demam

39 7 0
                                    

Di rumah, tidak ada hal penting yang Clara lakukan selain merapikan rumah. Clara menata berkas-berkas milik suaminya dengan sangat hati-hati, menyusunnya dengan rapi agar suaminya lebih mudah saat mencari sesuatu.

Sejujurnya, Clara ingin pulang dan bertemu keluarganya tapi Clara tidak ingin membuka orang tuanya khawatir. Bahkan saat kakaknya menghubungi dirinya, Clara mencegah keduanya untuk datang.

Clara duduk di atas ranjang dalam diam, matanya menatap ke arah pil kontrasepsi yang kemarin dibelikan oleh suaminya. Sebelum menikah, Clara pernah berpikir untuk segera memiliki keturunan setelah menikah nantinya. Selain itu, Clara juga sudah mencari tahu jika pil kontrasepsi tidak terlalu bagus jika dikonsumsi terlalu sering, tapi sekarang, dirinya akan terus mengkonsumsi pil itu agar tidak hamil.

Bukannya tidak ingin hamil, tapi Clara tidak berpikir untuk hamil disaat kondisinya saja sedang susah seperti itu.

Setelah cukup lama berdiam diri, Clara pun memutuskan untuk keluar kamar dan membuat sesuatu untuk makan siang. Dirinya merasa cukup beruntung karena sering belajar memasak dengan mamanya, jika tidak mungkin dirinya akan kesusahan sekarang.

Berbeda dengan Clara yang menghabiskan harinya dengan penuh kebosanan. Bella menghabiskan waktunya dengan bercinta dengan laki-laki yang ia suka. Laki-laki yang sudah memiliki istri dan akan mempunyai anak itu.

Bella tidak peduli dengan Tian yang susah-susah menyusulnya dan berada di kamar apartemennya sekarang.

"Arhhhh...." Desah Bella pelan saat merasakan aset bagian atasnya dilahap dengan rakus oleh laki-laki itu.

"Apakah kamu menyukainya?" Tanya laki-laki itu memutuskan untuk berhenti merangsang tubuh bagian atas wanita yang sudah menemani dirinya selama beberapa tahun itu.

"Tentu saja, itu sangat nikmat saat kamu melakukannya seperti itu." Jawab Bella dengan sangat manis, bahkan suaranya dibuat-buat agar laki-laki itu tidak bisa melepaskannya.

"Sebentar lagi istriku akan melahirkan," kata laki-laki itu memberitahu.

"Itu hal yang bagus karena saat itu milikku bisa memakanmu setiap hari." Jawab Bella yang langsung saja membuat laki-laki itu tertawa pelan.

"Kenapa? Kamu tidak suka? Pada milikku sangat menyukai milikmu."

Laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya pelan dan meneruskan kegiatannya.

Sampai malam, Bella benar-benar tidak sedikitpun membuang kesempatannya. Dirinya selalu mengobarkan semangatnya dan terus menerus menggoda laki-laki itu agar laki-laki itu lupa tentang keluarga kecilnya.

Sekalipun Bella tidak menyukainya, Bella tetap tidak bisa banyak berkomentar karena dirinya hanyalah seorang kekasih gelap, berbeda dengan wanita itu yang sangat beruntung karena menjadi seorang istri dari laki-laki yang sangat sempurna.

***

Jam menunjukkan pukul sembilan malam dan Tian masih mondar-mandir di depan pintu karena kekasihnya belum juga pulang.

Ponsel kekasihnya tidak bisa dihubungi karena dimatikan, dan Tian merasa sedikit khawatir karena takut terjadi apa-apa dengan kekasihnya.

Dibandingkan dengan itu, Tian bahkan tidak peduli sedikitpun dengan istrinya.

Tadi, mamanya menghubungi dirinya dan marah-marah karena dirinya meninggalkan istrinya sendirian, tapi Tian tidak peduli lagi. Sudah cukup baginya menikahi wanita yang bahkan tidak memiliki pengalaman apapun itu, jadi terserah dirinya jika dirinya pergi sesuka hati seperti ini.

Tidak berhenti disana, mamanya juga sempat mengirimkan pesan ancaman, dimana mamanya mengatakan jika dirinya berani menemui Bella lagi mamanya akan menghancurkan hidupnya. Tapi siapa yang peduli? Mamanya bahkan tidak akan pernah berani untuk melakukan itu. Sudah cukup baginya mengorbankan kebahagiaannya dengan menikahi wanita yang tidak pernah ia harapkan sebelumnya.

"Bell, kenapa ponselmu mati?"

Tian segera berlari dan menghampiri kekasihnya yang berjalan sempoyongan itu, terlihat sekali jika kekasihnya itu sangat kelelahan.

Tian menuntun Bella untuk masuk ke dalam apartemen dengan hati-hati. Sejujurnya, Tian sedikit curiga karena lagi-lagi dirinya mencium aroma parfum lain yang tidak biasanya dipakai oleh kekasihnya. Tapi Tian tidak ingin membuat kekasihnya kecewa karena dirinya banyak curiga.

Malam itu, Bella mengalami demam ringan dan Tian tidak bisa tidur karena harus menjaga kekasihnya itu. Tian mengompres dahi Bella dengan hati-hati, tatapan matanya hanya tertuju pada sosok wanita yang sangat ia cintai, Tian benar-benar khawatir dengan wanita itu.

Dini hari, Tian mengirimkan pesan pada sekertarisnya memberitahu jika dirinya tidak bisa pulang lusa. Tian harus membawa kekasihnya untuk pergi ke rumah sakit dan merawatnya karena wanita itu mengalami demam tinggi. Yang Tian tahu, Bella tidak memiliki siapapun selain dirinya, jadi Tian tidak ingin meninggalkan wanita itu.

Di sisi lain, Clara juga mengalami demam yang cukup tinggi. Tidurnya terlihat tidak nyaman dengan beberapa keringat yang mengalir keluar.

Clara didatangi mimpi buruk, dimana suaminya yang terus menyiksa dirinya dengan menyentuhnya berulang kali. Clara tidak bisa melawan ataupun menolak, hal itu benar-benar menjadi sebuah trauma tersendiri baginya karena Tian menyentuhnya dengan kasar disaat itu adalah pengalaman pertama kalinya.

Pagi hari, Clara membuka matanya yang terasa berat. Bola matanya berputar dan melihat kakak pertamanya yang sudah ada di kamarnya. Clara memejamkan matanya dan air matanya keluar begitu saja.

"Kenapa tidak bilang kalau sakit? Apakah Tian menyakiti kamu?"

Kakaknya bertanya dengan nada penuh perhatian.

Clara bangun dan menggelengkan kepalanya, dirinya memutuskan untuk memeluk kakaknya itu dengan erat, Clara ingin menceritakan semuanya tapi dirinya tidak boleh melakukan hal bodoh itu.

"Aku belum terbiasa tidur sendirian," kata Clara pada akhirnya.

"Tian bilang dia hanya pergi dia hari, tapi aku sudah merindukannya. Sepertinya aku demam karena terlalu memikirkannya." Lanjut Clara yang langsung saja membuat kakaknya itu menggelengkan kepalanya tak percaya.

Kakaknya melepaskan pelukannya dan mengusap pelan kepala adiknya. Meskipun adiknya sudah menjadi istri dari orang lain sekalipun, adiknya masih terlihat seperti seorang anak kecil baginya.

"Karena Tian tidak ada di rumah, ayo pulang dan lihat keadaan mama dan papa." Ajak kakaknya yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Clara.

"Aku tidak mau membuat mereka khawatir, jadi aku akan tetap di rumah. Lagipula aku berpikir mungkin saja Tian akan pulang lebih awal karena merindukanku?" Kata Clara dengan penuh kebohongan.

"Dasar! Apakah kamu sangat menyukainya?" Kata kakaknya sembari menyentil dahinya pelan.

"Kali begitu, bangunlah! Ayo kita sarapan dan minum obatmu. Setelah itu aku akan kembali bekerja." Kata kakaknya yang langsung saja disetujui oleh Clara.

Keduanya keluar dari kamar dan berjalan ke arah meja makan. Sudah ada omelette telur dan juga omelette sayur, melihat bentuknya pasti kakaknya membuat sendiri khusus untuk dirinya.

Clara makan tanpa banyak bicara, sedangkan kakaknya hanya melihat dan menyiapkan obat penurun panas yang tadi ia beli di apotik. Untung saja dirinya mendapatkan bantuan dari mertua adiknya, dimana dirinya diberitahu sandi pintu, dirinya benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana jika adiknya dibiarkan sendirian saat sedang sakit seperti itu. Itu benar-benar membuat hatinya sakit, bahkan di dalam hati dirinya benar-benar tidak menyukai Tian yang meninggalkan adiknya begitu saja, seolah-olah laki-laki itu tidak menyukai adiknya.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wanita Pilihan MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang