Bab 2

11 7 13
                                    

Mendengar pernyataan Anjani membuat Lisa tercengang, hatinya merasa remuk. Ternyata, tempat yang akan menjadi muara cintanya telah bertuan. Dia berlari meninggalkan Aini dan Anjani yang masih bersitegang membelanya. Matanya tidak dapat menyembunyikan luka, ditepuk pelan dadanya yang terasa nyeri.

Inikah rasanya kalah sebelum berperang?

Bayangan Cakra terus terbayang diiringi perkataan Anjani yang terngiang-ngiang.

“Pokoknya jauhi Cakra, titik! Atau kamu bakal terima akibatnya,” kata Anjani mencengkeram kerah Lisa  “Cakra, tuh, nggak pernah suka sama kamu. jadi, jangan terlalu percaya diri, oke? 

***

Matahari menyusup melalui celah kecil di tepi jendela. Dipayungkan telapak tangan agar menghalau silau yang menyerang mata. Matanya mengerjap beberapa kali saat dering ponselnya membangunkannya tanpa permisi. Lisa mengulurkan tangan ke nakas, memeriksa notifikasi yang masuk di ponselnya.

“Selamat pagi, cantik.” pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal di ponselnya.

Sambil menerka pengirim tak dikenal itu, jemarinya mengetik pesan balasan, “Siapa, ya?”

“Penggemar rahasiamu.”

Semakin penasaran, Lisa membalas dengan sedikit mengancam.

“Siapa, nih? Kalau nggak ngaku, aku blokir, ya?”

“Jangan dong! Tadi, cuma bercanda ya, cantik. Ini Cakra.”

Ditaruh kembali ponselnya di atas nakas tanpa membalas pesan dari orang yang disukainya. Dia ingin mengabaikan Cakra, sesuai kemauan Anjani, tetapi hati kecilnya masih berharap untuk lebih dekat dengan cowok populer yang digandrungi seantero sekolah.

Setelah berdebat dengan pikirannya sendiri, tangannya menarik kembali ponselnya.

“Ada yang marah, nggak? Kalau Kakak Chat aku?” tanya Lisa memberanikan diri.

“Siapa?”

“Pacar Kakaklah!”

“Aku nggak punya pacar.” balas Cakra sambil tersenyum di seberang sana.

“Yakin?”

“Yakinlah.”

Lisa terbangun dari kasur dan berjingkat-jingkat gembira. Dia berpikir ultimatum Anjani kemarin hari adalah sebuah omong kosong.

Pagi itu, Lisa memasuki gerbang sekolah dengan berjalan beriringan di samping Cakra, tanpa tahu ada hati yang sedang terbakar melihat kebersamaan mereka.

Di jam pelajaran kedua, Lisa dipanggil untuk ke ruang OSIS. Kemungkinan, namanya akan didaftarkan ke dalam kandidat OSIS, kata Kakak kelas yang belum dia ketahui namanya. Lisa sangat antusias, dia sangat berbesar hati. Berjalan dengan percaya diri sambil membayangkan Cakra yang akan ditemuinya nanti.

Namun semua itu hanya kebohongan, Lisa dengan polosnya masuk ke perangkap musuh. Saat membuka ruang OSIS, matanya membulat melihat Anjani dengan kedua teman yang sudah menunggunya. Seketika keceriaan di wajahnya perlahan menghilang.

“Ikut kita sebentar, yuk!” ajak Anjani.

Lisa ingin menolak, tetapi Anjani dan temannya terus memaksa. Dia mengekor di belakang Anjani menuju taman belakang sekolah.

Sesampainya di taman, Lisa didorong Anjani sampai tersungkur. Gadis itu menatap Anjani tanpa berkata apa-apa.

“Apa?! Lihat-lihat? Berani kamu?”

Lisa tidak kuasa melawan, saat Anjani menjambak rambutnya berkali-kali sambil memaki.

“Kan, udah aku kasih tahu, jangan ngedeketin Cakra lagi. Ngeyel banget, sih!” 

“Ma-maaf, Kak.” jawab Lisa menahan tangis.

“Halah! Kasih pelajaran aja dia!” celetuk perempuan berambut keriting di samping Anjani.

Kedua teman Anjani menyeret Lisa ke pinggir danau.

“Ampun, Kak. Ampun …,” teriak Lisa.

“Heh! Diem! Jangan teriak-teriak, kamu mau jadi pusat perhatian lagi?”

Dengan tubuh yang bergetar, Lisa terpaksa mematuhi perintah ketiga Kakak kelasnya.

Anjani saling pandang dengan kedua temannya, lalu tersenyum.

“Ambil tas itu, Yu!” titah Anjani.

“Siap, Bos!” 

“Terima, nih!” 

Anjani menumpahkan seplastik tepung ke kepala Lisa.

“Eh, telurnya jangan ketinggalan, cuy!”

Dua butir telur meluncur bebas mengenai rambut Lisa. Ketiga siswi itu tertawa lepas mendapati hasil tangan nakalnya. 

Tidak hanya mengerjainya dengan bahan makanan, ketiga gadis nakal itu juga memukul tubuh Lisa dengan gagang sapu.

“Rasain, nih!”

Gadis yang dirundung itu meringkuk, tubuhnya bergetar dengan sendirinya. Detakan jantungnya berdegup dengan kencang, ingin rasanya melawan, tetapi nyalinya tidak cukup berani.

“Makanya jangan ganjen jadi cewek!” timpal lainnya.

Anjani dan temannya meninggalkan Lisa menangis terisak-isak.

Di sisi lain Aini merasa khawatir, Lisa tidak ada di kelas saat jam pelajaran sudah dimulai.

Aini mengetuk-ngetuk pena ke meja dengan gusar. Terlintaslah ide konyol di kepalanya. Dia mengangkat tangan di sela-sela pelajaran.

“Bu, mohon maaf, saya ijin ke UKS boleh, Bu.”

“Kenapa?”

“Kepala saya mendadak pusing, Bu.” kedua tangan memegang kening agar sandiwaranya lebih meyakinkan.

“Oke. Silahkan!”

Aini berlari kesana-kemari mencari keberadaan Lisa di penjuru sekolah. Dua jam lamanya, dia tidak juga melihat keberadaan Lisa.

Dia juga menelpon dan mengirim pesan beruntun ke nomor Lisa, sayangnya tidak ada jawaban yang melegakan. Langkahnya terhenti di tepi danau yang menggenang di belakang sekolah.

Kalung?

Aini memungut kalung berbentuk hati. Di dalamnya terdapat potret gambarnya dan juga Lisa. Pikirannya semakin kalut membayang sesuatu buruk menimpa Lisa.

Tubuh Aini terperosok, tangisnya pecah meraung-raung.

“Lisa!” Aini berteriak.

“Kamu di mana?”

Aini bersimpuh di tepi danau menatap nanar air berwarna hijau di depannya. Dia menunggu kemunculan Lisa entah dari manapun itu. Dari lubuk hatinya, dia sangat berharap bahwa Lisa tidak akan muncul dari danau. Dia berharap Lisa baik-baik saja.

Ponsel Aini berdering, tangannya meraih benda pipih keluar dari saku.

“Halo,” ucapnya.

Bibir Aini bergetar, menjawab panggilan telepon di seberang sana. Kelopak mata yang tadinya berembun, mengalirkan air tanpa permisi.

“Lisa ...,”

____________________

Gimana dengan Bab 2 ini, teman-teman?

Kalian sudah penasaran belum?

What's wrong with Lisa?

Tahan napas dulu, ya! Saya akan kembali untuk Bab-3, besok.
Sampai bertemu di chapter berikutnya!

____________________

Karya peserta OMB lainnya,

1. Viloise--@Chimmyolala

2. The Lucky Hunter--@Dhsers

3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn

4. Aku Bisa--@okaarokah6

5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01

6. Is It Our Fate?--@ovianra

7. Crush--@dhalsand

8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa

9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025

Memutar WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang