"Violet," panggilku dengan nada berbisik ketika dia berjalan di depanku, bersama Bibi Jasmine dan Paman Jack.
Saat dia menoleh, aku melambaikan tangan mengisyaratkan agar berjalan bersamaku. Sedangkan Daisy lebih memilih menggunakan sepeda bersama Aiden dan Mac, menuju kediaman Mr. Smith.
"Kemarilah, ada yang ingin kutanyakan," kataku masih dengan bisikan, agar Bibi Jasmine dan Paman Jack tidak mendengarnya.
Violet menurut, tanpa banyak bicara menghentikan langkahnya dan--beruntung--Bibi Jasmine pun tidak bertanya. Wanita itu melanjutkan perjalanan bersama suaminya, menuju rumah Mr. Smith yang sebenarnya hanya sejauh tiga ratus meter.
Merasa jarak kami dan Bibi Jasmine telah cukup, aku berlutut di hadapan Violet demi menyamaratakan tinggi badanku dengannya lalu memperlihatkan tangan kiri. "Apa kau melihat ini?"
Kutunjuk jari manisku dengan harapan, anak kecil yang memiliki hati bersih mungkin saja mampu melihat apa yang tidak selalu orang dewasa lihat.
"Apa kau terluka?" tanya Violet polos yang membuatku harus sedikit lebih bersabar. "Kau tampak berdarah."
Oh, baiklah. "Tapi ini bukan darah, Sayang." Aku menarik benang merah itu--yang sejak awal menyadarinya--aku benar-benar tidak bisa melepasnya. Bahkan menggunakan sebilah pisau sekali pun.
Benda ini seperti sesuatu yang ghaib, sehingga membuatku khawatir jika terdapat kemalangan di bagian akhirnya.
Tapi Violet menggeleng, sepertinya tidak melihat apa yang tengah kupegang. Dia menjauhkan tanganku yang memegang benang merah tersebut kemudian meraih tanganku, yang terlilit benang. "Lihat, Crystal," katanya sambil memegang telunjukku. "Kau harus lebih hati-hati, bagaimana bisa terluka?"
Oh, ternyata dia pun tidak melihatnya. Hanya aku yang bisa memecahkan misteri ini. Tentang apa yang kualami sebelumnya karena dalam diriku, meyakini bahwa terdapat sesuatu yang sepertinya telah merekayasa ingatanku.
Sesuatu yang belum kuketahui, tetapi ingin segera kuketahui.
Aku menatap ke arah benang merah itu kemudian melilitnya di tanganku yang lain, sambil menatap di mana akhir benang tersebut. Yaitu menuju ke kediaman Mr. Smith, tetapi tidak benar-benar berada di rumah itu karena sisanya, semua terasa kabur seperti tertutupi oleh asap tebal berwarna hitam.
Asap tebal berwarna hitam itulah yang membuatku cukup khawatir, jika akhirnya merupakan suatu kemalangan.
"Crystal, are you ok?" Violet menggoyangkan bahuku.
Membuatku keluar dari pikiran sendiri dan sadar, bahwa kami telah tertinggal jauh dari Bibi Jasmine serta Paman Jack.
Aku tersenyum tipis ke arah Violet lalu mengusap kepalanya dan bergegas bangkit. "Aku baik-baik saja. Ayo kita pergi," kataku sambil mengulurkan tangan kepada Violet.
Dia membalas uluran tanganku, sehingga kami berjalan sambil bergandengan. Violet melompat, selagi melangkah dan dia menyanyikan lagu Party In the USA sampai-sampai aku mengikutinya.
Seperti terdapat konser dadakan, kami melakukannya tanpa peduli orang-orang menoleh lebih dari sekali, demi memastikan bahwa kami tidak gila.
Sampai akhirnya tiba di tujuan, Mr. Smith menyambut kehadiran dengan begitu hangat. Rupanya akan ada pesta pertunangan malam ini dan peternakan, sekaligus kediaman Mr. Smith sengaja disewa untuk acara tersebut. Oleh karenanya, pria paruh baya itu pun meminta kami untuk membantunya mempersiapkan pesta.
"Hello, apa kau sudah menggunakan ponselku dengan baik dan benar, Baby girl?"
Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku dan mempertanyakan hal yang sepertinya, tidak kuketahui apakah tertuju padaku atau bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of the God of Destruction
RomanceHyunjin adalah manusia setengah dewa. Dianggap aib bagi para dewa karena kemampuan merusak yang mampu membunuh siapa saja, sehingga ia dibuang ke bumi. Pertemuannya dengan Crystal pun, menjadi cara agar dia bisa menjadi manusia seutuhnya. Akan tetap...