INI PROLOG GAJELAS

3 0 0
                                    

"Gue tantang lo buat jadi pacar gue!"

Tik

Tik

Tik, tik...

Suara jarum jam mendengung di telinga masing-masing manusia. Seorang cowok berseragam rapi tengah terdiam tidak percaya setelah sesosok gadis gila tiba-tiba saja dengan lantang berteriak di depannya. Lelaki itu menatap sang gadis dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia melamatkan kalimat syukur dalam hati, karena pencipta tidak menciptakannya sesembarangan itu.

Gembel.

Satu kata untuk mendeskripsikan penampilan gadis itu. Bagaimana tidak, sang gadis mengikat rambutnya asal-asalan hingga beberapa helai poninya jatuh menutupi wajah, bajunya pendek dan berantakan, ada setitik darah di sudut bibirnya, dan yang terparah, roknya sobek hingga ke paha atas.

Zayd menyunggingkan senyum remeh, ia pasti sedang dipermainkan. Lelaki berkaki jenjang itu bersiap untuk meninggalkan si gadis sendiri dan menanggung malu diantara kerumunan orang yang melihat mereka. Zayd sedang tidak punya waktu karena teman-temannya sudah menunggu di kantin Bu Bejo.

Namun sayang, tidak semudah itu, Zayd terpaksa berhenti karena gadis gembel tadi tiba-tiba berlari menghalangi jalannya. Menutupi jalan dengan kedua tangan merentang di hadapan Zayd. Ia merapikan sedikit poni di wajahnya, membuat Zayd bisa melihat sepasang mata yang ternyata tidak begitu buruk.

"Lo nggak sanggup gue tantang?" Gadis itu menaikkan salah satu alisnya yang tebal dan rapi. Bibir merah gadis itu membentuk senyuman sepele.

Zayd menajamkan matanya. Sebenarnya ia sedang di-prank atau bagaimana, seingat Zayd ulangtahunnya masih lama. Tetapi ia sempat lihat di YouTube beberapa remaja memasang kamera tersembunyi di sudut tak terlihat, berpura-pura melamar orang asing lalu tertawa dan menjelaskan konten mereka. "Lo siapa sih."

Gadis itu membelalakkan matanya lebar. Ia tidak menyangka bahwa Zayd akan tidak mengenalnya. "Gue?!" Ia menunjuk wajahnya ngotot. "Gue Elean! Kelas 12 IPS D."

Pasti sebentar lagi akan kiamat, Zayd tidak mengenalnya. Ada manusia yang tidak mengenalnya. Ia mencoba maklum, mau bagaimana lagi, Zayd tidak mudah bergaul dan banyak menghabiskan waktu di markas perkumpulannya saja.

"Nggak kenal." Zayd menghela bosan lalu kembali melangkah namun lagi-lagi Elean menahannya.

"Makanya gue tantang lo. Lo bisa nggak? Atau lo banci..?" Elean menggedikkan bahunya. "Padahal katanya lo anak paling keren di sekolah ini... tantangan gini doang ciut!"

"Kameranya dimana?" Tanya Zayd.

"Kamera apa?" Gadis itu bingung. "Lo pikir ini prank?! Gila lo, ini beneran!"

"Oh..."

"Nah, jadi lo mau kan?" Elean berkacak pinggang.

"Nggak." Zayd menggeser bahu manusia keturunan Nyi Roro Kidul itu agar tidak menghalangi jalannya.

"Heh!" Tangan Zayd ditepis kuat. "Lo yakin? Nggak mau sama gue? Pengecut banget lo, takut lo?"

Zayd mulai tak tahan dengan semua ocehan Elean, namun ia masih berusaha untuk tidak terpancing. "Awas."

Elean tertawa seram. "Kabur ya... dasar pengecut. Ditantang gini doang nggak bisa!"

Zayd menghentikan langkahnya meski Elean tidak menahannya. Perkataan gadis itulah yang membuatnya terpaksa harus berhenti dan merasa harus menyelesaikan semua permainan ini. "Gue bukan pengecut." Ia memperingatkan.

"Pengecut." Kukuh Elean.

Zayd mengedarkan pandanganya ke sekeliling, orang-orang memperhatikan mereka, menertawakan kesialan Zayd. "Gue. Bukan. Pengecut."

"Pengecut." Ulang gadis itu.

"Nggak."

"Lo pengecut. Nggak bisa jadi pacar gue!"

"Gue bisa!"

Suasana seketika hening, bahkan jarum jam juga kali ini sudah enggan untuk berdetak. Semua orang tercengang.

Elean tersenyum atas kemenangannya sementara Zayd masih berusaha mencerna apa yang telah ia katakan barusan. Pria itu seolah baru bisa mengoreksi perkataannya di waktu sekarang ini, ketika ia sudah terlanjur mengatakannya. Ada yang salah pada mulutnya, otaknya, semua dalam dirinya melakukan kesalahan.

Elean berjalan mendekati Zayd yang membisu, wanita itu memasang wajah lega sekaligus bangga. "Oke. Dimulai dari hari ini, 01 september 2020. Semua orang jadi saksi loh ya!" Ia melamatkan tanggal hari itu dengan jelas. "Kita jadian." Ia mengunci tatapan Zayd dalam.

Zayd adalah pria baik, ia tidak pernah berjudi atau melakukan perbuatan tercela lainnya. Ia tidak pernah ikut taruhan bola atau semacamnya, baginya bertaruh adalah hal yang bodoh. Namun entah mimpi apa ia semalam, Elean baru saja menjadikannya bahan taruhan. Zayd, hanyalah pria hasil taruhan.

~

Sekali BacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang