Keadaan kantin saat ini sangat ramai. Bagaikan pasar yang diisi oleh para remaja yang berebut cilok mang Dadang.
"Hai gaiss! Pesananan datang, yuhuuu!" Rani pun memindahkan pesanan mereka ke atas meja dari nampan nya.
"Wish terbaik deh loh Ran." Ucap Raila sembari menggeser cilok dan minuman kesukaan nya.
"Oh iya dong, kan ada yang pajak jadian. Iya, nggak, Nya?"
"Heem. Bener tuh."
"Jadi maksud lo, lo belom bayar ini pesanan kita?" Tanya Raila bingung karena memang dia belum menyerahkan uang untuk membayar makanan mereka.
"Eitss, yah udah dong. Kalo belom mana mungkin gue gercep dapet cilok. Iya, nggak, Nya?"
"Heem. Bener lah." Balas Anya seadanya sambil menyeruput minuman miliknya.
Rani menoyor kepala Anya kesal. "Lu mah, heem heem bae."
"Aww! Sakit bege!"
"Eh tunggu, maksudnya gimana sih? Kok gue nggak ngeh sama kalian berdua? Kan gue belom ngasih uang? Terus kalian dapet pj dari siapa?" Tanya Raila bingung.
"Lo tuh yah, La. Tau ah. Liat aja noh siapa yang dateng." Jawab Rani sambil menunjuk menggunakan dagu nya ke arah orang yang sedang berjalan ke meja mereka.
Sontak Raila pun melihat arah yang dimaksud Rani. Benar, ada tiga manusia fames sekolah sedang berjalan ke meja nya.
Eh, dia mau ngapain kesini? Enggak! Jangan bilang mau gabung? Ah mati gue, di kantin kan banyak mahkluk! Batin Raila sambil meneguk ludah nya.
"Kita gabung yah, besti." Rafli datang bersama kedua temannya dibelakang. Raga dan Bima.
"Sok deket deh, lo." Ucap Anya sambil memakan cilok nya.
"Loh, iya dong. Temen kita ini kan sekarang pacaran, yah otomatis kita jadi deket. Jadi bestian kita ini. Yakan, La?"
Raila yang sedang minum sontak tersedak saat mendengar perkataan Rafli barusan. Dirinya beralih menatap Raga yang juga menatap nya. Pacar pura-puraan kali! Batin nya kesal.
"La, lo nggak papa?" Pertanyaan itu berasal bukan dari pacar nya, tetapi dari teman pacar nya. Ah Bima.
"Engga Bim, nggak papa kok. Eh sini duduk. Malah berdiri aja." Ucap Raila pada Bima. Hanya kepada Bima.
Bima pun mengangguk lalu berjalan hendak duduk di samping Raila. Namun, langkah nya terhenti kala seseorang duluan duduk disana. Siapa lagi kalau bukan? Raga.
"Ekhem. Makanya, minum itu pelan pelan." Ucap nya sambil mengelap sisa air yang ada di bibir Raila. Sontak saja itu membuat Raila terkejut. Dan menjauhkan diri. Dia, belum terbiasa.
"Aduhhh! Mata gue Nyaaa, masa ada yang bucin di depan gue! Nggak bisa, ini nggak bisa!!" Goda Rani dengan ekspresi dibuat buat.
"Ck, bising deh lo. Gak malu di liatin."
"Lah kenapa malu coba, Nya? Orang sekali sekali juga jadi sorotan sekolah, hehe." Kekeh Rani saat dirinya ditatap Raila. Sedangkan Raga, masih stay mengelap bibir Raila.
"Gue bisa sendiri, Ga." Ucap Raila lalu mengambil tissue dan mengelap nya. Raga hanya mengangguk lalu beralih menatap Bima yang masih berdiri di depan mereka.
"Bim? Lo gak mau duduk? Nggak capek?"
Bima yang tersadar pun langsung berjalan dan duduk tepat di depan Raila dan Raga. Sedangkan Rafli, dia sudah melahap makanannya di samping Anya.
"Ekhem. Tunggu deh, gue tuh mau nanya sama kalian, " Ucap Anya sambil menatap orang yang akan ditanyai nya.
"Apa?" Tanya Raga balik.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET
Teen FictionRahasia diatas kertas. Rahasia konyol dengan sebuah perjanjian diatas materai. Telah selesai ditandatangani ketua OSIS dan wakilnya. "Berapa gaji bertama gue?" "Tiga puluh juta." "Okeiii, deal!"