01

161 18 4
                                    

'Kaca suram dan serbet kotor'
*
*
*

Cklekk...

Bunyi pintu menggema dalam lingkup sunyi. Tak ada suara deritan menandakan pintu itu selalu terawat atau mungkin baru. Sepasang mata itu menatap objek didepannya sarat akan kesedihan. Pria itu menggigit bibirnya merasa tak kuasa melihat pemandangan yang terus berulang. Ia ingin menangis dan mengalihkan rasa sakit itu. Rasa sakit yang membelenggu seseorang didepannya.

"Selamat sore Kou-chan" sapa dokter tampan bernametag Oikawa Tooru. Selama ini ia rela meninggalkan impiannya menjadi seorang atlit voli provesional. Dan memilih belajar psychologi demi seorang pria didepannya.

Bukan rasa cinta ataupun iba. Namun rasa bersalah itu seperti rantai yang mengikat leher dan semua jarinya. Ia menyesali masa lalunya. Menyesali akan kebodohannya. Menyeret seorang Sugawara Koushi menuju lubang kehancuran. Sejujurnya Oikawa tak pernah mengenal dengan baik seorang Sugawara sebelumnya selain sebagai anggota club voli Karasuno bernomer punggung dua di posisi setter.

Oikawa mendekati pria didepannya. Kulit pucat tubuh kurus hanya berselimut baju putih panjang selutut khas seorang pasien sedang duduk disisi ranjang sempit. Terlihat kuku bergerigi dan sedikit berdarah akibat gigitannya sendiri dan kulit tangannya penuh luka merah melintang bekas cakarannya sendiri. Jendela kaca yang dilapisi teralis besi serta tirai putih merumbai-rumbai ditiup angin menerbangkan seluruh bulu angsa buah dari bantal yang berhasil dikoyaknya.

Oikawa berlutut. Menyatukan tangan Sugawara dan menggenggamnya. Ia mendongak mencoba melihat wajah pria didepannya. Bekas airmata kantung hitam yang semakin jelas dikedua netranya. Pandangannya tampak kosong seperti kaca suram berdebu tebal.
"Kou-chan tak boleh menyakiti diri sendiri seperti ini." Oikawa mencoba untuk selalu tersenyum seperti ini didepan Sugawara. Tangannya dengan telaten membasuh wajah dan luka luka dengan air hangat.

"Aku tidak merasakan sakit" Ucap Sugawara masih memandang tembok kosong.

"Meski begitu tak baik menyakiti diri sendiri. Jadi Kou-chan tak boleh seperti ini. Aku akan mengabulkan semua keinginan Kou-chan jika tidak melakukan hal seperti ini lagi."
Sugawara yang mendengarnya sedikit tertarik. Ia menatap Oikawa bersiap merangkai kata.

"Benarkah..."

"Tentu saja. Karena hari ini adalah hari ulang tahun Kou-chan aku akan mengabulkan dua permintaan." ucap Oikawa tak lupa diiringi senyum tulus.

"Bisakah kau membunuhku..?"
Oikawa hanya terdiam lehernya seperti tercekik tak bisa menjawab kalimat menyedihkan itu. Rasanya ia ingin menangis. Sampai kapan... sampai kapan Sugawara akan seperti ini.

"Aku tidak butuh semua ini. Hiduplah dengan tenang tanpaku karena aku telah memaafkanmu"

Ditengah guyuran cahaya senja menyinari siluet mereka berdua Sugawara untuk pertama kalinya tersenyum tulus menatap dokter yang setia merawatnya. Mereka berdua sama-sama terjatuh dalam lubang derita.

Dilihat darimanapun Oikawa tetaplah penjahat dimasalalu dan Sugawara hanya seseorang yang kebetulan bernasip sial karenanya.

Oikawa menangis mengeratkan genggaman tangannya dan menunduk menopangkan kepalanya dalam pangkuan Sugawara.

"Aku hanya tak tau lagi harus hidup seperti apa. Semuanya telah hancur. Kumohon biarkan aku pergi" ucapnya sembari mengelus kepala Oikawa lembut.

RESETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang