"Ini bukan tentang cinta kami yang telah hilang. Sedari awal hubungan kami bukanlah kemauan kami, tuntutan bisnis yang menguntungkan kedua perusahaan mengharuskan kami bersama. Orang tua kami tahu jika kami telah memiliki pasangan satu sama lain, namun mereka tetap berkeras agar kami memutuskan hubungan kami dengan kekasih kami. Mereka berpikir jika kami menikah, maka kami dapat beradaptasi dan menyayangi satu sama lain seiring perjalanan pernikahan kami. Mereka tidak tahu jika kami justru membuat kesepakatan untuk tetap mempertahankan hubungan kami dengan pasangan kami satu sama lain dan bercerai beberapa tahun berikutnya."
"Kami pikir segalanya akan berjalan sebagaimana rencana, namun hubungan ayahmu dengan kekasihnya kandas begitu saja dan ayahmu memintaku untuk membatalkan perjanjian awal kami. Aku menolaknya dan ayahmu justru berbuat picik, menjebakku dengan menghadirkanmu di antara kami agar aku bertahan bersamanya. Dia memintaku untuk memilihnya atau kekasihku dengan kau sebagai jaminan."
"Ibu minta maaf jika Ibu egois memilihnya ketimbang dirimu. Ibu tidak bisa hidup bersama ayahmu dengan sikapnya yang sama kerasnya dengan kakekmu, hidupku selalu terkekang jika aku terus bersamanya. Maafkan Ibu jika Ibu menjadi alasanmu begitu takut untuk menjalin hubungan dengan siapapun. Kau harus tahu, Ibu selalu menyayangi dan menjagamu dari jauh bahkan ketika ayahmu selalu berusaha menjauhkanmu dari Ibu. Ibu mendukung segala keputusanmu."
.
Segala pemikiran tentang pernikahan orang tuanya nyatanya salah total. Dulu, ia percaya saat ayahnya mengatakan jika Ibunya meninggalkannya untuk dapat hidup bersama dengan keluarga barunya dan ibunya tidak lagi mencintainya. Dia percaya saat ayahnya mengatakan jika sang Ibu menjadi penyebab atas keretakan keluarga mereka.
Nyatanya, dari awal keluarga mereka tidak pernah utuh. Perjanjian di atas kertas yang disepakati itu tidak pernah tersebut oleh sang Ayah demi menjadikan sang Ibu sebagai kambing hitam atas kerusakan yang ada dalam keluarga mereka. Ibunya bukanlah satu-satunya penjahat ketika Ayahnya juga termasuk penjahat yang enggan mengakui dosanya. Tidak ada yang patut dibenarkan ketika keduanya saling memiliki kesalahan dalam porsi masing-masing.
Segala mimpi buruk yang selalu mendatangi mimpinya sedari ia kecil, tentang ketakutannya untuk dibuang saat ia menjatuhkan kepercayaannya pada seseorang dan ketakutannya untuk ditinggalkan tanpa satu orangpun yang memberinya perhatian.
Selama ini, ia mencari perhatian dari banyak wanita dengan mengecani mereka tanpa status yang mengikat. Ia hanya menginginkan perhatian dan kasih sayang seorang wanita selayak yang diberikan sang Ibu sebelum wanita itu meninggalkannya bersama sang Ayah yang bahkan lebih mencintai hartanya ketimbang dirinya. Sang ayah yang hanya mempedulikan keluarga barunya yang menjamin perusahaannya semakin maju. Ia selalu berpikir jika ia tidak harus menjatuhkan kepercayaannya agar ia tidak perlu lagi merasakan sakitnya dibuang. Ia tidak harus terlibat dalam percintaan yang mengikat jika memang kata cinta itu tidak bisa menjadikan orang setia.
Ia mengira jika dirinya dapat melakukan itu tanpa sedikitpun kendala dihadapinya. Ia mendapat perhatian, tanpa harus merasa takut untuk ditinggalkan. Namun eksistensi Jieun di hidupnya, tepatnya setelah kejadian malam itu. Mutlak mengubah pandangan hidupnya. Jieun sebagai temannya, Jieun sebagai sahabatnya, Jieun sebagai satu-satunya wanita berharga di hidupnya menyatakan ketakutannya terhadap keputusannya untuk tidak menjalin hubungan serius.
Sungjin tidak dapat mengabaikannya begitu saja, ia merasa kecewa dan marah. Kecewa karena ia telah membuat Jieun terluka, dan marah karena ia tidak dapat melakukan apapun untuk merubah keadaan. Trauma itu yang didapatnya akibat keretakan dalam keluarganya mempengaruhinya begitu besar.
Percakapan dengan Ayahnya yang berisikan penawaran padanya, masih menjadi terbayang di benaknya dalam perjalanannya pulang. Apakah keputusannya ini benar? Ia tidak salah mengambil keputusan kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Don't Know Love
FanfictionCerita tentang bagaimana hubungan mereka berubah setelah hari itu. Perasaan terpendam yang akhirnya diutarakan dan pengelakan atas ketakutan yang dimiliki, perlahan menemukan ujung saat pertanyaan atas kejujuran hati dilontarkan. Apakah mereka dapa...