Bercak Darah

18 4 0
                                    

Tidak ada titik temu, meski sudah ditelurusi ke manapun. Yang aku tahu, ada beberapa serpihan kaca yang tergeletak di atas lantai. Darah kental itu menyengat menusuk indera penciumanku.

Frame yang terlihat klasik sangat mencuri perhatianku. Sejak kemarin hingga hari ini, beberapa pulau di bagian selatan telah berhasil dikepung oleh perompak. Aku pikir ini lelucon untuk menghalau musuh. Nyatanya, ini jauh lebih menjengkelkan dari yang aku bayangkan.

Batu-batu besar seakan .enjadi pembatas untuk mereka yang melintas melewati perbatasan. Aku yakin, bubuk bunga yang kutanam akan bermanfaat untuk mengecoh musuh.

Harusnya aku memikirkan itu jauh sebelum hari ini tiba. Faktanya, aku tertidur terlalu lama bagai seorang putri yang menunggu pangeran. Menyebalkan!

"Bangun! Lo pikir ini tempat buat pengemis?"

"Santai dong, gue numpang tidur sebentar."

"Ya, ya, nggak peduli, pergi sana!"

Sial! Ini sudah kelewatan, dia pikir negara ini bisa aman dan damai, siapa yang jaga kalau bukan aku dan timku.

Seenaknya mengusir orang lain, aku paham sekarang, banyak dari mereka yang merendahkan orang lain karena penampilan. Ya tidak salah, karena itu selalu menjadi tolak ukur bagi mereka yang tak peduli dengan perasaan orang lain.

Sejenak aku terdiam, saat aku melihat sebuah plastik hitam yang terselip di balik kursi panjang yang aku tempati.

"Darah?"

Apa benar mereka datang melakukan kejahatan di daerah ini? Wilayah yang sedang dalam pantauan, mungkinkah?

Ah, masa bodo, yang aku tahu ini bukan sekali aku melihatnya, setidaknya manusia bisa berpikir untuk tidak percaya pada mereka yang orang asing. Terkadang, ada hal yang tidak bisa dijelaskan oleh kata, tapi tindakan bisa membuktikan segalanya.

✨✨
Publish 1 Juli 2022

Re-publish, 22.12.2022

Bukan Prasasti  ✅Where stories live. Discover now