Memories With You. (6)

87 11 4
                                    

Keesokan paginya, sayup-sayup telingaku mendengar suara ketukan berulang kali yang berasal dari pintu kamar, diiringi dengan suara Mama setelahnya.

"sayang~ bangun. sudah pagi.."

"nak? Mama berangkat kerja dulu, ya."

"pagi ini Mama ada meeting, jadi nggak sempat tungguin kamu bangun."

"Bibi Sera sudah siapin sarapan untuk kamu, buruan dimakan ya, sayang."

Setelah itu tak ada lagi ketukan maupun suara Mama. Mungkin Mama sudah turun ke lantai bawah dan berangkat kerja.

Mataku kembali terpejam, diikuti dengan kedua lenganku yang semakin memeluk erat pinggang Christ yang juga masih setia memelukku. Matanya masih terpejam, tak terusik dengan suara Mama barusan.

Menikmati pelukan di bawah selimut dengan orang yang kita sayang itu sungguh luar biasa efeknya. Kondisi mood-ku pagi ini berada dalam tingkatan yang sangat baik, setelah semalaman digempur Christ habis-habisan.

Iya, hampir sepanjang malam, aku dan Christ terus menghabiskan malam kami di dalam bathub, melakukan hal yang awalnya kuminta hanya dilakukan selama 10 menit.

Salahnya tentu saja ada padaku. Sudah tahu kalau Christ itu tidak pernah cepat selesai, dengan entengnya malah kuiyakan ajakannya yang sialnya tidak bisa dihentikan begitu saja. Berakhirlah pagi ini aku terbangun pada pukul setengah 8 pagi, yang mana biasanya di jam seperti ini aku sudah bangun dan mengantarkan kepergian Mama sebelum beliau berangkat kerja.

Kepalaku kembali menunduk, tenggelam dalam dada Christ yang tentu tak memakai lapisan luar selain kulit putih kemerahannya.

Disisi lain, Christ terdengar melenguh pelan, mendekatkan hidung bangirnya ke atas puncak kepalaku, menghirup bau dari sana, lalu tak lama kemudian memberi kecupan tepat di atas keningku lumayan lama.

Setelah membiarkan dirinya melakukan apa yang ia mau, kepalaku mendongak, tatap wajahnya yang kini memandangku dengan raut sayu khas bangun tidur.

"mornin', princess.." sapanya sembari tersenyum kecil.

Senyumku ikut nampak, lalu kecupan pun kuberi pada bibir tebalnya. Kecupan itu sebagai balasan dari sapaan paginya.

"kamu nggak ngantor?"

"ngantor.."

"terus, kenapa merem lagi?"

"nggak jadi. mau cuti aja." balas Christ sekenaknya.

"loh? kenapa tiba-tiba cuti?"

Christ bergerak menurunkan tubuhnya hingga bersejajar dengan dadaku. Pelukan pun kembali terjadi. Namun, kali ini bukan wajahku yang menempel pada dadanya, melainkan wajahnya yang menempel di hadapan dadaku.

Surai gelapnya segera kumainkan, kini giliranku yang merasa addicted dengan bau rambutnya.

"jangan tidur lagi.. bangun, yuk. siap-siap kerja. cari cuan untuk anak kita nanti." bisikku gemas lalu setelahnya melayangkan kecupan pada kedua kelopak mata milik Christ.

Bukannya segera bangun, justru pelukan Christ kian mengerat. Bahkan, dengan sengaja Christ membuka dua kancing teratas piyamaku, memberi akses hidungnya untuk menghirup udara dari sana.

"badanmu wangi banget sih, yang."

"susah lepas jadinya.." lanjutnya dengan suara serak.

Helaan nafasku terlepas, dengan terpaksa tubuhku ini kubawa duduk supaya pelukan Christ dengan cepat terurai.

Sayangnya, bukannya kembali bangun, Christ semakin menitikberatkan tubuh atasnya di atas pahaku, menjadikan kedua kakiku sebagai alas tidurnya.

"Kak.. udah dong tidurnya.."

𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang