***
Cinta menangis tersedu-sedu ketika melihat perawat menancapkan jarum infus ketangan sang ayah. Byan memang terpaksa harus dirawat inap karena kondisi tubuhnya yang sangat buruk. Stress dan kelelahan adalah penyebab utama, kurang istirahat dan maag akut yang ia derita menambah daftar penyebab sakitnya saat ini.
Pria itu sudah sadar, namun kondisinya yang begitu lemah membuatnya tak mampu bergerak bebas. Apalagi perutnya masih begitu sakit, bahkan sangat sakit saat ia buat untuk bergerak.
Byan benar-benar merasa dirinya amat lemah, masalah demi masalah berdatangan silih berganti, ditambah musibah besar yang menimpa keluarganya membuat Byan sungguh merasa sangat terpuruk.
Dalam kondisi lemah dan sakit, biasanya ada sang ibu yang selalu berada disampingnya. Ketika ia bertengkar dengan Anggita ataupun Cinta, ibunya selalu ada untuk menenangkannya. Tapi sekarang? Ibunya sudah pergi, dunia mereka berdua sudah berbeda, dan Byan sudah tak mampu menggenggam jemari hangat yang selalu mampu membuatnya merasa tenang itu.
Terkadang rasa sesal itu datang, dimana ia menyesali kematian sang ibu yang terlalu cepat. Kenapa harus sekarang? Disaat ia sedang butuh sekali uluran tangan, disaat semua masalah belum sepenuhnya terselesaikan, ibunya malah pergi untuk selama-lamanya, dan tak akan pernah kembali lagi untuknya.
"Maaf mbak?" Cinta menghampiri Clara yang baru saja selesai mengurus pendaftaran Byan. Sejak tadi gadis itu terlalu fokus menangis sampai ia melupakan sosok wanita cantik yang sudah menolong ayahnya.
"Hm, saya Clara rekan bisnis ayah kamu. Tadi saya ngikutin beliau karena mau balikin berkas penting yang tertinggal di kantor saya." Jelas Clara pada Cinta, Cinta pun akhirnya mengangguk paham.
"Saya Cinta, terimakasih banyak karena mbak udah nolongin papi." Ungkap Cinta seraya membersihkan sisa-sisa airmatanya.
"Sama-sama Cinta. Sejak dikantor tadi pak Byan emang kelihatan kurang sehat, tapi dia bilang nggak apa-apa terus, padahal tadi waktu saya nggak sengaja sentuh tangannya, tangannya panas banget. Kata dokter papi kamu kecapekan dan kurang istirahat, di tambah maagnya kumat gara-gara minum kopi dikantor saya."
"Papi emang nggak pernah minum kopi sejak punya maag akut mbak, terus tadi kenapa papi minum?"
"Mungkin dia sengaja lakuin itu untuk menghormati rekan bisnisnya. Kalau saja saya tau jika papi kamu nggak bisa minum kopi, saya juga nggak akan mungkin kasih di kopi tadi. Sayangnya dia nggak bilang apa-apa Cinta, maafkan saya."
"Nggak apa-apa mbak, mbak Clara nggak salah kok. Emang udah waktunya aja Papi sakit hiks." Cinta pun semakin menangis karena merasa bersalah, melihat sang ayah jatuh sakit tentu saja membuat hatinya merasa sakit.
"Cinta kamu kenapa? Kok nangis lagi sih? Papi kamu udah nggak apa-apa kok, udah ditangani sama dokter." Clara pun mencoba mendekat dan merangkul bahu Cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Meets (PINDAH KE DREAME)
RomanceKaya raya bukan menjadi jaminan sebuah kebahagiaan. Bergelimang harta, kekuasaan dan jabatan yang tinggi ternyata tak mampu memberikan ketenangan dihidup Fabyan Baghawanta Aryasetya sejak istrinya berkhianat sepuluh tahun yang lalu. Sampai akhirnya...