereta itu terdapat adiknya yang masih berusia 2 bulan. Ketika ia sedang asik bermain dengan adik bayinya itu, dua orang remaja seusianya datang menghampirinya.

"Sean, lagi apa kamu?" tanyanya.

"Jagain dedek bayi nih, orangtuaku lagi sibuk!" jawab Sean. Ketika Sean dan temannya sedang asik bicara dan bermain dengan bayi yang ada didalam baby stroller tersebut, tiba-tiba mereka berdua melihat Melissa yang merupakan teman mereka mengalami kecelakaan di jalan.

"Melissa?" teriak keduanya. Karena panik, kedua remaja itu langsung pergi ke jalan tersebut dan lupa dengan bayi yang ada didalam baby stroller tersebut. Tanpa mereka berdua ketahui, seorang pria bertopeng mendekati baby stroller tersebut dan mengambil bayi yang ada didalamnya.

"Andai saja aku tidak meninggalkanmu, mungkin kamu masih ada disini, Aubrey?" ucapnya setelah tersadar dari lamunannya. "Bertahun-tahun kakak selalu dihantui dengan rasa bersalah ini, kapan kamu ditemukan, agar hidup kakak bisa tenang, tanpa dihantui rasa bersalah, Dik?" lanjutnya.

Gadis Tak BernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang