KEJUTAN DI HARI ULANG TAHUN YANG TIDAK PERNAH DIRAYAKAN

12 4 1
                                    

Cherish begadang lagi, tapi kali ini bukan karena nonton NBA, tapi karena tak bisa tidur. Jam menunjukkan hampir tengah malam. Dan saat kedua jarum jam melewati angka 12, saat itulah hari di mana Cherish lahir. Hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidup seseorang itu, justru menjadi hari paling menyedihkan bagi Cherish. Karena hari itu adalah hari kepergian sang mama tercinta. Wanita yang rela kehilangan nyawa demi melahirkannya ke dunia.

Cherish yang selalu ceria akan menjadi muram setiap hari ulang tahunnya tiba. Suatu hari papa pernah meminta maaf karena tidak bisa merayakan ulang tahun untuk Cherish. Karena seperti Cherish sekarang, papa pun merasakan kesedihan yang mendalam di hari itu. Itu sebabnya Cherish tak akan pernah bisa merayakan hari kelahirannya sekarang ataupun selamanya.

Cherish menyimpan foto mama di ponsel. Foto mama yang sedang tersenyum cerah dengan wajah cantiknya. Cherish selalu memandangi foto itu setiap kali ingin bercerita. Cherish membayangkan dirinya sedang berbicara langsung dengan sang mama. Malam itu pun, di saat kedua jarum jam menunjuk angka 12 malam, Cherish memandangi foto mama.

"Maafkan Cherish, Ma!" ucap Cherish lirih seraya meneteskan air mata.

Cherish tak mampu mengatakan apa pun lagi. Dia hanya menangis tersedu. Air matanya terus mengalir tanpa bisa dihentikan. Barulah setelah lelah, Cherish berbaring di tempat tidur dan tanpa sadar mulai menutup mata. Cherish terlelap untuk bisa sedikit mengurai kesedihannya.

Waktu terus berjalan dan mentari pun terbit. Sinarnya muncul di sela-sela jendela dan menerpa wajah Cherish. Hari itu pun berjalan seperti biasa, hanya saja Cherish lebih murung daripada hari lain. Semua yang mengenal Cherish sudah tahu alasannya, karena itu mereka mengerti dan bisa menyesuaikan diri. Khusus di hari itu, papa menjadi lebih perhatian dan lembut. Begitu pun dengan ketiga sahabat Cherish yang bersikap lebih baik dari biasanya. Bahkan Anjay sama sekali tidak jahil ataupun mengajak Cherish bertengkar.

"Cher... gue udah kerjain PR bahasa Inggris nih. Siapa tahu lu mau nyontek!" Anjay sengaja mengerjakan PR demi Cherish.

"Nggak usah deh. Nanti gue minta nyusul aja ke Pak Agus."

Anjay hanya bisa tertunduk lesu karena ditolak Cherish. Sikap Cherish yang tidak seperti biasanya itu sungguh membuat Anjay merasa prihatin, hatinya ikut bersedih.

Jam sekolah pun berlalu, Cherish pulang bersama Dariel.

"Mau jalan-jalan atau makan di luar nggak hari ini?" tanya Dariel.

"Enggak deh. Gue mau langsung tidur. Badan gue lemes banget soalnya," jawab Cherish lesu.

Hal yang biasanya menarik untuk Cherish pun tidak ingin dilakukannya saat ini. Meskipun merasa simpati, tetap tak ada yang bisa Dariel lakukan untuk menghibur sahabat sedari kecilnya itu. Dariel hanya bisa mengantar Cherish sampai depan gerbang rumahnya, menatap sosok Cherish yang berjalan masuk melalui pintu dan menghilang. Dariel berdiri mematung untuk beberapa waktu sebelum akhirnya beranjak pergi.

Cherish menghabiskan sisa harinya dengan tidur. Sesekali pipinya terasa basah oleh air mata yang tiba-tiba mengalir dalam tidurnya. Sesekali Cherish bangun hanya untuk mengambil minum atau ke kamar mandi. Papa tak berani mengganggu dan hanya masuk ke kamar Cherish untuk menyimpan makanan. Setelah makan sedikit, Cherish tidur lagi sampai hari selanjutnya tiba dan itu sudah akhir pekan, yang artinya Cherish tak perlu ke sekolah.

Cherish baru keluar kamar di sabtu siang, saat perasaannya sudah kembali membaik. Dan saat itu, dia mendengar suara percakapan dari ruang tamu antara papa dan juga seorang perempuan. Cherish melangkahkan kakinya ke sana untuk mencari tahu. Dan ternyata ada dua perempuan di sana.

"Cherish... kamu udah bangun? Papa mau kenalin kamu sama Tante Karin."

Perasaan Cherish tidak enak. Dengan ragu dia menghampiri papa.

CHERISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang