3

157K 1.4K 24
                                    

"Baiklah, apapun yang Ace minta, Daddy akan menurutinya. Jadi apa permintaanmu, sayang?"

.
.

Kutatap manik hitam miliknya sambil memajukan tubuhku agar lebih dekat padanya. "Benarkah, Dad? Kau janji akan menurutinya?" tanyaku hanya sekedar memastikan.

Daddy mengangguk enteng. "Tentu saja. Kau meragukan Daddy, sayang?" tanyanya balik.

Aku mengidingkan bahu masih sambil menatap mata hitamnya. "Ya mungkin..." jawabku bernada.

"Daddy tidak akan mengecewakan permintaan putri kesayanganya ini," ucapnya meyakinkanku.

"Tapi Daddy mungkin marah," balasku.

Alisnya mengernyit dan menatapku penasaran. "Apakah benda itu sangat mahal hingga kau meragukan Daddymu yang kaya ini?" ucapnya malah menyombongkan diri.

Aku pura-pura berpikir sejenak menatapnya jahil.

"Bahkan kau tidak perlu mengeluarkan uangmu, Dad. Hanya saja.." ucapku menggantung kian membuatnya penasaran.

Kutatap bibir pink miliknya membuatku reflek mengulum bibirku sendiri. Aku beralih lagi pada wajah tampan yang nampak tidak menaruh kecurigaan apapun itu.

"Berjanjilah Daddy tidak akan marah," pintaku yang diangguki oleh Daddy.

Matanya menatapku penasaran. Aku menarik nafas, jantungku malah berdebar cepat. Kutatap wajahnya dengan intens membuatku kembali meneguk ludah susah-susah.

"I want you to teach me how do adults kiss, dad," ucapku yang memintanya mengajariku cara orang dewasa berciuman, tentu saja harusnya Daddy paham maksudku. Ciuman yang bergerak-gerak!

Detik selanjutnya Daddy menukikkan alisnya, menatapku tajam. Ditatap seperti itu justru malah membuatku takut, tapi aku tetap menampilkan muka lugu dan polos tanpa dosa.

Daddy diam, ku rasa dia marah.

"Ace!" suaranya dingin dan rendah.

"Daddy marah," simpulku.

"Kau mengerjai Daddy kan? Jangan bercanda seperti itu, Ace!" benar, dia marah. Nada bicaranya mendingin seperti sedang menegur bawahannya di kantor.

"Ace tidak bercanda, Dad. Daddy sudah berjanji tidak akan marah," ucapku sendu mengingatkannya bahwa ia sudah berjanji tidak akan marah tadi.

Daddy menghela nafas berat menahan emosinya. "Daddy tidak akan mengajarimu hal itu," ujarnya tegas.

Dalam hati aku merengut walaupun aku tau Daddy akan menolak. Daddy itu tantangan! ia pria baik dan tidak mudah bagiku untuk terus bersikap polos dengan pikiran yang kotor. Tapi itu baru step A, aku masih punya step B yaitu memanfaatkan sifat posesifnya.

Aku memasang muka kecewa yang dibuat-buat lalu detik selanjutnya aku kembali memperlihatkan senyum manis seolah tak masalah jika ia menolak.

"Baiklah, mungkin Ace akan menawarkan pada Errel saja. Dia pasti mau," ucapku memanasinya.

Errel adalah teman satu kelasku. Aku pernah memperkenalkan teman-temanku pada Daddy saat kerja kelompok bulan lalu. Tentu saja harusnya Daddy ingat siapa itu Errel, karena cowok itu paling brisik saat kerja kelompok.

Setelah mengucapkan itu, aku merasa seperti ditodong mata pisau. Daddy menatapku sangat tajam, terlihat sekali ia tambah marah atas ucapanku barusan. Tidak tahan ditatap seperti itu, aku menggerakkan diriku berniat naik ke tepi. Tapi tangan kekarnya malah menarik pinggangku hingga aku kembali berhadapan dengannya.

THE SEXIEST DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang