06: 第六章= 𝚁𝚊𝚜𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚃𝚊𝚢

45 8 0
                                    

Murid-murid berkumpul di dekat gerbang kapal. Pada ujung penglihatan mereka dapat terlihat sebuah pulau yang cukup indah dengan pepohonan serta interior jalan yang sangat alami. Kebanyakan interior tersebut terbuat dari dedaunan, pepohonan, serta bahan alami lainnya.

"Apa semua telah mengambil barang masing-masing? Silahkan cek kembali, jangan sampai ada barang yang tertinggal," Tay bertanya kepada para murid sembari menggunakan alat sihir untuk memperkeras volume suaranya.

Satu persatu mereka mengecek barang bawaan yang ada di dekatnya. Tay, Off dan dewan murid lainnya pun berkeliling memastikan bahwa barang bawaan para murid lainnya telah dibawa.

"Barangmu sudah lengkap?" tanya Off pada Gun.

"Ya, sudah." jawab Gun.

"Tongkat sihir?"

Tangan Gun merogoh saku dan mengeluarkan tongkat sihirnya, "Ini aku bawa."

"Bagus."

Di samping mereka pun Krist dan tunangannya juga sedang berbincang-bincang.

"Gun ini aku perkenalkan tunanganku, namanya Singto." Krist berucap sembari memegang tangan seorang pria dengan kulit kecoklatan dan iris mata biru yang ada di sebelahnya.

"Perkenalkan saya Singto, tunangan Krist." Singto menunduk hormat pada Gun dan Off.

"Salam kenal. Akhirnya aku bisa melihat tunangan yang selalu Krist sanjung-sanjung di hadapanku," canda Gun dengan sedikit tawa.

"Gun! Sstt itu rahasia," bisik Krist pada Gun.

Singto yang melihat tingkah tunangannya hanya tersenyum kemudian terkekeh. la sangat tahu bagaimana sifat Krist. Dan Singto bisa memaklumi semua hal itu. Singto dan Krist sudah kenal sedari kecil, sehingga semua kelakuan yang dibuat Krist sudah dapat ia ketahui. Awalnya mereka hanyalah seorang teman dekat tapi ketika kedua orangtua mereka melihat interaksi diantara keduanya membuat mereka memutuskan tunangan antara Singto dan Krist. Dan untungnya hubungan tunangan itu sampai sekarang masih berlangsung dengan damai.

"Aku Off." Off memecahkan suasana tawa dengan suaranya yang dingin.

"Saya sudah tahu anda pangeran Off, siapa yang tidak mengetahui seorang pangeran yang terkenal akan ketampanan dan kepintarannya di seluruh penjuru benua."

Singto bersikap sopan pada Off. Mereka memang satu dewan murid, cuman dikarenakan jarang adanya interaksi membuat keduanya tidak kenal satu sama lain dan mengalami canggung seperti sekarang.

Kecanggungan diantara mereka membuat Off merasa tidak nyaman, "Tidak perlu sesopan itu, kau dan aku sama-sama dewan murid."

"Terimakasih atas kerendahan hati anda. Kalau begitu saya akan patuh."

"Baiklah, mari kita kembali berkeliling. Gun, aku pergi dulu. Nanti kita bertemu di dekat gerbang sebelah kiri," ujar Off menatap Gun sembari memegang tangannya.

"Ya, aku akan menunggu di sana."

Off kembali berkeliling untuk melihat murid yang lain. Sebenarnya dia sangat tidak ingin melakukan hal ini, bahkan yang ditanyai Off hanyalah Gun. Yang lain sekedar lewat saja. Begitupun dengan Singto, ia mengucapkan perpisahan dan mulai berkeliling mengikuti Off.

Kapal mulai menepi di pelabuhan pulau Brasilia dan para murid pun berbaris untuk turun dari kapal. Satu-persatu murid diperiksa kehadiran dan kesehatannya agar memastikan semuanya beres. Setelah gilirannya sampai, Gun dan Krist pun turun dari kapal dan langsung menuju gerbang sebelah kiri untuk menunggu Off dan Singto sembari membawa barang mereka di samping.

Mereka perlu menunggu seluruh murid untuk turun dari kapal terlebih dahulu, kemudian terlihatlah Off dan Singto yang berjalan kearah mereka. Off melangkah sedikit cepat dan ketika sampai ia mulai menggenggam tangan Gun.

THE BARON OF THE FLOWER'S [OffGun]Where stories live. Discover now