Bonus Chapter - 2

626 105 21
                                    

Biar ga nanggung, Happy Reading! ♡

🍃🍃🍃

"Naresh! Udah bangun belom?!" Tanya Jevano sambil menggedor-gedor pintu kamar sang sepupu. Padahal waktu saat ini baru menunjukkan pukul 6 pagi, waktu yang terbilang masih cukup pagi apalagi untuk ukuran manusia mageran seperti Jevano. Entah angin dari mana Jevano bisa bangun pagi seperti ini.

"Naon?! Ngaganggu pisan!" Omel Naresh sambil membuka pintu kamarnya. Rambutnya masih acak-acakan dan kaosnya juga terlihat miring sehingga mempertontonkan bahu kirinya.
(Apa?! Ngeganggu banget!)

"Cuci muka dulu sono! Pacar lu nunggu di ruang tamu, tuh," ucap Jevano memberitahu.

"Pacar gue yang mana?" Naresh malah bertanya pada Jevano. Inilah kebiasaan buruk Naresh ketika bangun tidur. Ia akan mudah kebingungan dan lupa semuanya.

"YOGA! LU ITU PACAR NARESH YANG KEBERAPA?!" Jevano berteriak agar Yoga dapat mendengarnya. Tentu saja hal ini membuat Yoga yang tidak tahu apa-apa jadi bingung jadinya.

"Maksudnya, Jev?" Tanya Yoga samar-samar terdengar.

Naresh yang sudah sepenuhnya sadar langsung membekap mulut Jevano kemudian berseru. "BUKAN APA-APA, BABY! SI JEVAN MAH EMANG SUKA NGAWUR ANAKNYA TÉH!" Aksen Sunda Naresh langsung keluar. Biarpun dibekap, Jevano masih bisa tertawa ngakak melihat ekspresi panik sepupunya.

"Lepasin!" Suruhnya sambil menarik tangan Naresh. "Tangan lu bau. Cuci tangan sama muka dulu sana, kasihan si Yoga kalau nanti dipegang sama elu," kata Jevano lagi kemudian melenggang pergi.

"Sombong mentang-mentang udah mandi! Masuk angin baru tahu rasa!" Cibir Naresh saat melihat handuk yang tersampir di leher Jevano lalu berdecih.

"Tinggal minta pijet Rendra aja kalau gua sakit. Sekalian servis plus-plus," jawab Jevano mengedipkan mata.

"Cih, mesum."

🍃🍃🍃

"Beneran gak ada kambing yang belum laku, Pah?" Tanya Naresh pada Tama. Ia bersama Yoga pagi ini memang sudah berencana untuk pergi ke peternakan kambing milik Tama.

Saat Naresh mengutarakan niatnya pada Yoga untuk membelikan boneka sebagai pengganti Phillip, kekasihnya itu malah langsung menolak secara tegas. Akhirnya Naresh pun mengikuti keinginan Yoga untuk membeli kambing baru. Namun kali ini, biaya membeli kambing akan mereka bagi dua. Padahal Naresh juga sudah menawarkan diri untuk membelikannya tapi lagi-lagi Yoga menolak idenya itu.

"Gak ada, Na. Kalau seengganya ada satu aja kambing yang nyisa pasti Papah juga udah langsung kasih buat Yoga dari kemarin. Cuma emang lagi musimnya buat pada beli kambing jadi kambing-kambing kita yang ada udah jadi pesanan orang semua," jawab Tama sedikit menyesal. Ia mengelus rambut Yoga kemudian berkata, "Maafin Om Tama ya, Yoga. Buat saat ini Om belum bisa ngasih penggantinya Phillip."

Yoga yang tadinya sedang menundukkan kepala langsung mendongak. "Gak apa-apa, Om. Ini juga bukan salahnya Om Tama. Malahan aku berterima kasih sama Om karena udah mau peduliin masalah sepele kayak gini."

"Eh, kata siapa sepele? Wajar kalau kamu sedih banget apalagi kamu udah ngurus Phillip dari kecil. Pasti udah berasa kayak ngurus anak aja 'kan, hahaha."

Naresh yang mendengar ucapan Tama pun langsung menjentikkan jari. "Oh, aku ada ide! Karena gak ada kambing yang bisa kita beli, gimana kalau kita bikin anak aja, By?!" Seru Naresh bangga dengan idenya kali ini. Mata Yoga melotot kemudian ia melihat panik ke arah Tama karena takut kena marah.

