Memories With You. (7)

116 13 0
                                    

Suara lonceng pintu yang dibuka Christ berhasil menarik atensi sebagian pengunjung yang juga telah mendatangi restaurant yang kami tuju.

Christ mempersilahkan diriku masuk ke dalam sana, lalu diikuti dengan dirinya. Kami berjalan beriringan, tak lupa tanganku menaut pada lengan kekarnya.

Sepanjang langkah kami mendekati meja resepsionis yang juga merangkup sebagai meja kasir, Christ tak henti-hentinya mengusap punggung tanganku menggunakan telapak tangannya yang lain. Tujuan kami ingin mendekati meja kasir itu karena Christ ingin bertanya dimana ruang vip yang telah ia pesan.

Setelah bertanya, barulah kami diantar menuju ruangan yang dimaksud. Ruang itu berada sedikit jauh dari pintu masuk. Letaknya berada di ujung lorong dan berada di sisi kanan.

Pintu yang bertuliskan vip room kini telah dibuka oleh pelayan yang mengantar kami. Dapat kulihat bahwa saat ini di dalam sana belum ada tanda-tanda kedatangan dari sesosok saudara angkat lelaki itu.

Kepalaku mendongak, menatap Christ yang rupanya terlihat tak masalah dengan itu, justru bisa kusadari bahwa kini dirinya melepaskan nafas lega. Seakan rasa gugupnya berhasil berkurang hanya karena kami datang lebih dulu.

Satu pelayan yang bersama kami sejak tadi pun mulai bertanya menu apa saja yang ingin kami pesan. Tak sampai beberapa lama kemudian, pelayan itu segera beranjak sesaat Christ telah menyebutkan pesanannya.

Sembari menunggu kedatangan sesosok yang ditunggu Christ, tubuhku mulai bersandar pada sandaran kursi dan mataku tak luput terus menatap perubahan air muka Christ yang terus berubah entah kenapa.

Pundaknya segera kusentuh, lalu kuusap pelan. Sekedar menenangkannya.

"—breath, Christ." ingatku.

Christ menoleh, meraih telapak tanganku untuk ia bawa ke atas pangkuannya dan segera ia genggam erat.

"lil bit nervous?" tanyaku sembari terkekeh pelan. Berniat mencairkan suasana.

Christ hanya mengangguk, lalu mulai bernafas teratur sesuai arahanku.

Setelah melihat rautnya kembali normal, genggaman tangannya tadi segera kulingkupi dengan telapak tanganku. Aku ingin mengalihkan perasaan gugupnya.

"Kak.."

Alis kiri Christ terangkat, lalu wajahnya menatap ke arahku lagi.

"Sam tahu kalau kamu punya saudara angkat?"

"tahu."

"dia deket nggak sama Kakak kamu?"

Christ menggeleng.

"Sam dulu lama tinggal di Los Angeles, dan disaat dia pulang, Kakak pergi."

Aku hanya bisa ber-oh ria. Niat ingin mengajak temanku satu itu supaya suasana di sini sedikit mencair, rupanya tak bisa dilaksanakan.

"kenapa tanya begitu?"

Aku mendongak, menatap Christ yang bingung dengan pertanyaanku. Aku hanya bisa tersenyum sembari menggeleng.

"enggak, cuma tanya aja."

"anw, ada kabar Kakak udah di mana?"

Christ segera melihat ponselnya, membuka roomchat mereka lalu menunjukkan layar di atas ponselnya itu padaku.

"terakhir kasih kabar itu tadi pagi. sebelum aku ajak kamu pergi." jelasnya tanpa kebohongan.

Bertepatan dengan Christ yang berucap, ponselnya itu berdering dan menampilkan display panggilan dengan nama 'Sarah'.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang