"mornin' baby!"
Kedua mataku mengerjap lemah. Suara itu seperti suara Christ.
"wake up, sweetheart. i'm here.."
Rasa berat dikedua mataku tiba-tiba sirna setelah mendengar kembali suara yang sama.
"Christ?!"
"yes, baby?"
"kok kamu bisa masuk sini???"
Christ menggaruk lehernya yang kuyakini tak gatal sama sekali. Senyum malunya muncul, lalu diiringi dengan lesung pipinya ikut tampak.
"just a simple story. aku datang, bertamu, lalu bertemu Mamamu. kubilang aku adalah kekasihmu dan ingin menjemputmu."
"Mama nggak marah?"
"marah? enggak tuh."
"kok.. bisa??"
"ya mungkin,, Mama terpesona sama ketampanan aku kali ya.."
Seketika raut jenakanya itu langsung kuhadiahi bantal yang kugunakan sejak semalam.
Christ tertawa renyah, lalu memeluk bantalku. Senyumnya terus terukir, dan tak lama kemudian wajahnya mendekat. Kecupan pelan pun ia layangkan tepat pada ujung hidungku.
Tanpa menjauhkan jarak, Christ mulai berbisik rendah.
"i told you. Mamamu nggak semenyeramkan itu, asal kita bisa jujur dan percaya, beliau akan menerima hubungan kita."
"jadi, kita nggak perlu lagi backstreet, karena setelah ini aku akan terus mengunjungi rumahmu. ada atau tidaknya Mamamu, setidaknya beliau sudah tahu kalau saat ini ada sesosok lainnya yang bisa menjaga anak gadisnya ini."
Tenggorokanku mendadak kering disaat melihatnya dalam jarak sangat dekat.
Selesai berucap, Christ kembali tersenyum simpul, kali ini dia memberiku satu kecupan lama di atas bibir.
"—mornin kiss, baby." ucapnya setelah itu.
"ayo, bangun. hari ini aku mendapat cuti, dan kamu harus ikut aku kemanapun yang kumau."
Kedua tangan Christ terulur ke arahku, dia membantuku berdiri, lalu menuntunku menuju kamar mandi, membiarkanku berbenah diri sebelum kami pergi menghabiskan waktu bersama.
Butuh waktu sekitar 30 menit lamanya untuk bersiap. Dalam proses mandi pagi ini aku terus saja termenung mengingat ucapannya yang menyatakan kalau Mamaku menerima hubungan kami.
Entahlah.. sebenarnya aku masih ragu akan hal itu. Mama selalu melarangku berhubungan dengan lelaki manapun selagi aku belum selesai pendidikan. Maka dari itu, aku sedikit terkejut mendengar bahwa Mama menerima dirinya. Entah apa yang Christ berikan pada Mama, hingga wanita paruh baya itu membiarkan anaknya ini mulai menjalin kasih dengan sesosok yang diinginkan.
Selesai bersiap, wajahku kutatap sekali lagi dari cermin. Merasa siap dengan tampilan hari ini, dompet beserta ponselku segera kumasukkan ke dalam tas berjenis slingbag. Mengingat hari ini mungkin saja akan berjalan santai dengan Christ, aku menggunakan tas yang juga santai.
Belum sampai kakiku menapak ruang tengah, bisa kudengar suara tawa dari arah ruang tamu yang kukenali bahwa suara itu adalah milik Mama dan Christ. Karena penasaran mengenai bahasan apa yang mereka bicarakan hingga membuat Mamaku yang kaku itu bisa tergelak tawanya, aku segera menghampiri dua sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮
Fanfiction➵ 𝐟𝐭. 𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐜𝐡𝐚𝐧 Tentang ingatan mengenai Christ dan segala peraturannya. ©hznthaamu, 2022