Tetapi bukannya marah, justru Tama malah melakukan hal yang sebaliknya. Duda dua anak itu tertawa kencang kemudian merangkul bahu anak bungsunya. "Boleh tuh, kalian mau nikah kapan? Gak usah takut urusan makan, kalau lapar tinggal pulang ke rumah masing-masing."

Yoga tahu jika keluarga Hirawan selain Arka itu adalah orang-orang aneh. Namun, ia tidak menyangka jika Papah dan anak bungsu Hirawan adalah orang yang benar-benar aneh.

"Biarpun dari fisik Om Tama sama Naresh gak terlalu mirip tapi gue gak meragukan kalau mereka itu beneran Papah sama anak. Sel-sel otak mereka berbagi kebodohan yang sama soalnya," batin Yoga berbicara melihat interaksi bodoh antara kekasih dengan calon mertuanya.

🍃🍃🍃

"Gimana hasilnya setelah ke peternakan Om Tama, Kak? Nemu kambing yang mau dibeli?" Tanya Aji pada Naresh dan Yoga. Ia duduk di samping Chandra yang sedang sibuk ngemil singkong bersama Rendra.

"Nihil, Ji. Kambingnya udah jadi pesanan orang semua," jawab Yoga lesu.

"Bener-bener gak ada banget?" Tanya Jevano tak percaya. Masa dari banyaknya kambing yang dimiliki Om Tama tidak ada kambing yang tersisa satu pun.

"Hooh. Lagi musim kurban gini mah kambing dari peternakan Papah pasti laku keras," timpal Naresh memberitahu.

RETAS saat ini sedang berkumpul di rumah Hanan untuk mencari solusi pengganti Phillip. Tetapi tidak semua anggota ada di sana, Arka tidak bisa bergabung karena sedang berkemas untuk keperluan ngekost. Lusa adalah hari keberangkatan Arka ke Jakarta karena ia berkuliah di sana.

"Lu emang maunya kambing, Yog?" Tanya Hanan pada sobatnya itu. Yoga menoleh kemudian menganggukkan kepala. "Iya, Nan. Tapi gak tahu juga deh, mungkin aja kalau ini cuma keinginan sesaat gue karena ditinggal mati sama Phillip."

"Bukan gitu, kalau lu mau, lu bisa tungguin anaknya si Boy lahir. Gue bakal kasih anaknya si Boy kalau lu mau jadi ikatan kekeluargaan di antara kita juga makin kuat," jawab Hanan sambil menyantolkan kedua telunjuknya.

"Anaknya si Boy kapan lahir coba? Kawin aja belum," sahut Rendra.

"Manéh tahu dari mana kalau si Boy belum kawin sama pasangannya? Eyy... Diem-diem ternyata manéh suka ngintipin si Boy, ya~" goda Hanan menoel-noel dagu Rendra. Chandra langsung tertawa puas. Ia juga ikut-ikutan menggoda Rendra.

"Berisik, ah. Gabut banget gua ngintipin si Boy," jawab Rendra sambil menepis tangan Hanan.

"Bener, tuh. Lagian Rendra juga pasti lebih suka ngintipin gua daripada Boy. Iya 'kan, Sayang?" Tanya Jevano sambil tersenyum jahil. Bantal kursi langsung mendarat dengan mulus di wajah rupawan Jevano.

"Gak usah ikut-ikutan!" Omel Rendra. Naresh dan Yoga yang tahu akan seperti ini jadinya hanya bisa menghela napas. Meminta saran pada RETAS adalah hal yang sia-sia karena mereka pasti tidak akan pernah menemukan pencerahan.

"By, kayaknya kamu mendingan nyerah aja buat nyari kambing baru. Mendingan kita fokus sekolah, kuliah, cari kerja, abis itu nikah dan punya anak. Kita kumpulin aja uangnya buat ngurus anak beneran di masa depan nanti," ucap Naresh bersungguh-sungguh pada Yoga.

Yoga memijat pelipisnya kemudian bersandar di sofa. "Terserah kamu ajalah, aku jadi pusing. Di sini gak ada orang yang waras apa, ya?"

🍃🍃🍃

Yoga, yang sabar yaa, Sayang...

[✓] RETAS || NoRen ft. Dreamies + YYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang