Raila berjalan cepat menelusuri koridor sekolah. Tujuan nya sekarang adalah mencari seseorang. Beberapa kali Raila menghela nafas gusar. Kesal, marah, dan tentu saja itu semua ulah orang yang sedang dicari nya saat ini.
Saat mata nya menangkap sosok itu di pertigaan kelas, dengan cepat Raila menepuk pundak orang itu kuat, "Raga!"
Raga yang ditepuk pun sedikit terkejut dan menoleh malas. "Ck, kenapa?"
Kedua nya kini berhadapan, Raila masih menatap orang di depan nya penuh emosi. Sangat malas jika harus berdebat di pagi hari yang cerah ini. Apalagi melihat situasi saat ini adalah sekolah.
"Apa, lo?" Tanya Raga lagi saat melihat Raila hanya diam saja.
Raila menarik nafas dalam-dalam, lalu berniat menarik lengan Raga untuk pergi dari tempat itu. Namun, belum sempat ia menariknya, Raga lebih dulu mencekal tangan gadis itu. "Disini aja," ujar Raga saat tau tujuan Raila ingin mengajak nya pergi.
"Ck, lo gak liat situasi yah?" Kesal Raila sambil melirik Bima, teman Raga yang sedari tadi menatap mereka berdua bingung.
Raga yang mengerti pun memutar mata malas. "Bim, lo duluan. Gua mau ngomong sama pacar gue."
What? Pacar? Ah baik Bima maupun Raila pasti masih asing dengan sebutan itu. Yah... Daripada mempersulit keadaan, Bima pun mengangguk mengiyakan. Meskipun didalam benaknya, banyak sekali yang ingin ia tanyakan. "Oke, gue duluan Ga. Jangan lupa nyusul. La duluan yah." Pamit Bima saat melewati Raila.
Raila hanya mengangguk kemudian beralih menatap Raga kembali. "Ayo!" Ajak nya cepat. Tangan mereka kini bergandengan. Bukan Raila yang memulai. Tapi Raga lah yang menggandeng tangan Raila. Gadis itu hanya menghela nafas, huh pencitraan.
Mereka melewati beberapa koridor kelas. Karena ini masih pagi, jadi belum banyak siswa yang datang. Tetap saja, kejadian itu jadi perbincangan bagi beberapa siswa yang ada disana.
"Jadi beneran mereka pacaran?"
"Bukannya mereka selama ini gak akur yah?
"Emang cantikan si Raila sih, tapi gue kok tetep ga suka liat mereka pacaran."
"Berarti Raga udah move on? Wah gile cepet banget tuh anak?"
"Dijadiin pelampiasan kali."
Tak mau mendengar lebih banyak gosip yang secara terang terangan mereka ucapkan, Raila dengan cepat berjalan mendahului Raga. Tanpa melepas gandengan mereka.
Keduanya pun sampai ditempat yang dituju. Rooftop sekolah. Raila melepaskan tangan nya cepat. Gadis itu sudah siap untuk mengeluarkan unek-unek nya.
"Lo, apa-apaan sih?!" Kesal Raila. Rasanya ada api yang membara di dalam sana.
"Apa nya yang apaan?" Tanya Raga santai.
"Lo nggak usah pura pura bodoh deh, Ga. Maksud lo apa posting kaya gitu di sosmed lo?! Lo mau buat gue disorot, iyah?"
Raga tidak menjawab. Dia berjalan menuju kursi usang disana. Membersihkan debunya, lalu duduk tanpa niat membalas pertanyaan Raila.
"Jawab gue, Ragaaa. Jangan bisu kaya gak bisa ngomong!"
"Apasih La? Orang gue gak ada maksud apa-apa juga."
Raila tak habis pikir dengan jawaban Raga. Jika tidak ada maksud, lalu mengapa dia memasang foto dan membuat status tentang Raila? Yaa, Raila tau sebenarnya maksud Raga adalah mempublikasikan hubungan mereka. Tapi, Raila tidak terima. Bukan kah ini terlalu cepat?
Masih belum puas dengan jawaban Raga, Raila merogoh ponsel di saku nya. Lalu membuka aplikasi Instagram dan melihat postingan Raga yang ia maksud tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET
Teen FictionRahasia diatas kertas. Rahasia konyol dengan sebuah perjanjian diatas materai. Telah selesai ditandatangani ketua OSIS dan wakilnya. "Berapa gaji bertama gue?" "Tiga puluh juta." "Okeiii, deal!"