Fake Human

6 2 0
                                    

Fake human.

Hi !

Hope you like guys.
.
.
.

Manusia-Manusia palsu itu kita”-Kalopsia     


“ga, yoola lagi ada di ratatouille”. Laporan kali ini berasal dari marvin.
M

engirimi rihga sebuah foto yang memperlihatkan bahwa benar yoola ada disana.


Menggunakan teentop hitam dengan celana pendek menampilkan paha putih mulusnya, sedang menikmati musik bersama kebanyakan pria ketimbang wanita, tentu saja dalam keadaan mabuk.

Sejak argumentasi orangtuanya atas pilihan yang dapat di tolak setelah empat tahun kedepan. Rihga sedikit jengah membahas dan berdebat tentang itu. Rihga memilih mengikuti alur, terbiasa menerima berbagai informasi buruk tentang yoola dari teman-temannya dan berujung akan di repotkan oleh wanita itu.

“maaf ya ga, gue jadi ngerepotin” rihga menggendong tubuh mungil itu di tubuh bagian belakang nya. Membawa wanita itu menuju motor nya yang terparkir tak jauh di depan ratatouille.

“Kalau gue nginep di rumah lo, ibu lo ngebolehin gak ya?” Merasa di cueki rihga, yoola yang memang sedikit cerewet terlebih tengah mabuk, mengoceh hal random yang ingin ia katakan.

       “gue tetap antar lo pulang” ucap rihga dingin, sekaligus jawaban atas pertanyaan yoola, bahwa dirinya yang akan keberatan bukan ibu nya.

       “ke rumah amora aja deh kalau gitu. Ibu gue pasti udah tidur, pintu pagar gak akan di bukain satpam tanpa izin ibu” pipi yoola dan rihga saling menyatu, lantaran yoola mendongak kan kepalanya bentuk protes nya pada kalimat rihga.

        “lo bisa gak, gak ngerepotin orang” bentak rihga, membuat yoola sedikit takut.

“amora juga pasti udah tidur, perempuan baik-baik gak akan keluyuran di jam tiga dini hari” sudah biasa bagi yoola mendegar cercaan dari rihga, sejak enam bulan lalu mengetahui tentang pilihan yang di sebutkan orangtua rihga padanya.

Antara takut, sakit hati dan malu. Suara perut yoola bersuara sesaat setelah rihga meninggikan suaranya, rihga mendegar itu dengan jelas dan memilih tidak peduli sampai mendudukan yoola di atas motor nya untuk di antar pulang.

“kalau makan dulu sebelum pulang boleh gak, gue laper” pinta yoola hati-hati sambil menggigit bibirnya, kala rihga ingin menginjak pedal gas motornya.

“gak apa-apa deh di antar ke rumah ibu, tapi kita makan dulu” oceh wanita itu penuh harap, tau rihga tidak memperdulikannya. Tanpa menjawab iya atau pun tidak, pria itu hanya mengendarai motornya meniggalkan ratataoille.

      “lo mau makan apa?”.lamunan yoola buyar seketika. yang tadinya—antara isi kepalanya dan suara motor rihga saling berkomunikasi walaupun tak saling memberikan solusi.

       “gue boleh milih?”. Senyum wanita itu mengembang sempurna. Seolah itu pertanyaan yang sulit, wanita itu seperti berfikir keras sambil sesekali terdengar suara mengecap di telinga rihga. “bakso ajadeh, terakhir kali makan bakso dua bulan lalu bareng amora”.

“bisa gak, jangan cari penyakit?”. yoola memasang wajah cemberut nya,dapatrihga lihat sekilas melalui spion.

“yaudahdeh terserah, kan lo yang nanya tadi” yoola merenggang kan sedikit pelukan nya dari tubuh rihga, merasa lelah juga selalu di buat sakit hati setiap kali pria itu berbicara.

KALOPSIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang