FORGOTTEN

11 1 0
                                    

Saat ini Falisha dan Tama berada di sebuah kafe yang berada di Puncak, menikmati suasana alam yang masih terasa segar dan asri.

Drrtt.. Drrtt..

Falisha menatap ke arah ponsel milik Tama yang bergetar di atas meja, sedangkan orangnya sendiri sekarang sedang pergi ke kamar mandi.

"Anita Fakhira? Siapa?" batin Falisha bertanya-tanya saat melihat nama yang tertera di layar ponsel.

Awalnya Falisha mencoba mengabaikannya, tetapi ponsel tersebut terus berdering dengan nama yang sama. Tentu saja ia menjadi sangat penasaran.

Tanpa pikir panjang, ia langsung meraih ponsel tersebut dan mengangkat panggilannya. "Halo."

Hening. Hal itu semakin membuat Falisha penasaran karena tidak ada jawaban dari panggilan tersebut. "Halo, ini siapa ya? Kalo gak jawab, gue tutup panggila-"

"Tama mana?"

Falisha mengernyitkan dahinya. "Tama lagi pergi sebentar. Nanti dia balik lagi. Sekarang kasih tau, ini dengan siapa dan ada keperluan apa? Biar nanti bisa gue sampaik-"

"Gue mau langsung ngomong sama Tama nya."

Tanpa sadar Falisha mengepalkan tangannya untuk menahan kesal karena sedari tadi perkataannya terus saja dipotong.

"Siapapun itu lo, lo nyebelin banget sumpah. Gue tutup aja lah, kayaknya gak penti-"

Lagi-lagi perkataannya terpotong karena tiba-tiba saja ada yang merebut ponsel yang menempel pada telinganya dengan paksa. Baru juga ingin protes, tetapi diurungkan karena yang merebut ponselnya adalah Tama sendiri yang saat ini menatap tajam ke arah Falisha.

Tatapan itu yang membuat nyali Falisha menciut dan juga merasa asing karena selama ini Tama tidak pernah menatap dirinya seperti itu. Tajam dan terasa dingin hingga membuat dirinya tidak mengenali sosok pria yang ada di depannya.

Falisha ingin membuka suara, tetapi Tama langsung menyuruhnya diam dengan menaruh telunjuknya dibilah bibir milik Falisha dengan tatapan yang sama, kemudian ia menatap layar ponsel miliknya dan menempelkan ponselnya di telinga.

"Halo, Ta. Kenapa?" tanya Tama yang kemudian langsung berjalan menjauh menuju luar kafe.

Falisha menatap kepergiannya Tama dengan pandangan nanar dan sedih. Rasanya begitu menyakitkan hingga air matanya pun menetes tanpa bisa dicegah.






Enjoy and have a nice day ^^

FORGOTTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang