🔞Warning : implicit mature story.
.
.
.
Querencia ;
tempat yang terasa aman dan nyaman, seperti rumah.
Aether, dengan muka dan perawakannya yang orang-orang bilang masih muda itu, sebenarnya telah menjalani kehidupan yang pahit jauh cukup lama dari yang mereka terka. Si pirang itu mengerti bahwa kehidupan itu dipenuhi oleh sesuatu yang abstrak—sesuatu yang tak dapat diraih dan diartikan juga sering terjadi.
Misalnya, tentang dirinya yang terjebak di negeri Teyvat.
Dia tak pernah mengira bahwa dirinya akan menjadi seorang tokoh penting dalam sebuah drama politik, pertikaian, percintaan, dan apapun itu di dalamnya. Tujuannya hanyalah mencari saudarinya, menjemput adik manisnya itu untuk 'pulang' kembali ke dunia mereka.
Siapa yang menyangka, jika ia harus terus mengikuti arus drama yang begitu rumit?
Terlalu lama larut di dalam dunia asing ini, rasanya si pirang mulai membiasakan diri dengan banyak hal yang ada di dalamnya. Sang pengembara dengan ribuan pengalaman ini menemukan hal-hal baru; eksperimen, masakan, kultur—semuanya diterima olehnya dan dijadikan pelajaran hidup. Dan yang terpenting, ia senang mendapatkan teman-teman baru yang berada di sekelilingnya.
Semua itu dilalui dengan suka maupun duka. Perasaan senang, sedih, terharu, khawatir—semuanya bercampur aduk di dalam perjalanannya setiap ia bertemu dengan orang-orang baru. Namun di antara semua itu, ada satu perasaan kuat yang muncul di antaranya.
Tatkala matanya bertemu dengan warna amber yang menyala itu, Aether terpukau. Jantungnya berdegup kencang. Seperti sebuah fatamorgana yang muncul di dalam kepala, desiran angin di sekitarnya terasa hangat dan menggelitik sekujur tubuhnya.
Cinta.
Ya, itu yang muncul di dalam benaknya di kali pertama ia berjumpa dengan Xiao di atas penginapan Wangshuu.
Semakin mengenalnya lebih dalam, rasa lara itu ikut dirasa olehnya. Bukan hanya perasaan khawatir dan sedih di saat ia mengerti tentang Yaksha dan karma kutukannya—perasaan Aether... sangat sulit didefinisikan.
Aether ingin berada di sisi Xiao. Menemani kesendiriannya, mengisi kekosongan hatinya, dan sebisa mungkin memberikan senyuman hangat tanpa sebuah alasan.
Aether tahu bahwa ia memang benar-benar jatuh hati dengan sederhana oleh sang Alatus.
Tak perlu alasan, Aether bahagia ketika berada di sisi pemuda tersebut. Namun, birainya tak pernah mengutarakan semua itu—tak ada niatan pula untuk menyatakannya. Cinta adalah sesuatu yang rumit.
Setidaknya, bagi mereka berdua.
Aether harus tetap fokus pada perjalanannya. Mencari petunjuk apapun tentang Abyss Order maupun saudarinya. Sedangkan Xiao... jangan ditanya. Pemuda itu akan terus hidup di dalam karmanya, menerima semuanya—mengorbankan dirinya untuk negeri tuan yang ia hormati, negeri Liyue.
Cinta adalah sesuatu yang tak harus didapatkan, begitulah yang muncul di kepala Aether. Meski berat untuk mengabaikan rasa yang muncul di dalam kalbu, Aether terus melangkahkan kakinya untuk perjalanan selanjutnya—meninggalkan negeri lama dan kenangannya di belakangnya.
🌼🏡
Aether memang tidak pernah menyampaikannya, tetapi bukan berarti ia membuang dan melupakan semua perasaan cinta tersebut. Rasa tersebut selalu ia simpan baik-baik di dalam dirinya, membiarkan rasa hangatnya menyelimuti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genshin Impact Short Story
Short StoryOneshot dan Drabble Genshin Impact. ~~~~~ ⚠️ Mostly BL ❗Cover © my art.