AWAL MULA

353 330 393
                                    

‼️WAJIB VOTE DAN KOMEN SEBELUM MEMBACA ‼️

BTW BIAS KALIAN SIAPA NIH??

KALO AKU SIH JAEMIN HEHE 😅

ANW JANLUP MAMPIR KE LAPAK @ImAleorra ON TELEGRAM YAH ^^

SELAMAT MEMBACA 

***

"ANJING!"

"Kamu udah gila?" bentak Aleorra. Semua orang yang berada di lokasi syuting itu terkesiap. Ada yang menelan ludah susah payah, sebagian pula ada yang menatapnya tak percaya, karena Aleorra tak pernah membentak seseorang. Sedangkan perempuan yang dibentak itu hanya menunduk takut sambil meremas bajunya. 

Aleorra menghela napas kasar memegang kepalanya yang terasa pening, baru saja dia memejamkan mata untuk beristirahat tiba tiba saja perempuan itu menumpahkan minuman ke pakaiannya.

"M-maaf saya salah s-saya gak sengaja," ucap perempuan itu sambil menunduk dan menangis tersedu-sedu.

Melihat ini Aleorra merasa sedikit bersalah. "Maaf saya kelepasan," ujarnya sembari membantu perempuan itu menegakkan tubuhnya.

"Lain kali kamu hati hati, jangan ceroboh."

Perempuan itu segera menghapus air matanya dan mengangguk. "Iya lain kali saya akan lebih berhati hati, maaf untuk sebelumnya." 

Aleorra menanggapi itu dengan senyuman tipis, perempuan itu berjalan dan pergi menjauh.

Dia menghempaskan bokongnya di kursi santai lalu memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Kepalanya terasa pusing sebelah karena menghafal naskah yang berbelit-belit. Hampir saja dia terlelap ketika mendengar panggilan seseorang. 

"Aleorra, 5 menit lagi kita lanjutkan syuting nya," ujar Sutradara lalu pergi begitu saja.

"Monyet, baru juga duduk." Berdecak dan kembali memejamkan matanya untuk menghilangkan sedikit rasa lelah.

Semenjak namanya naik daun, dia cepat sekali lelah karena telah memerankan berbagai film. Terlebih lagi sejak dia diterima di SN Entertainment banyak sekali acara yang mengundang dirinya, pengambilan potret dan masih banyak lagi hingga membuat tubuhnya terasa remuk.

Tetapi itu semua dilakukan nya dengan senang hati ketimbang berdiam diri di rumah tidak melakukan apa-apa. Setidaknya itulah yang ada di pikirannya sebelum ponselnya berdering menampilkan nomor yang tak dikenal. Membuka sebelah matanya dan mengangkat panggilan tersebut. "Halo?"

"Halo, dengan Aleorra Anastasya?" Tiba tiba saja keningnya mengerut, bagaimana dia bisa mendapatkan nomornya? Sedangkan dia tidak pernah membagi nya kepada siapa pun.

"Iya saya sendiri, ada apa ya?" 

Orang itu berdeham. "Begini, saya menawarkan kamu untuk menjadi peran utama di film kami yang akan segera dirilis bulan depan, apa kamu mau?" 

Sejenak dia berpikir, mengapa orang itu tidak menghubungi manajer nya saja? Mengapa juga harus menghubungi dirinya? 

"ALEORRA, CEPAT WAKTU NYA SISA 2 MENIT LAGI," teriak Sutradara membuyarkan lamunannya.

"AH IYA SEBENTAR."

"Bisa kah kita bertemu nanti?" 

"Baiklah, kita akan bertemu di Hotel Santika pukul tujuh malam ini."

Dia mengangguk. "Oke, saya akan segera kesana," jawabnya menerima ajakan tersebut tanpa berpikir dua kali.

Mematikan telepon tersebut lalu beranjak dan bergegas melanjutkan syuting film yang tertunda.

***

Setelah menyelesaikan syuting dia segera pulang untuk membersihkan diri dan segera merias wajahnya.

Berjalan menuju cermin dan melihat dirinya. 

Tangannya menyentuh alat kosmetik kemudian mulai melakukan sedikit sentuhan, menggunakan makeup stick, beberapa maskara dan beberapa perona pipi di pipinya. 

"Aleorra mah selalu cantik," ujarnya percaya diri.

Tiba tiba dia terkesiap ketika seseorang menepuk bahu nya. "Eh?"

"Kamu mau kemana?" tanya Devano- Abang nya.

"Ke surga bang." 

"Dih, yang bener." 

"Itu loh tadi siang ada orang yang nawarin buat jadi peran utama di film nya, ketemuan nanti di Hotel Santika," ucapnya seraya memakai liptint.

"Hotel?" Devano merasakan sedikit firasat buruk, seolah firasat nya mengatakan ada hal buruk yang akan segera terjadi. "Abang temenin ya? Buat jaga jaga aja."

"Ya udah ayo." Merapikan alat makeup lalu mengambil tas selempang yang disampirkan di bahunya. Keduanya berjalan menuju mobil.

***

Mereka sampai di Hotel Santika tepat pukul tujuh, lalu memarkirkan mobil itu di area basement. Melepas sabuk pengaman dan beranjak ingin membuka knock mobil sebelum Devano menahan lengannya. "Dek, hati hati."

"Kenapa?" 

Devano hanya menggelengkan kepalanya. "Gak papa, nanti kalo ada apa apa telpon aja ya?" 

Tersenyum tipis lalu mengacungkan jempol dan keluar mobil menuju lantai atas. Devano menghembuskan napas dan bersandar di kursi pengemudi, semoga saja firasat nya benar benar tak terjadi.

***

Sesampainya di lantai 1 dia tidak melihat siapapun, hanya terdapat satu meja dan dua kursi kosong yang saling berhadapan berisikan 2 minuman. Melihat ke sekitar mencari orang tersebut. Pandangannya terhenti ketika melihat Pria asing yang mendekatinya. "Aleorra?"

"Oh? Bapak yang tadi siang menelpon saya ya?" 

Pria itu tersenyum. "Iya itu saya, ayo kita bicarakan sambil duduk di sana." 

Tersenyum tipis lalu mengikuti pria tersebut dari belakang. "Jadi bagaimana pak?" tanyanya sesopan mungkin setelah keduanya duduk di kursi.

Pria itu menyodorkan jus jeruk yang sudah ada di atas meja. "Minumlah dulu, tidak perlu terburu buru." 

Aleorra menerima minuman tersebut tanpa menaruh curiga. Meminumnya hingga tandas dan meletakkan kembali gelas tersebut. Tanpa dia sadari Pria itu diam diam tersenyum.

Hening beberapa saat sampai pandangannya berputar, memegang kepalanya yang terasa pening.

"Kamu kenapa Aleorra?" tanya nya pura pura panik.

Brukk...

Dia pingsan dan terjatuh di tempatnya. Pria itu terdiam sejenak, mendekatinya lalu menggendong Aleorra dan membawanya menuju lift.

***

20 menit sudah berlalu tetapi Aleorra belum juga kembali membuat Devano resah. Segera dia turun dari mobil dan berjalan ke lantai 1.

Lantai 1 sepi, tidak ada siapapun disini dia hanya melihat seorang pelayan yang sedang merapikan meja.

Mendekati pelayan tersebut dan bertanya, "Permisi mas, lihat ada perempuan disini gak?"

Pelayan itu menoleh. "Tadi saya lihat ada perempuan sama laki laki mas dibawa lewat lift itu, kalo gak salah ke lantai 3 mas." Jarinya menunjuk ke arah lift yang sudah tertutup.

Matanya membulat, jantungnya berdetak kencang, napasnya mulai memburu. Perasaan cemas mulai menyerangnya. "Oke makasih mas." 

Berlari menuju lift dan menekan tombol lift itu berkali kali dengan perasaan cemas.

***

GIMANA CHAPTER INI? SERU GAK??

SPAM NEXT 👉👉

I'M ALEORRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang