Keesokan harinya, Aruna pergi ke restoran milik Nadia untuk bekerja disana.
Sesampainya disana, Nadia langsung memanggil Aruna, "Aruna?" Aruna menjawab, "Iya?"
"Kemarilah!" ucap Nadia. Aruna kemudian berjalan menghampiri Nadia. Ketika sudah sampai, Nadia memberikan sebuah amplop berwarna coklat pada Aruna, karena bingung dengan maksud dari Nadia, Aruna kemudian bertanya pada Nadia, "Ini maksudnya apa, Nadia? Bukankah ini bukan hari gajian untukku?" Nadia menjawab, "Ini pesangon untukmu, mulai detik ini kamu di pecat!"
Aruna merasa sangat bingung pada temannya, mengapa temannya itu bisa tega memecatnya.
"Apa salahku, Nadia?" Aruna bertanya pada temannya, mengenai apa kesalahannya hingga membuatnya dipecat oleh Nadia.
"Aku tidak menyangka, kamu bisa berkhianat padaku, Aruna? Apa kebaikanku selama ini masih kurang untukmu?" jawab Nadia.
"Aku tak mengerti apa maksudmu, Nadia?" ucap Aruna. Nadia menjawab, "Ternyata kamu yang selama ini melakukan korupsi di restoran ini, kemarin Vina melihatmu ke ruangan ku dan mengambil uang yang merupakan modal untuk restoran ini, tadinya aku tak percaya! Namun, setelah Vina menunjukkan rekaman Vidio itu, aku tak bisa mengelak lagi. Mengapa kamu lakukan ini padaku, Aruna?"
"Tidak, bukan aku, Nadia. Vina yang menyuruhku mengambil uang itu, dia bilang itu atas perintahmu, dan uang tersebut sudah aku berikan padanya!" jawab Aruna dengan jujur, karena memang benar ia disuruh oleh Vina untuk mengambil uang di sore hari kemarin.
"Lalu, ini apa?" tanya Nadia sembari menunjukkan beberapa lembar uang pada Aruna. "Ini, aku temukan di kamar tempatmu biasa beristirahat?" lanjutnya.
"Aku tidak mengerti mengapa bisa ada disana, mungkin ada yang sengaja menaruhnya di sana?" jawab Aruna.
"Sudahlah Aruna, mengaku saja!" ucap Vina yang tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua. "Nadia, janganlah percaya padanya, mana ada maling ngaku?" lanjutnya.
"Aruna aku kecewa padamu, aku bisa memaafkan kesalahan orang, karena tidak ada satu orangpun di dunia ini yang terlepas dari kesalahan, tapi sungguh aku tak bisa memaafkan kejahatan. Kejahatan, tetaplah kejahatan!" ucap Nadia yang kemudian pergi dari sana.
"Nadia?" panggil Aruna yang tak di dengarkan oleh Nadia.
"Emang enak difitnah?" ucap Vina setelah Nadia benar-benar pergi.
"Jadi benar, kamu yang telah fitnah aku?" tanya Aruna. Vina tersenyum sinis dan kemudian menjawab, "Iya. Lagian ini ya, aku yang paling pantas berada disini, aku lebih pintar darimu yang cuman anak panti!"
"Aku tak menyangka kamu sejahat ini padaku, Vina?" ucap Aruna. Vina berkata, "Ini baru awal, Aruna. Aku akan merebut restoran ini dari tangan Nadia, sebelum itu aku akan menyingkirkan orang-orang yang ada disini, yang aku anggap sebagai musuh!"
"Jahat kamu, aku akan beri tahu Nadia, tapi tidak sekarang, aku akan cari bukti dulu," ucap Aruna. "Satu hal yang harus kamu ingat, kebohongan tidak akan selamanya menang, pasti akan terkalahkan oleh kebenaran!" lanjutnya.
Siang hari kemudian, Aruna pergi dari rumahnya untuk mencari pekerjaan. Aruna berhenti didepan hotel yang terdapat tulisan lowongan pekerjaan untuk bagian resepsionis yang ada disana. Aruna kemudian masuk kedalam hotel tersebut untuk melamar, ketika Aruna hendak masuk, ia tak sengaja menabrak seorang pemuda yang sepertinya adalah petinggi dari hotel tersebut. Aruna yang gugup kemudian meminta maaf pada pemuda tersebut, "Maaf, saya tidak sengaja, maaf ya?"
"Tak apa!" jawab pemuda tersebut. "Sebentar, kamu bukannya yang kemarin hampir tertabrak mobil yang dikendarai ayah saya?" lanjutnya.
"Oh, Iya!" jawab Aruna.
"Sedang apa kamu di Hotel Andara ini?" tanyanya.
"Saya ingin melamar pekerjaan sebagai resepsionis, Pak!" jawab Aruna.
"Baiklah," ucapnya yang kemudian pergi dari sana. Diluar, pemuda tadi menghubungi seseorang.
