Debu

61 6 0
                                    










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Pangeran membuka mata, dan melihat langit-langit dipan merah beludru di kamar tidurnya.

Saat bangkit dan melihat kedua telapak tangan, Pangeran tersadar tubuhnya telah kembali. Ia merayap turun dari ranjang yang luas. Berganti pakaian dan bersiap tanpa meminta bantuan dayang-dayang.

Matahari masih pagi buat menerangi seluruh Kerajaan. Pilar-pilar istana berdiri kedinginan. Pegangan pintu jendela pun seperti membeku saat Pangeran menggeser untuk membukanya. Udara dingin perlahan-lahan merayap masuk.

Para pelayan sibuk di dapur. Pekarangan istana nampak baru diisi para penjaga. Burung-burung berkicau menyerupai para prajurit penjaga pintu yang mengoceh minta dikasih makan. Pangeran segera turun dari kamar. Melintasi pintu demi pintu di sepanjang luasnya koridor istana. Ketika Pangeran tiba-tiba melintas di hadapan para penjaga pintu, mereka terperanjat lalu segera berdiri tegak.

"Pangeran sudah sehat." Bisik salah seorang prajurit. Bisikan itu mengudara, seakan burung membawanya terbang ke segala arah, pindah dari satu telinga ke telinga lain, melompat dan berputar dari satu mulut ke mulut lain. Dengan cepat, Kerajaan Umpha La Rosa digembirakan oleh kabar angin.

Pagi itu, saat berita tengah terbang ke sana kemari, Pangeran baru saja memasuki ruang altar tempat ayahnya duduk memegang tahta. Kursi itu kosong. Pun penjaganya yang tiada. Mendadak permadani tempatnya berdiri tidak terasa empuk. Rasanya tipis dan keras, dan dingin, dan kosong. Ruangan ini betul luas dan kosong, tapi kosongnya mencekam. Pangeran tidak tahu bahwa ruangan yang senantiasa diisi para penjaga ini, yang di kedua sisi altar selalu diduduki para penasehat, yang di dekat jendela-jendela berdiri dayang-dayang, yang di permadani tempatnya berdiri menghadap altar sering dikunjungi berbagai macam perkara, rupanya bisa hilang semua masalah yang menggenang itu. Masalah yang berdatangan silih berganti, yang membuatnya takut menduduki kursi singgasana milik ayahnya, seolah sirna.

Singgasana itu kosong, seakan mengajak Pangeran duduk tapi, Pangeran tidak keberatan berdiri berjam-jam seperti semua prajurit penjaga.

"Merindukan Baginda Raja, Paduka?" Penasehat Hako keluar dari balik tirai salah satu sisi.  Kendati Pangeran langsung mengenalinya, nampaknya ada yang berbeda.  Hanya perasaan saja atau penasehat ini nampak lebih tua dari yang pernah diingat Pangeran?

Magical Mama Rokka ( OffGun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang