"Jadi disini rupanya kau bersembunyi?"
Suara barithon itu menyentak keras Calista yang tengah memandangi wajah Zain. Dan setelah menolehkan wajahnya, Calista pun terkejut begitu mendapati adanya Daren disana.
"Daren...." Calista melebarkan matanya dan otomatis dia beranjak bangun dari kursi, menghela mundur dengan waspada ketika melihat Daren mendekat.
"Terkejut melihatku, Sugar?" Daren mengulum senyum, tapi senyum itu tak sampai ke matanya. "Kau masih suka dengan panggilan itu, bukan?" Ia bersedekap sambil mengusap-usap dagunya.
"Kau mau apa?" tanya Calista dengan panik begitu langkah mundurnya terpentok ranjang rumah sakit.
Daren memasang mimik sedih. "Kau terlihat takut padaku. Ayolah, jangan membuatku tersinggung dengan sikap dan pertanyaanmu." Lalu ia kembali tersenyum.
Calista mencoba tenang, ia melirik Zain yang masih tertidur, berharap perdebatan mereka takan mengganggu tidur sang putra. "Aku tidak ada waktu, Daren. Katakan saja apa maumu?"
Senyum di wajah Daren seketika lenyap. "Mauku? Kau benar-benar ingin tahu apa mauku?"
"Ya, katakan! Lalu kau bisa pergi dari sini secepatnya!" balas Calista dengan ketus.
Mendapati sepasang jemari Calista yang saling meremas seketika membuat Daren tersenyum. Perlahan, ia menutup jaraknya dengan Calista. "Kau pasti akan menyesal jika tahu apa yang ku inginkan." Sejurus kemudian, ia menundukkan wajahnya kearah Calista.
"Daren, stop! Kau mau apa?" Calista menahan dada Daren, tatapannya penuh kecemasan.
"Kau bertanya apa mauku, dan sekarang aku memberitahu apa mauku." Senyuman miring terulas di wajah Daren.
"Tapi tidak seperti ini, Daren!" Dengan keras Calista mendorong Daren sebelum kemudian melangkah menjauh.
Daren tersenyum sinis. "Kau ini memang mudah sekali berubah ya, kemarin malam kau menikmati sentuhanku. Sekarang kau mendorongku seakan aku sesuatu yang menjijikkan untukmu!" Ia membalik tubuhnya, menatap Calista dengan tajam.
"Aku...." Ucapan Daren yang menyindir aktivitas mereka di malam itu seketika membuat Calista malu hingga kehilangan kemampuan bicaranya. "Bukan begitu maksudku, hanya saja kita sudah tidak ada hubungan. Jadi kau tidak berhak lagi menyentuhku."
"Begitukah? Lalu yang kemarin malam itu apa?" Daren menaikkan kedua alisnya, mencibir ucapan wanita itu dengan tatapannya yang merendahkan.
"Kemarin malam kau adalah clientku, tapi sekarang tidak, aku sudah berhenti dari pekerjaan itu," sahut Calista sebelum membuang pandangan. "Jadi sebaiknya kamu keluar dan jangan pernah lagi temui aku!"
Daren mendengkus. Ia kembali mendekati Calista. "Sayang sekali, padahal aku baru saja mau mengangkatmu menjadi pelacur kesayanganku."
"Carilah wanita lain untuk kau jadikan budak seks-mu, kau salah alamat mendatangiku kemari." Jemari Calista mengepal, ia berusaha terlihat kuat di bawah tatapan Daren yang begitu mengintimidasi.
Daren tiba dihadapan Calista. "Aku tidak perlu mencari mereka, melainkan mereka yang akan mendatangiku. Mereka yang menginginkan berada disisiku, bukan aku yang menginginkan mereka! Karena hanya wanita bodoh yang meninggalkanku, apalagi demi pria lain yang tidak berguna!" cibirnya sembari memberi tatapan tajam kepada Calista.
Kata-kata itu membuat Calista terbungkam. Tiba-tiba lidahnya kelu saat mendapati adanya luka ditatapan Daren. "Dan wanita yang kau sebut bodoh itu tidak pernah menyesal telah meninggalkan pria bodoh sepertimu!" balasnya.
Jawaban Calista membuat Daren tafakur, seakan kata-kata itu menampar hatinya dengan telak. "Ya, kau benar aku memang pria bodoh. Pria bodoh yang mau saja ditipu oleh wanita sepertimu." Ia mendesak Calista ke dinding, sekejap mata berhasil memenjarakannya disaat wanita itu akan lari. "Tapi ku pastikan, pria bodoh ini bukan lagi pria yang sama yang bisa kau hancurkan seperti dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Calista (My You)
RomanceMature Content! Daren sangat membenci Calista dan putranya. Anak itu adalah anak hasil perselingkuhan Calista dengan pria lain saat dulu mereka masih memiliki hubungan. Tapi kenapa tiap kali berhadapan dengan bocah itu, Daren selalu luluh? Jangankan...