"Hallo, Harlen tolong nanti jika ada seorang gadis yang berpakaian baju berwarna coklat dan berkuncir satu masuk kedalam ruanganmu untuk melamar sebagai resepsionis, langsung terimalah!" ucapnya.
"Baik, Pak Sean!" jawab Harlen dengan patuh pada general manager yang merupakan atasannya tersebut.
Aruna pergi kesebuah ruangan untuk menemui seseorang yang ada disana.
"Permisi?" ucapnya.
"Silahkan, masuk!" jawab seorang pria. Aruna kemudian masuk kedalam dan duduk di kursi yang terletak di depan seorang pria.
"Baju coklat, kuncir satu. Sepertinya dia yang dimaksud Tuan Sean tadi?" ucap Harlen didalam hati.
"Saya ingin melamar pekerjaan disini, Pak?" ucap Aruna.
"Siapa namamu?" tanya Harlen. Aruna menjawab, "Aruna, Pak!"
"Mana dokumennya?" pinta Harlen pada Aruna.
"Ini, Pak!" ucap Aruna sembari menyerahkan dokumen yang berisi data dirinya.
"Kamu bukan sarjana ya?" tanya Harlen.
"Saya belum kuliah, Pak. Saya tidak ada biaya untuk kuliah, jadi saya memutuskan untuk bekerja saja dulu!" jawab Aruna.
"Baiklah, tidak apa! Mulai besok pagi kamu sudah bisa bekerja di Andara Hotels sebagai Resepsionis!" ucap Harlen. Aruna tersenyum dan kemudian menjawab, "Baik, Pak! Terimakasih."
"Sama-sama!" ucap Harlen.
Keesokan harinya, Aruna sudah aktif bekerja di Andara Hotels sebagai seorang resepsionis. Aruna duduk di kursi resepsionis untuk menunggu tamu yang akan datang dan menginap di hotel tersebut.
Beberapa saat kemudian, seorang pemuda tampan masuk ke dalam hotel untuk memesan sebuah kamar.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" ucap Aruna dengan sopan.
"Saya ingin menginap selama tiga hari disini, apakah masih ada kamar VVIP yang kosong?" tanya pemuda tersebut.
"Sebentar, Pak. Saya cek dulu!" ucap Aruna yang kemudian mengecek data. Setelah selesai, Aruna berkata, "Masih, Pak! Kamar nomer tiga kebetulan masih kosong."
"Baik, saya booking kamar tersebut!" jawab pemuda tersebut.
"Baik, atas nama siapa ya, Pak?" tanya Aruna.
"Adrian Ricardo!" jawabnya. Aruna kemudian menulis nama tersebut sebagai data dan kemudian Aruna mencari kunci kamar nomer tiga tersebut dan kemudian memberikan kunci tersebut pada Adrian itu. Adrian kemudian pergi dari sana untuk menuju ke kamar nomer tiga tersebut.
Didalam kamar, Adrian rebahan di kasur sambil membayangkan wajah resepsionis yang melayaninya tadi.
"Dia cantik sekali, sepertinya aku telah jatuh cinta dari pandangan pertama. Gadis itu harus menjadi milikku!" batinnya.
Siang hari kemudian, Aruna hendak makan siang, Aruna sudah membuka bekalnya. Namun, Adrian tiba-tiba menghampirinya. Aruna menutup kembali bekalnya dan bertanya pada Adrian, "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Adrian menggelengkan kepalanya dan kemudian menjawab, "Tak ada, saya hanya ingin makan siang tapi tidak ada teman, maukah anda menemani saya?"
"Tapi saya membawa bekal, Pak?" jawab Aruna.
"Saya akan beli makanan luar, dan kita makan bersama disini!" ucap Adrian. Aruna menjawab, "Baiklah, Pak!"
"Panggil saja, Adrian atau Mas, jangan Pak!" pinta Adrian. Aruna menjawab, "Baik, Mas!" Adrian kemudian menghubungi seseorang untuk memesan makanan. Sembari menunggu, Adrian mengajak Aruna ngobrol.
"Siapa namamu?" tanya Adrian.
"Aruna, Mas!" jawab Aruna.
"Kamu cantik, mengapa tidak kuliah saja, kamu itu sangat muda, mengapa lebih memilih untuk bekerja?" tanya Adrian. Aruna menjawab, "Saya tidak punya biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, saya hidup sebatang kara, Mas!"
"Maaf, saya tidak tahu jika-"
"Tak apa, Mas!" jawab Aruna seraya memotong ucapan Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Tak Bernoda
RomanceAruna Nazaha Asheila adalah seorang gadis yang tinggal di panti asuhan, Aruna ditemukan oleh ibu panti dipinggir jalan ketika ia masih bayi. Asal-usul Aruna yang tidak jelas ini, membuat Aruna gagal menikah berkali-kali, karena keluarga kekasi...