Happy reading^-^
...
Mata elang pemuda itu tak henti-hentinya bergerak mengikuti langkah jenjang dari gadis dengan seragam pelayan yang melekat di tubuhnya.
Kenzo, kekehan kekuar dari mulut pemuda itu, "Hidup lo susah, ya, Met? Sampai harus banting tulang kayak gitu?" gumamnya.
"Nggak."
Mata Kenzo membulat saat netranya bertemu dengan netra gadis itu.
Senyuman di wajah Meta terbit, "Dia masih di sini ternyata ...." Gadis itu berjalan menuju kasir, "Kak, kerjaan gue udah selesai, kan?"
Seorang gadis bertopi yang bertugas menjaga bagian kasir mengangguk, "Iya, Met."
"Kalo gitu, gue ganti baju dulu, ya ...." Pandangan Meta kembali teralih pada Kenzo, "Oh, ya, gue pesen vanilla latte sama waffle caramel, masing-masing dua. Tolong anterin ke meja nomor tujuh," imbuhnya sebelum melangkah pergi menuju ruang khusus staf.
"Eh, Met ... itu yang duduk di meja nomor tujuh kenalan lo, ya?"
Dahi Meta mengernyit saat mendapat sambutan itu, "Iya, kenapa?"
"Kenalin, dong ...."
Bibir gadis itu mencebik, tanpa menyahuti permintaan itu, ia mulai mengganti pakaiannya. Tak lama, ia segera keluar untuk menemui Kenzo.
"Udah selesai?"
Meta menganggukkan kepalanya lalu mengambil posisi duduk di hadapan pemuda itu, "Lo gak ada kerjaan lain, ya? Sampai nunggu gue kerja berjam-jam."
"Ada, kok." Kenzo bertopang dagu, menatap wajah penuh keringat Meta, "capek banget, ya?" Tangannya beralih menyeka keringat di dahi gadis itu. Namun, Meta menepisnya pelan lalu mengusap sendiri dahinya dengan sedikit kasar.
"Gue udah biasa," sahut Meta sambil menatap ke sembarang arah, "lo bilang ada kerjaan, kenapa malah liatin gue kerja?" imbuhnya.
Cengiran khas menghiasi wajah Kenzo, "Iya ... kerjaan gue dimulai dari sekarang adalah liatin lo kerja."
"Gabut banget idup lo!"
"Lo belum jawab gue, Met," Kenzo menatap lembut Meta yang sesekali meminum vanilla latte-nya, "gue bakal terus bareng lo sampai lo jawab gue."
"Gue gak suka sama lo," ujar Meta dengan tatapan yang lurus ke arah Kenzo.
"Udah, kan?"
Kenzo tertegun lalu mengangkat satu sudut bibirnya, "Lo orang pertama yang nolak gue, Met."
"Terus?" tanya Meta, sebelah alisnya terangkat.
"Gue butuh alasan."
Meta meletakkan gelasnya di atas meja, "Simple ... gue gak percaya sama cinta pada pandangan pertama," gadis itu meraih tasnya lalu bangkit, "semuanya udah gue bayar, gue balik duluan."
Kenzo bersedekap dada, "Sikap lo justru bikin gue semakin penasaran, Almeta."
...
Tangan Meta meraih selapis roti di atas meja makan, ia mengoleskan selai cokelat di atas roti itu lalu menggigitnya seraya melangkah menuju ruang tengah.
Gadis itu duduk di atas sofa, tangannya sibuk mengikat tali sepatu dengan roti yang menggantung di mulutnya. "Huft ... gue kira kesiangan."
Ting! Tong!
Kerutan halus muncul di dahi Meta, "Siapa yang dateng jam segini?" Langkahnya perlahan menapaki lantai menuju pintu utama.
"Pagi, Met!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey
Teen Fiction"Warnaku yang sebenarnya tersembunyi di balik senyuman adalah biru dan abu-abu." Almeta Adara Callysta, biasa dipanggil Meta. Gadis berparas cantik dengan perawakan proporsional yang dikenal sebagai siswi ceria dan urakan. Bagi Almeta, hidupnya han...