CHAPTER 5

435 30 10
                                    


***

Hari mulai petang, hebusan angin terasa kencang. Nayla memutuskan untuk menghentikan perjalanannya dan membangun tenda di lokasi yang menurutnya cukup strategis. Sebagai seorang anak yang memiliki kegemaran bercamping, membuatnya cukup lihai mendirikan tenda sendiri.

Setelah selesai mendirikan tenda, Nayla memutuskan mencari kayu kering, dan daun" kering. Ia harus bergerak cepat sebelum hari mulai larut. Di tengah mencari bahan bakar untuk api unggunnya Chiko serimg bertingkah aneh, ia sering menggeram ke beberapa arah seperti tengah mengamcam seseorang supaya tidak mendekat. Namun memang dasarnya Nayla yang terlalu masa bodo atau dia yang tidak peka membuatnya tidak peduli dengan hal-hal yang ada di sekitarnya.

Setelah dirasa cukup Nayla memutuskan kembali ke tendanya. Ia segera membuat tempat untuk api unggunnya. Dilihatnya jam tangan yang menunjukkan pukul setengah enam sore, ia berniat memcari ikan untuk makan malam, di sungai yang tidak jauh dari lokasi tendanya. Setelah siap dengan tombak buatannya yang bermodalkan sebuah kayu dan pisau, Nayla segera saja menuju sungai, tanpa ia sadari sebuah asap berwarna hitam bersembunyi di bayangannya sesat asap itu seperti mengikat pergelangan kaki Nayla dan sedetik kemudian menghilang, meninggalkan dua buah titik tepat di bawah mata kaki Nayla.

Cukup memakan waktu dan hari mulai malam, setelah mendapatkan empat ekor ikan dan membersihannya, ia segera kembali menuju tendanya. Dengan cekatan Nayla menyalakan api unggun dan memulai membuat makan malam. Di temani bintang-bintang, bulan, suara hewan-hewan malam, dan tentunya Chiko, Nayla menyatap makanannya.

Hari semakin larut Nayla memutuskan masuk kedalam tenda, jujur saja ia sangat lelah hari ini, tak berselang lama terdengar dengkuran halus dari gadis tersebut. Suara hewan-hewan malam menghilang entah kemana, Chiko yang semula juga tertidur di samping Nayla segera bangkit saat ia merasakan hawa familiar yang mendekat. Segera Chiko meninggalkan tenda dan berlari memasuki hutan, meninggalkan Nayla dengan 'Dia'.

Tanda titik dua yang terdapat di bawah mata kaki Nayla perlahan membentuk sebuah rangkaian yang berakhir seperti sebuah tato. 'Higabana' adalah rangkaian yang terbentuk. Perlahan kabut hitam menyelimuti Nayla dan mulai membentuk seorang sosok. Seorang pria tampan, berambut hitam dengan warna mata yang tidak biasa, berwarna merah darah.

"Queen, my queen." Gumam sosok tersebut sambil mengusap lembut pipi Nayla dengan tangan kanannya. Nayla memgerutka keningnya merasa tidak nyaman.

"Tidurlah queen. Aku disini, menjagamu." Di kecupnya kening Nayla, yang mampu menghilakan kegelisahan Nayla dan membuatnya semakin lelap.

"Sebentar lagi, sebentar lagi aku akan menjemputmu my queen." Sosok pria tersebut berbaring di samping Nayla dan membawa Nayla ke dalam pelukannya. Kesunyian hutan menyelimuti malam itu, para hewan yang biasanya bersuara berisik, diam menyadari Raja mereka tengah bersama sang Ratu, hanya mencari kematian saja jika mereka mengganggu keduanya.

***
Selang beberapa hari setelah Nayla berhasil mempertemukan Chiko dengan keluarganya dan saat ingin pulang Nayla merasa aneh saat tidak mendapati satu pitapun yang ia ikat sebelumnya, dan jujur saat itu Nayla menangis mendapati dirinya tersesat, dan berakhir dirinya tertidur kelelahan bersandar di sebuah pohon, saat dirinya membuka mata kamarnyalah yang menyambut pandangannya. Nayla yang bahagia mendapati dirinya sudah berada di kamarnya tidak memedulikan rasa keanehan yang terjadi, bagi dirinya berada di rumah dengan selamat adalah hal yang membahagiakan baginya.

Nayla menatap tv di hadapannya yang dia lakukan hanya menekan nekan remote tv tanpa ada minat untuk menontonnya.

"Daripada kamu tidak ada kerjaan seperti itu, lebih baik bantu nenek membuat pai apel sini." Ucap nenek Nayla yang tengah berada di dapur. Memang tata letak dari ruang tv dengan dapur menjadi satu.

 Memang tata letak dari ruang tv dengan dapur menjadi satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nayla segera menghampiri neneknya setelah mematikan tv.

"Nek, kakek kemana? Dari tadi pagi aku belum melihatnya?" Tanya Nayla sambil mengupas apel.

"Kakek mu sedang pergi ke pusat kota, ada yang ingin dia beli di sana." Nayla hanya mengangguk mendengar jawaban dari neneknya.

"Nayla, apa kamu ingin ikut nenek besok pergi ke ladang lavender?"

"Boleh, lagi pula aku cukup bosan tidak ada hal yang di lakukan."

Nayla bersemangat untuk pergi ke ladang lavender milik kakek neneknya besok, tanpa ia sadari akan hal yang menantinya besok.

TBC...

***

DEMON IS MY MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang