Terpaksa Menerima

103 9 0
                                    

Clara duduk di depan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Wanita itu sangatlah baik dan juga elegan, selain itu dia juga tidak pernah terlihat sombong.

Wanita itu bernama Cintya Amelia, nyonya rumah Admaja yang memintanya untuk menjadi pasangan dari putra tunggalnya.

"Apakah kamu sudah bertemu dengan Tian kemarin? Bagaimana? Apakah kamu menyukainya?"

Clara yang mendengarnya tentu saja langsung tersenyum tipis, kepalanya menganggukkan kepalanya tanda jika dirinya suka. Padahal kenyataannya, saat pertemuan kemarin dirinya ditinggalkan sebelum memperkenalkan diri.

"Seperti yang mama bilang, pak Tian terlihat sangat baik dan juga berwibawa, orang yang menjadi pasangannya pasti sangat beruntung."

Cintya yang mendengarnya tentu saja langsung mengangkat sebelah alisnya, sedikit tidak faham dengan apa yang disampaikan oleh wanita baik di depannya.

"Maksudnya bagaimana? Bukankah kamu yang akan menjadi pasangannya?"

"Maaf Tante, sepertinya saya tidak cocok dengan pak Tian. Bagaimanapun juga penampilan saya yang seperti ini sangat tidak cocok dengan pak Tian."

"Apakah Tian mengatakan sesuatu yang buruk denganmu? Atau apakah dia bersikap kasar?"

Wanita itu langsung bertanya begitu mendengar jawaban dari wanita yang ia  inginkan sebagai pasangan putranya.

Sudah dari lama Cintya memperhatikan Clara, wanita sederhana dengan sopan santunnya yang patut ia acungi jempol. Pertama kali bertemu dengan Clara, Cintya pikir perempuan itu akan memiliki kepribadian yang sedikit angkuh karena dia adalah putri satu-satunya dari kedua kakak dan juga orang tua yang menyayanginya. Tapi ternyata tidak seperti itu, perempuan itu sangat mandiri dan tidak pernah membuat orang-orang disekitarnya kesulitan.

"Tidak Tante! saya yang merasa kurang cocok dengan pak Tian. Bagaimanapun juga usia kita terpaut cukup jauh."

Clara menjawabnya terlalu cepat dan antusias, hal itu tentu saja membuat Cintya curiga, pasti ada yang tidak beres dengan pertemuan keduanya kemarin.

"Ah, benarkah? Padahal saya sudah membantu keluarga kamu. Tapi sepertinya saya harus mengambilnya kembali?"

Clara yang mendengarnya tentu saja langsung berdiri, keluar dari sela-sela kursi dan meja, lalu setelahnya dia berjalan ke samping Cintya.

"Maafkan saya! Tapi tolong jangan lakukan itu. Uangnya sudah dipakai dan papa saya pasti akan bingung jika anda memintanya kembali."

Clara membungkukkan badannya dan meminta maaf, meminta wanita itu untuk tidak menarik kembali uang yang dipinjamkan. Tidak masalah jika jumlahnya tidak besar, tapi itu sangatlah besar, jika tiba-tiba diminta seperti ini tentu saja orang tuanya akan langsung bingung dan penyakit jantung papanya bisa saja kambuh.

"Lalu kenapa kamu menolak putra saya? Apakah saya memintamu untuk memilih?"

Clara terdiam, tidak berani mengatakan apa-apa, sepertinya dirinya tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima nasibnya.

"Baiklah! Saya setuju untuk menikah dengan pak Tian."

"Itu keputusan yang bagus, kalau begitu saya akan antar kamu pulang. Nanti setelah Tian pulang kerja saya akan bicarakan dengannya."

Clara menganggukkan kepalanya dan memutuskan untuk mengambil tas miliknya.

"Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja." Ucapnya dalam hati untuk menenangkan dirinya sendiri.

Sehari setelahnya, Clara datang ke kantor Tian seperti yang diperintahkan oleh Cintya. Cintya bilang Tian menyetujuinya dan hari ini dirinya datang untuk membahas perihal gaun pernikahan dan juga yang lainnya.

Wanita Pilihan MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang