PART LIMA

15 3 0
                                    

"Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup. Dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia"
-Ali Bin Abi Thalib-
-


-
-
Happy reading.

"Ayahhh ih ayo maen bosen tauuu disini terus" rengek Azren sambil menggoyang lengan Rayyan yang sedang mengutak atik laptopnya.

Jam menunjukkan pukul 14:25, dari tadi Azren terus saja merengek kepada bunda nya karena ingin mengelilingi kota Malang, namun sang bunda tak merespon apa apa, Azren pun beralih merengek kepada Rayyan yang sedang mengotak atik latop, namun nihil Rayyan juga tak merespon bahkan menoleh saja tidak. Ingin mengajak saudaranya namun anehnya, dirumah ini tidak ada siapa siapa, hanya ada Rayyan, Sheila, dan dirinya.

"Ayahhhh ih, dari tadi Reren ngajak maen juga, masa ayah gak denger si. Seolah olah Reren makhluk ghaib" ujar Azren terlalu kesal.

"Ayahhhh, ih mau mainnnnnn" ucapnya terus menggoyangkan tangan Rayyan, karena terlalu kuat. Alhasil tangan Azren menyenggol kopi panas yang baru saja dibuatkan oleh Sheila.

"AAAA" pekik Azren, tangannya melepuh karena kopi panas.

"AZREN! BISA DIEM GAK, TUH KAN AKIBATNYA KARENA TERUS SAJA MENGGANGGU, GAK TAHU AYAH SEDANG SIBUK?! HAH?" Bentak Rayyan di hadapan muka Azren.

Azren pun, refleks menutup matanya kala suara Rayyan melengking di telinganya, mata Azren mulai berkaca kaca "M-maaf ay-yah Az-ren gak sengaja"Cicit Azren menundukan kepalanya. Oh ayolah! Dirinya gak suka dibentak seperti ini, apalagi sama orang yang ia sayang.

Rayyan tak menghiraukan ucapan Azren, ia kembali duduk sambil menyingkap kemeja panjang yang ia kenakan, lalu duduk kembali disofa "Seperti anak kecil, terus saja merengek. Kamu ini udah besar udah kelas 12, jangan seperti ini terus" Ucap Rayyan pelan namun terdengar sakit di indra pendengaran Azren.

"Maaf sekali lagi, sudah ganggu ayah" Azren pun meninggalkan ruang keluarga, dan berlari kecil menuju kamar Sheila, sekali kali mulutnya meniup luka yang berada dipunggung tangannya.

"Bunda!" Teriak Azren sambil mengetuk pintu kamar Rayyan dan Sheila

Sheila pun membuka pintunya "apa?" Tanya nya cuek

"Bundaaa, tangan Azren luka" Adu nya, berharap Sheila mengobati lukanya, sambil menasehatinya. Namun harapan nya pupus, saat Sheila masuk kembali kedalam kamar.

Azren pun mengikuti langkah Sheila, Membungkukan sedikit badannya Sheila mengambil Kotak P3K di laci nakas.

"Nih, gak usah manja. Udah besar, apa apa harus mandiri" Ucapnya sambil menyodorkan kotak P3K

Azren pun mengambil kotak itu dari tangan Sheila sambil berucap "O-oh, Azren manja ya? Terus buat kalian repot iya? Maafin Azren ya, tapi kata bunda sama ayah, Azren harus tetep manja sama ayah bunda, karena bagi kalian Azren adalah putri kecil. Tapi itu bilangnya dulu waktu Azren kecil, sekarang mah udah beda waktu lagi, Azren udah besar udah kelas SMA. Jadi Azren harus mandiri ya?" Cerocos Azren menatap bunda nya dengan mata memerah menahan air mata.

"Iyalah, kamu ini udah gede. Masa mau manja terus?" Celetuk Sheila tanpa menatap Azren

Azren pun menggelengkan kepalanya pelan, kemudian melegang pergi dari sana. Setelah kepergian Azren, Sheila pun menghembuskan nafasnya pelan.

BEST HUSBAND AND BEST LOVE {New Version}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang