Cherish berjalan menuju dapur. Dia merasakan perutnya keroncongan dan bermaksud untuk meminta Bi Elsa untuk membuatkan nasi goreng untuknya. Namun, niatnya urung saat melihat Jihan dan Karin sedang memasak. Keduanya tampak kompak, membagi tugas tanpa perlu aba-aba. Gerakan mereka begitu cekatan dalam mengolah bahan-bahan masakan di hadapan mereka yang begitu beragam. Sesekali keduanya bercanda dan tertawa, tampak sekali bahwa mereka menikmati quality time antara ibu dan anak. Cherish mendadak lesu. Apa yang sedang dilihatnya, adalah hal yang tidak pernah dirasakannya.
"Neng Cherish, lagi ngapain?" Tiba-tiba Bi Elsa sudah ada di belakang Cherish.
Cherish terlonjak kaget. "Bi Elsa jangan ngomong tiba-tiba di belakang gitu, dong!"
"Maaf, Neng! Habis, Neng Cherish serius begitu liatin Bu Karin sama Neng Jihan."
"Siapa yang serius liatin mereka? Aku lagi nyariin Bi Elsa, mau minta tolong buatin nasi goreng."
"Oh, boleh aja, sih. Tapi, emangnya Neng nggak mau makan masakannya Bu Karin sama Neng Jihan. Mereka juga lagi masak nasi goreng, kok."
"Aku lebih suka masakan Bi Elsa, lebih enak."
"Beneran?" Tanya Bi Elsa. Cherish mengangguk yakin. "Ok. Kalau gitu bibi buatin yang spesial buat Neng Cherish."
"Asyik. Makasih, Bi!"
Setelah dibuatkan nasi goreng oleh Bi Elsa, Cherish memilih untuk memakannya sendirian di kamar. Meskipun Bi Elsa meminta Cherish makan bersama, dia menolaknya dengan alasan ingin makan sambil mengerjakan PR. Cherish baru keluar dari kamar, saat yang lain sedang makan malam. Bi Elsa yang sudah seperti keluarga bagi Gunadi pun, selalu ikut makan bersama di meja makan.
"Inget, ya, Jihan, kamu jangan makan sembarangan! Mama udah masakin khusus buat kamu dan rasanya pasti enak, jadi kamu nggak perlu makan di luar." Terdengar suara Gunadi yang menasihati Jihan dengan suara lembut yang sangat perhatian.
"Ok, Pa. Jihan nggak akan makan, selain masakan Mama sama Bi Elsa."
Cherish berdiri agak jauh dari ruang makan, tapi masih bisa mendengar obrolan dari sana. "Papa care banget sama si Jihan. Kalau sama gue selalu cuek, gue mau makan makanan sampah juga papa nggak akan peduli," ujar Cherish pada dirinya sendiri.
Nasi goreng seafood spesial, menjadi menu andalan Karin untuk makan malam. Bumbunya yang khas dan tidak bisa ditandingi resto mana pun, membuat Gunadi begitu menyukai masakan satu itu. Gunadi rajin memuji masakan Karin dan tidak pernah menyisakan sedikit pun makanan di piringnya.
Meskipun Karin sibuk bekerja, dia tetap mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga terutama memasak sarapan dan makan malam. Pujian Gunadi dan semangat Karin dalam memasak, tentulah menjadi wujud keharmonisan hubungan keduanya. Hal baik yang justru memancing kecemburuan Cherish. Cherish tidak tahan melihat sang papa melayangkan pujian manis setiap hari pada ibu tirinya. Dia mulai menyusun rencana untuk mengacaukan keharmonisan itu.
Di pagi hari, saat Karin selesai memasak sarapan, Cherish diam-diam masuk ke dapur. Dia mengambil lada dan garam di tempat bumbu, lalu menaburkannya pada cream soup milik Gunadi. Karena Gunadi memiliki kebiasaan makan yang lahap, maka ukuran mangkuk dan piring Gunadi lebih besar dari yang lain. Hal itu memudahkan Cherish untuk mengetahui makanan milik sang papa.
Cherish segera meninggalkan dapur sebelum ada orang lain yang datang. Lalu, saat semua berkumpul di meja makan, Cherish mengamati Gunadi yang mulai menyendok sup ke dalam mulutnya. Reaksi pun tampak dari raut wajahnya. Dia mengernyit dan sudut bibirnya sedikit terangkat. Gerak tangannya saat menyendok sup semakin lambat, seolah-olah menjadi lebih berat hingga sulit untuk digerakkan. Pujian pun tidak terdengar dari mulut Gunadi. Cherish tersenyum puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERISH
Novela JuvenilCherish Clarabel adalah gadis pecinta basket yang tidak pandai belajar. Dia tidak pernah merayakan ulang tahunnya, karena hari di mana dia dilahirkan adalah hari sang mama meninggal. Meskipun begitu, dunia putih abu-nya tetap menyenangkan. Sampai su...