Mereka berpikir kamis dengan kata selamat pada saat itu ialah hal paling menggembirakan. Awalnya juga aku mengira seperti itu, tapi, khayalan-khayalan perihal bahagia, sudah hilang semenjak kabar duka sebelum notifikasi kelulusan.
Di atas sajadah banyak sekali permintaan kepada-Nya. Aku meminta separuh Ridho agar mendapatkan PTN impianku, setengahnya lagi aku memohon untuk kakakku disembuhkan.
Bangun dari sujud, ternyata jawaban dari kedua doaku ialah iya. Allah SWT. begitu menyayangi kami berdua.
Aku lulus di PTN impianku, tapi sang Maha penyembuh menyembuhkan kakakku dengan membawanya ke rumah baru; aku kehilangan disela-sela kata bahagia.
Air mata yang katanya kehilangan tidak ingin menunjukkan getirnya. Ia dibungkus rapi oleh kafan.
Sesak di dadaku menyaksikan kembali pemakaman bersama rintik hujan, bersama perayaan kesedihan tentang kelulusan.
Semesta, bagaimana cara memaklumi hari ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
A K U
PoetryDisini, aku ingin sedikit bercerita tentang aku berserta pertanyaan-pertanyaan dari hidup yang membingungkan.