01 Love Is : His Biggest Fear

259 29 7
                                    

Jieun baru saja selesai menyiapkan makan malam saat sosok tamu tidak diundang itu hadir di apartemennya dan tanpa permisi mengambil tempat di sofa tidur yang ada di ruang tengah tempatnya biasa menghabiskan malam bersantai. Tidak mengejutkan mengingat hal ini bukan pertama kalinya untuk pria itu datang seenaknya di apartemennya dengan waktu sesuka hatinya.

"Kali ini kenapa?" tanya Jieun seraya meletakkan gelas dan botol jeruk di atas meja makan. Ia dapat dengan cepat menduga beberapa kemungkinan yang mungkin menjadi alasan dari kehadiran tiba-tiba sosok di sampingnya ini. Sesuatu mengganggunya atau sesuatu telah terjadi dan biasanya yang Jieun tahu pasti berhubungan dengan wanita.

Tanpa izin, Sungjin menuang minuman jeruk pada gelas milik Jieun dan meminumnya.

"Aku hampir saja berniat menggoda kekasih Wonpil."

Nah, sesuai tebakan.

"Kau itu haus perhatian atau bagaimana? Pacar temanmu juga kau incar?" tanya Jieun seraya memulai acara makannya. Ia tidak terlalu memusingkan saat Sungjin ikut mencomot makanannya.

"Bagaimana aku tahu itu kekasihnya? Salah sendiri meninggalkan wanita cantik sendirian!" kilah Sungjin tidak terima. Dia tahu, dia ini playboy tapi dia tidak serendah itu untuk mengambil kekasih orang, atau bahkan temannya sendiri. Kebetulan saja tadi melihat kekasih Wonpil sedang duduk sendiri, tentunya sebagai pro-player, dia tanpa basa-basi bergegas mendekat sebelum Wonpil menyapanya dan menanyakan kenapa dia ada di tempat itu. Bersyukur karena ketidakpekaan lelaki itu, Sungjin berhasil selamat.

"Matamu saja yang tidak bisa diam saat melihat wanita cantik." komentar Jieun.

"Tentunya. Mataku ini-" seruan yang nyaris dilontarkan Sungjin, terputus saat Jieun mendecak keras dan menjauhkan piring yang berisi makan malamnya dari jangkauan tangan Sungjin.

"Jika kau datang hanya untuk membagi kegagalanmu lebih baik kau pulang. Aku tidak dalam mood yang bagus sekarang." ucap Jieun kemudian.

Pria itu mendadak terdiam setelah mendengar ujaran Jieun. Terlebih melihat bagaimana Jieun yang kini telah menghentikan makannya sepenuhnya dan menatapnya dengan aura mengerikannya. Aura yang sama seperti saat wanita itu mengalami tamu bulanannya di hari pertama.

"Kau kenapa?" tanya Sungjin canggung. Tidak biasanya Jieun mengusirnya secara langsung seperti ini. Wanita itu akan mendiamkannya seharian jika memang marah ataupun dalam mood yang buruk.

"Pulanglah. Jangan menggangguku." ulang Jieun tanpa perubahan emosi yang ditunjukkan pada wajahnya.

"Kau sedang...datang bulan?" tebak Sungjin hati-hati. Bisa saja kan? Seingatnya perubahan mood drastis biasa dialami Jieun saat-saat krusial seperti ini.

"Ey tapi ini baru tanggal 3, jadwalmu kan akhir bulan." ujarnya kemudian, sesaat ia mengingat tanggalan hari ini.

"Kau menghitung jadwal haidku?" tanya Jieun heran setengah terkejut.

"Tanpa aku menghitungnya kau akan selalu mengeluh sakit perut dan memintaku membeli banyak coklat untuk cemilanmu. Lagipula kau sendiri juga menjelaskan siklus haidmu itu untuk memberitahuku masa suburmu itu tidak saat kita-"

"Berhenti membahasnya. Kita sudah sepakat." sela Jieun cepat dan wanita itu kembali melanjutkan acara makannya yang tadi terjeda. Tampak berusaha menghindari percakapan yang menjurus ke arah sana.

Sungjin menyadari perubahan itu dan dengan cepat, ekspresinya berubah. Kilatan jahil itu tampak pada matanya dan sudut bibir itu tertarik membentuk seringai.

Dengan sengaja, ia memajukan wajahnya dan berbisik di telinga kanan Jieun.

"Wae? Kau malu?"

Jieun bergeming. Tidak berusaha memberikan perhatian yang justru diidamkan oleh pria di sampingnya. Dia sudah terlalu hapal tingkah Sungjin untuk tahu apa yang harus dilakukannya saat sifat jahil pria itu-yang selalu berhasil membuatnya jengkel-datang.

You Don't Know LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang