Happy reading!
***"Wow! Indah banget."
Raut semringah terukir jelas di wajah seorang gadis berseragam putih abu-abu. Namanya Adelia Nismara. Kini ia tengah dihadapkan keindahan panorama lautan biru nan jernih. Siapa pun yang melihat pasti akan takjub dengan mahakarya Tuhan itu.
Gulungan ombak membawa butiran pasir putih menyentuh kaki Adelia yang tanpa alas. Kemudian dia pejamkan mata sembari menghirup embusan angin yang juga membelai lembut rambut panjangnya.
"Bi, kok lo bisa nemuin tempat seindah ini?" tanya Adelia kepada pemuda yang berdiri di sisi kirinya.
"Lo suka?" Abian balik bertanya sambil turut menarik embuskan napas.
"Iya," jawab Adelia. "Gimana sama lo? Apa lo juga suka tempat ini?"
Abian menoleh dan menatap lekat gadis yang belum buka mata itu, lantas dia menjawab, "Iya, gue juga. Apalagi di sini ada lo, makin tambah indah pemandangannya."
Sontak, Adelia langsung buka mata saat mendapat godaan dari sahabat yang sudah bersamanya sejak kecil itu.
"Gak usah gombal, deh! Gue udah kebal sama gombalan alay lo,” ucap Adelia sambil memutar bola mata malas.
"Yakin lo udah kebal? Bilang aja lo takut baper sama gue,” goda Abian.
Dengan gaya songong pemuda itu mengencangkan seutas kain putih yang melingkar di kepalanya. Sebagai ciri khas karena Abian selalu menganggap dirinya adalah pendekar super keren.
Di mana lima tahun lalu Abian pernah menyelamatkan seekor anak kucing yang terjebak di selokan. Sehingga sejak itu dia selalu memakai ikatan di kepala. Memang terlihat aneh, tapi Abian tidak peduli. Dia tetap merasa dirinya sangat tampan.
"Idih! Ngapain juga gue baper sama cowok nyebelin kayak lo," cibir Adelia tidak terima.
“Bilangnya gak baper, tapi pipi lo merah gitu kayak udang rebus.”
Tidak pernah bosan, pemuda berusia 17 tahun itu selalu bertingkah usil. Membuat Adelia kerap kali geram ingin sekali memukulinya. Meskipun hanya sia-sia, karena Abian Alfahri tetap akan mengulangi kembali.
"Gak usah ge-er. Pipi gue merah gara-gara alergi dengar suara lo yang berisik banget,” bantah Adelia.
"Oke, oke, gue diam nih." Abian menutup bibir rapat-rapat, lalu melakukan gerakan menarik resleting di mulutnya.
Tiba-tiba suasana mendadak jadi hening dan tenang. Hanya terdengar suara debur ombak, desau angin dan juga burung berkicau. Pandangan Abian tampak mengarah jauh ke lautan yang luas. Di mana di depan sana matahari akan terbit sekitar dua jam lagi.
"Del, kalo misalkan gue jadi ke Sydney. Apa lo bakal kangen sama gue?" tanya Abian yang seketika mengganti topik pembicaraan.
"Enggak," jawab Adelia singkat dan padat. Namun, menusuk hati.
Mendengar jawaban barusan, Abian secepat kilat berpaling ke arah sahabatnya itu dengan bibir mengerucut dan mata menyipit tajam.
"Gue gak percaya," sahut Abian ketus. "Gue yakin lo bakal nangis heboh. Lo kan gak bisa jauh-jauh dari gue. Iya, 'kan?" Sambil menaikkan satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST(Cinta adalah Pengorbanan)
Novela Juvenil"Cinta itu butuh pengorbanan, 'kan? Jadi, tolong izinin kali ini gue berkorban buat lo!" (Abian Alfahri) "Lo boleh berkorban, tapi jangan korbanin nyawa lo juga. Gue belum siap kehilangan lo, dan sampai kapan pun gue gak akan siap." (Adelia Nismara)...