Bab 3

11 4 0
                                    

"Lisa...," ucap Aini, "kukira kamu nyemplung danau!"

Tangisnya semakin pecah.

Aini merasa konyol mengingat pikiran bodohnya mengira Lisa terjun ke danau.

Aini mulai penasaran dengan gerak gerik Lisa yang tak biasa. Jika biasanya mereka selalu berangkat sekolah dan pulang bersama, beberapa hari ini Lisa sering absen pada jam pelajaran terakhir dan pulang sore.

"Kamu dari mana aja, Lis?" tanyanya dengan cemas.

"Nggak kemana-mana."

Jika sudah begitu, Aini hanya terdiam tanpa bisa bertanya lagi.

Kecurigaannya semakin membuncah, melihat baju seragam yang berlumuran tepung dan telur di sudut kamar mereka. Padahal, Lisa tidak sedang ulang tahun bulan ini.

Hari ini, Lisa hanya terbaring lemas karena terserang demam tinggi. Melihat hal itu, Aini turut merasa bersedih. Dia memilih absen sekolah demi merawat sahabatnya.

Diseka tubuh Lisa secara perlahan, aktivitasnya terhenti ketika melihat memar di sekujur tubuh Lisa.

"Lisa, kamu kenapa?"

Tanpa membuka mata, Lisa hanya menjawab, "Nggak apa-apa, aku cuma flu biasa."

"Bohong!" Aini menarik mengangkat pergelangan tangan Lisa, "ini apa?"

Warna kulit yang sedikit membiru, tak dapat disembunyikan Lisa lagi. Menanggapi pertanyaan Aini yang bertubi-tubi, Lisa memilih diam dengan alasan ingin istirahat.

Tidak menyerah, Aini terus menginterogasi Lisa agar buka suara.

"Jujur, Lis! Siapa yang ngelakuin ini?"

Sambil menangis, Lisa menceritakan kejadian yang sebenarnya. Aini kesal bukan main, dia berjanji akan menegur Anjani di sekolah nanti.

"Jangan, jangan bikin masalah dengannya! Dia ..., sergah Lisa, "ketua geng di sekolah kita!"

Aini menepis tangan Lisa, lalu kembali duduk.

"Terus gimana? Kamu mau terus-terusan ditindas begini?"

Lisa menggeleng.

"Coba aja, kalau kamu ngejauhin Kak Cakra. Semua masalah bakal selesai."

"Mulai sekarang jangan dekat-dekat lagi dengan Kak Cakra, ya?" sambung Aini.

"Ta-tapi, Ain. Kak Cakra tuh-"

"Tapi apa? Kak Cakra itu tidak sebaik yang kamu kenal, Lis. Tolong buka matamu, plis! Sadar!" Aini menggerutu panjang lebar.

Besoknya, Lisa kembali ke sekolah seperti sedia kala. Anehnya, hari ini dia tidak mendapat gangguan dari Anjani dan gengnya. Tidak jauh berbeda dengan Anjani, hari ini Aini juga tidak tampak batang hidungnya, kecuali tadi pagi sewaktu berangkat sekolah bersama.

Apa Aini benar-benar menggertak Kak Anjani?

***

Bel telah berbunyi, tetapi tidak mengusik aktivitas sejumlah siswi yang berdiri di atas rooftop sekolah.

Suasana rooftop tadinya sepi mulai gaduh saat Anjani menarik seseorang dari bawah tangga.

"Heh! Temennya si Lisa ganjen, buruan jalannya!"

"Iya."

Gadis berambut keriting dengan seragam ketat bak model itu, tampak mencengkeram rambut gadis malang di hadapannya. Aini-sang adik kelas-itu tampak menangis dan berusaha melepaskan diri, sedangkan kedua lengannya dipegang kuat-kuat oleh kedua rekan Anjani.

Aini memelototi lawannya tanpa berkata apapun, sedangkan Anjani hanya memasang wajah sinis tanpa melepas cengkeraman. Anjani menarik rambut Aini dengan kasar.

"Aduh!" Aini berontak.

"Heh! Diam kamu!" Ayu semakin mengencangkan pegangan di tangan Aini.

"Aduh, Sakit. Punya masalah apa sih, kalian?"

"Justru kamu yang punya masalah apa sama kita? Nggak ada angin nggak ada hujan, berani-beraninya ngelabrak Kakak kelas. Mau sok jadi pahlawan kamu?"

Ekor mata Aini menangkap sosok Lisa yang menyembul dari balik pintu.

"Lisa," lirihnya.

Dia merasa bangga dengan kedatangan Lisa walaupun sedetik kemudian harus menelan kecewa menyadari Lisa yang melarikan diri sebagai pengecut.

"Si ganjen kabur, tuh!" celetuk Ayu.

Anjani tertawa mengejek, "Kasian banget sih, kamu. Nyesek, ya? Itu yang kamu belain sampai bonyok malah kabur, tuh. Haha."

"Iya, tuh. Bukannya terima kasih malah kabur setelah numbalin temen," timpal si kriwil.

Mulanya Aini tidak terpengaruh dengan ejekan musuhnya, tetapi beberapa menit berlalu Lisa tidak datang juga. Tadinya dia berpikir Lisa akan meminta bantuan siswa lain ataupun guru, ternyata dia hanya menyelamatkan dirinya sendiri.

Aini tersenyum miris dengan perasaan sangat dongkol, tidak menyangka akan tingkah Lisa yang baru saja diperbuatnya. Sudah dibelain mati-matian malah begini balasannya. Dasar Lisa!

Aini berdebat sengit dengan Anjani, mereka sama-sama keras kepala dan tidak mau kalah. Sementara Ayu dan si kriwil terus menghasut Aini dengan sikap pengecut Lisa. Dalam hati, Aini terus menggerutu, Semua ini gara-gara Lisa. Coba aja kalau Lisa mau dengerin aku, buat ngejauhin Kak Cakra.

Jatuh cinta itu memang berbahaya, bahkan sanggup membutakan hati seseorang untuk menyakiti seseorang yang berjasa dalam hidupnya demi mengejar cintanya.

Kesabaran dan kesetiaan Aini kepada Lisa, akhirnya terkikis sudah.

"Lisa sialan!" umpat Aini.

Anjani malah tertawa kencang. "Nyesel, ya? Belain dia."

Interaksi keduanya mengalir begitu saja seperti air. Aini yang tadinya ngotot, mendadak berdamai dengan Anjani.

"Si Lisa emang udah kelewatan. Harus dikasih perhitungan dia," ujar Aini.

Anjani, Ayu, dan si kriwil menoleh tidak percaya.

"Serius? Gitu-gitu, dia sahabat kamu, loh," cibir Ayu.

"Itu dulu, sebelum dia jadi nggak tahu terima kasih kayak begini."

"Mau dikasih perhitungan apa?" tanya Anjani.

"Aku punya ide," cetus si kriwil.

"Apaan?"

Keempat gadis itu merapatkan diri, saling berbisik menyusun rencana licik mereka.

"Gimana? Oke, kan?" tanya si kriwil sambil mengedipkan mata penuh arti.

____________________
Gimana kesan kalian dengan bab ini, guys?

Bolehlah, kritik dan sarannya!

Mohon maaf sebelumnya, saya sedang berusaha membalas komen untuk setiap cerita, tapi ya gimana, saya masih agak gaptek sama wattpad soalnya. 🤣

Terima kasih juga, untuk teman-teman yang sudah mampir ke cerita saya.

Tetap pantau ceritaku, ya!

____________________

Karya peserta Olimpus Match Battle lainnya,

1. Viloise--@Chimmyolala

2. The Lucky Hunter--@Dhsers

3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn

4. Aku Bisa--@okaarokah6

5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01

6. Is It Our Fate?--@ovianra

7. Crush--@dhalsand

8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa

9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025



Memutar WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang