Penyihir Bertopeng

101 16 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"Sudah lama sekali kita tidak melihat Mama dengan pakaian kotor."

"Maksudmu berlumuran darah?" Kata Nyonya Laba-laba sembari merayap turun ke pinggiran jaring sarangnya. Kemudian dia terperengah ketika debum pintu membuat dinding bergetar. Delapan kakinya bergelantungan erat ke jaring, dan Pak Stuart menguatkan kaki lengketnya ke dinding. Mama Rokka tergesa-gesa masuk rumah berganti pakaian. Topi kerucutnya dibuang ke sembarang tempat. Pakaiannya lembab dan kotor parah. Ia tanggalkan lalu dibuntal-buntal dijejalkan ke dalam ember di dapur. Ember itu melayang bergegas ke tempat pencucian. Sambil menggumam tidak jelas, Mama Rokka mencuci muka dan tangan yang dipenuhi warna serupa seperti noda di pakaiannya. Pak Stuart si Cicak Dinding dan Nyonya Laba-laba diam-diam memperhatikan.

"Iya." Pak Stuart berdehem, menyambung pertanyaan Nyonya Laba-laba. Ketiga kakinya menempel kuat di dinding, sementara satu kakinya menunjuk sana-sini membuat gerakan serupa tangan manusia ketika berpidato. "Aku sedikit kecewa karena Mama merawat anak manusia itu, tapi melihat Mama pulang lewat tengah malam dengan pakaian kotor, membuat diriku baikan."

"Kau bergurau apa, Pak Stuart?" Nyonya Laba-laba terkekeh licik. "Mama Rokka tidak pernah melukai manusia. Paling-paling itu darah binatang buas." Matanya memicing dan bibirnya menyeringai lebar sehingga taringnya mencuat.

"Biar aku koreksi maksudmu, Nyonya...  Mama Rokka tidak pernah melukai manusia yang ditolongnya, dan tampaknya Mama tidak ada niatan menolong anak ini." Suara Pak Stuart terdengar sombong, tapi Nyonya Laba-laba tahu itu sudah tabiat Pak Stuart, dan mereka tidak benar-benar meyakini darah di pakaian Mama Rokka bukanlah darah manusia.

"Tapi anak itu seorang Pangeran." sekarang suara Nyonya Laba-laba terdengar kecewa. "Bagaimana mungkin Mama tidak akan menolongnya?"

"Oh, Nyonya..." Pak Stuart geleng-geleng  dengan dahi berkerut seakan jengah mendengar keraguan Nyonya Laba-laba. "Tidakkah kau ingat sejarah musnahnya para penyihir? Semua itu berawal dari permohonan seorang pangeran. Jika tidak ada Pangeran yang berusaha menyelamatkan rakyatnya, tentu saja para penyihir akan selamat. Ini waktu yang tepat untuk membalas dendam. Mama tidak akan mengulangi kesalahan. Aku yakin itu."

















"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Magical Mama Rokka ( OffGun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang