Bab 6

13.9K 805 4
                                    

Alisa kira liburan dengan Reksa itu tidak buruk, tapi nyatanya dia salah. Liburan dengan pria itu bukan pilihan yang tepat.

Bahkan Alisa baru satu jam dengan pria itu, tapi dia sudah merasa benar-benar bosan. Bukan hanya bosan, Alisa bahkan nyaris gila lantaran Reksa yang tak menganggapnya ada. Dia bahkan lebih sibuk dengan ponselnya ketimbang dengan Alisa.

Pria itu jangankan mengajaknya berbicara, meliriknya pun tidak. Mereka layaknya dua orang asing yang terpaksa duduk di satu meja.

Bahkan sepanjang perjalanan menuju restoran tempat mencari makan tadi, bisa Alisa hitung pria itu melirik ke arahnya tanpa mengajaknya berbicara. Sisanya dia benar-benar tenggelam dengan ponselnya, entah itu berkutat dengan ponselnya, mengobrol lewat panggilan telpon, dan entah apa yang dia lakukan dengan benda pipih itu. Tapi yang jelas, dia tidak pernah mengalihkan pandangannya dari ponselnya itu.

Dan sekarang Alisa merasa kesabarannya benar-benar habis. Dia sudah duduk di restoran selama satu jam lamanya dengan Reksa, tapi pria itu bahkan belum selesai dengan kesibukannya.

Alisa bahkan hampir menghabiskan dua cup es krim ukuran besar demi menghilangkan rasa bosannya. Dan sekarang, dia tidak berniat menambah cup ketiga. Jadi yang bisa Alisa lakukan adalah mendaratkan sendok di tangannya ke atas lantai sekuat mungkin. Berniat menarik perhatian suami sok sibuknya.

"Upss, jatuh!" Ucapnya tanpa rasa bersalah. Berhasil menarik perhatian Reksa. Pria itu menoleh seketika ke arahnya.

"Kayaknya dia bosen diam aja, jadi nyoba gaya baru." Cibirnya sinis. Beranjak bangun, mengabaikan wajah kaku Reksa.

Reksa diam, menatap sendok di atas lantai dan wajah Alisa secara bergantian. 

"Mau ke mana?"

"Pulang," Ketus Alisa.

Reksa hanya mengangguk. Ikut bangkit, melangkah lebih dulu dengan ponsel di tangannya. Membuat Alisa melongo dengan wajah kesal.

Sudah? Begitu saja? Ckk,

"Ya Tuhan, salah aku apa sih, punya suami begitu?" Geramnya frustasi. Mengusap wajahnya kasar dengan kaki melangkah menyusul Reksa. Sesekali kakinya dibentak-bentakkan lantaran kesal.

Seharusnya Reksa bekerja saja, itu yang ada di kepala Alisa saat ini. Karena ketika mereka masuk ke dalam mobil, menyusuri jalanan menuju villa, pria itu masih sempat-sempatnya mengangkat telpon. Berbicara dengan nada datar khas miliknya membuat Alisa meliriknya malas.

"Reksa," Panggilnya menyerah. Bosan karna terus diabaikan. Oh siapa yang akan tahan berduaan dengan pria macam ini? Geleng Alisa kesal.

"Reksa, stop!"

"Sebentar, Alisa. Saya lagi sibuk." Jawab Reksa tanpa menoleh. Begitu fokus ke depan dan sesekali menjawab obrolan dengan lawan bicaranya.

Demi tuhan, Alisa ingin mencekik Reksa detik ini. Pria itu benar-benar pintar menyulut emosinya. Tidak di rumah, pesta, dan sekarang di sini? Bagaimana cara Alisa untuk menyadarkan pria macam ini sih?

Dengan nafas memburu, wajah muak yang begitu ketara. Alisa menatap Reksa penuh emosi. Tubuhnya bahkan kini sudah menghadap Reksa sepenuhnya. "Stop, Reksa! Aku bilang stop!"

Reksa mengeram kesal. Membelokkan mobilnya ke tepi jalan. Bergumam dengan ponselnya sebelum menghadap ke arah istrinya dengan wajah tenang seperti biasa. Tapi tidak ada yang tahu bagaimana kesalnya Reksa saat ini.

"Ok, apalagi Alisa?" Tanyanya berat. Berusaha menjaga intonasinya tetap tenang.

"Apalagi? Ckk," Alisa mendengus. Memalingkan muka kesal. Oh, sepertinya dia melupakan siapa suaminya ini? Si tuan tidak peka plus tidak pernah salah. Selalu berlaku seenaknya dan gak punya hati.

Nothing!! (Dilema Cinta) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang