015. Date Me

30 3 0
                                    

"Crystal?" Edward menyadari keberadaanku sehingga ia melangkah menghampiri kami. Sorot matanya menatapku dari atas ke bawah, sebelum akhirnya kembali berkata, "Kupikir kau masih dalam suasana berduka, sampai tidak bisa membalas chat-chat-ku."

Memberikan tatapan tajam, aku melilitkan kedua lengan di bawah dada. "Harus kukatakan sekali lagi bahwa aku tidak ingin berurusan denganmu."

"Tapi urusan kita belum benar-benar selesai, Sayang."

Ia mengulurkan tangannya, ingin memelukku. Namun, aku segera menghindar dan Hyunjin ... aku tidak menyangka dia akan mencengkram pergelangan tangan si brengsek Edward kemudian memutarnya, hingga lelaki itu merintih kesakitan.

Berlebihan, tetapi aku menyukainya. Terasa seperti dilindungi.

"Fuck!" Edward meringis, sambil memegang pergelangan tangannya yang tentu terasa sakit kemudian ia meludah. "Aku akan membayarnya," lirihnya lalu melangkah memasuki kediaman Mr. Smith dan ....

... dan tatapan terkunci pada satu sosok.

Sosok yang mengenakan setelan sporty, sedang menggandeng seorang wanita dengan penuh kebahagiaan.

Aku meneguk saliva yang tiba-tiba saja jadi sekeras batu lalu meraih tangan Hyunjin. Entah bagaimana embusan angin di musim panas ini terasa sangat dingin, hingga membuat sekujur tubuhku menggigil.

Oh, Jesus, aku benar-benar tidak ingin bertemu dengan Mr. Will sekarang. Aku sungguh tidak ingin dia tahu bahwa ... aku masih hidup.

"I'm sorry, Darl." Justin mengembuskan napas kasar di saat dia tahu arti dari sikapku dan Hyunjin kepada Edward. "Aku tidak mungkin bisa menghentikan mantan kekasihmu karena ibunya, adalah pemilik acara. Aku juga tidak tahu kita akan bertemu di sini."

"Aku mengerti, tapi--"

"Oh, kuharap tidak ada pertumpahan darah di sini."

"Itu tidak akan terjadi karena ...." Aku menoleh ke arah Hyunjin, sembari menggenggam tangannya erat. "Aku tidak yakin akan datang lagi besok."

"Apa karena Edward?" Justin menatapku dengan tatapan menyelidik, tetapi kedua alisnya pun turut menyatu. "Aku sungguh tidak bermaksud membuatmu merasa tak nyaman, Baby. Seharusnya Aiden memberitahumu, tapi dia sedang bepergian bersama ...."

"Tidak masalah, Justin. Sorry," sela Hyunjin sembari menggeser tubuhnya menjadi sedikit berada di depanku. "Sepertinya dia hanya kurang sehat."

Justin mengedikkan bahu kemudian merogoh tas ranselnya dan--seperti biasa--dengan mudah memberiku benda yang termasuk dalam kategori berharga. "Ambillah dan jangan abaikan panggilanku. Kau tahu menghubungi melalui Aiden bukanlah ide yang bagus." Lalu ia menoleh ke arah Hyunjin. "Dan kau, jangan cemburu denganku karena aku tidak tertarik dengan perempuan. I'm gay."

Hyunjin hanya tersenyum kecil dan setelah Justin memberikan ciuman singkat di pipi, kami pun pergi meninggalkan kediaman Mr. Smith dengan--terpaksa--melewati Mr. Will.

Yang mana terus terang saja, aku berusaha mengabaikan keberadaan Mr. Will. Namun, tatapan pria tersebut terasa begitu menusuk bahkan berhasil mengintimidasi, sampai membuatku kesulitan bergerak sebab teringat bagaimana air yang teramat dingin itu mengikat seluruh tubuhku.

***

Ponsel baru yang diberikan Justin ternyata bisa langsung digunakan. Oleh sebab itu setelah tiba di rumah Bibi Jasmine, aku bergegas menelepon Justin sekadar memberitahu bahwa kami telah sampai dengan selamat, serta menghubungi Aiden untuk memastikan apa mereka akan menginap atau tidak.

"Paman Jack ternyata mengajak kami untuk kemping dan aku tidak mungkin menolaknya karena, Mac diam-diam merencanakan perburuan. Aku juga lupa mengatakannya padamu sebab berenang seharian, sambil menombak ikan," jelas Aiden ketika aku menuntutnya, tentang mengapa dia baru memberitahuku sekarang.

Tale of the God of DestructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang