Beberapa orang membatalkan rencana mereka ketika langit mendung, sebagian toko memilih untuk tutup karena matahari tak muncul, ada sebagian raga yang memilih untuk tidak bahagia ketika langit terpaksa hujan. Aku suka hujan, ketika hujan rasanya lebih hening meski petir, semua orang berhenti menghasilkan riuh, sedikit bagian dari bumi akhirnya beristirahat. Sadarkah kalian bahwa gemuruh badai adalah hening yang paling tenang yang dunia bisa berikan?
"Bubur jagung, ada ayamnya juga." Aku meletakkan semangkuk bubur ayam ke atas meja di dekat jendela yang terbuka menampilkan hujan deras di luar sana. Beberapa tepisan air masuk dan membasahi meja, ada sebuah pot bunga kecil yang tersenyum, jika kubayangkan.
Rob mengangkat tubuhnya perlahan, sudah dua jam ia bersandar di kursi itu dan rasanya tulangnya patah. "Sudah kubilang aku mau sup, bukan bubur." Ketusnya melirik bubur jagung di atas meja.
"Aku akan memakannya jika kau tak mau." Aku menghela malas.
Lelaki tua itu segera meraih mangkuk bubur jagungku dan memangkunya dengan terpaksa, memakan sesendok lalu menelannya dengan nafas yang lebih teratur. Ia memandang keluar jendela dan mendecih. "Untung saja hujan, bubur jagung ini jadi lebih enak."
"Buburnya memang enak." Koreksiku kesal.
Rob menyuapkan sesendok lagi ke dalam mulutnya sebelum tanpa sengaja mangkuk itu jatuh dan pecah. Tumpahan bubur dimana-mana, beberapa bagian kakiku terkena bubur panas itu, keheningan hujan seketika sirna. Sialan.
Aku memandang Rob setelah kejadian itu, beberapa detik sebelum akhirnya aku bersuara. "Aku baru saja pulang kerja, Rob. Demi tuhan aku lelah."
"Mangkuk itu tidak mau diam di tanganku." Rob memberi pembelaan diri.
Gigiku bergemelatuk, aku memilih untuk diam dan menutup buku yang tadi sempat kubaca, terkadang aku berharap kakek tua itu cepat mati, tetapi di sisi lain kematiannya juga tidak akan membuatku lebih bahagia. Bibirku terkatup memandang tumpahan bubur jagung di lantai dengan nanar, bagaimana bisa aku cepat mendapatkan istri jika ada sosok Rob yang akan sangat menyusahkan.
Baiklah, orang tua memang begitu, aku mengerti. Tetapi menghadapi semua itu bertahun-tahun agaknya membuatmu lebih sering memesan minuman penenang. Ada banyak bagian di kepalaku yang menampilkan betapa menyebalkannya Rob, mulai dari merusak rakitan miniatur mobil yang sedang kukerjakan di malam sebelum rakitan itu akan aku ajukan ke kantor, lalu menghidupkan keran air hingga apartemen kecil ini digenangi oleh air dan tetangga di lantai bawah tak henti memarahiku selama dua jam, belum lagi Rob yang kerap tidak mematikan kompor setelah ia membuat roti bakar, membuat pemadam kebakaran mulai bosan dengan ulahnya ketika aku tidak sedang di rumah. Rob, adalah masalah.
Aku masih ingat ketika aku duduk di kelas dua SMP dan Rob menamparku kuat saat ia mengetahui aku dan beberapa temanku mencoba minuman keras. Belum berhenti disitu, masih ada bekas lupa di tangan kiriku bekas tongkat golf yang Rob ayunkan ke kepalaku namun kutepis dengan tangan sesaat setelah ia tau aku mencoba heroin. Rob juga mempermalukanku di acara dansa malam saat aku masih SMA dengan mencukur rambutku hanya di bagian depannya saja, ia melakukan itu karena aku melakukan hal bersifat remaja seperti berkencan dan meniduri wanita.
Rob selalu berlebihan, ia membuat aturan yang banyak di dalam hidupku padahal dia adalah orang jahat. Uangnya adalah uang haram, di darahku mengalir darah kotor dari hasil kerja gelapnya. Rob keluar di tengah malam dan berkelahi untuk mendapatkan sekantung plastik hitam yang aku tak pernah berhasil buka dulu. Rob memintaku untuk cepat mengerjakan pekerjaan rumahku dan pergi tidur sedangkan ia keluar dan bertemu dengan seseorang di depan lift, memberi mereka seplastik kecil garam lalu menerima segepok dollar di tangan kirinya.
Sampai aku SMA, aku tidak tau apa yang Rob lalukan. Aku hanya menerima perlakuannya padaku dan membencinya dalam hati. Di hari dimana aku tau bahwa Rob adalah pengedar narkoba, aku marah besar dan sangat ingin kabur. Menjijikkan sekali mengingat bagaimana ia menampar dan memukulku dengan tongkat golf karena mencicipi apa yang sebenarnya ia perjual-belikan. Rob manusia paling munafik. Ia memintaku untuk membuang air kecilku di sebuah botol di setiap hari minggu pagi lalu membawa air seniku ke kantor polisi. Ia pembohong luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Baca
Short StoryIni hanya berisi cerpen yang penulis rasa terlalu merepotkan untuk diselesaikan. Di dalamnya terdapat ide prolog, cerpen, atau bahkan hanya beberapa kalimat yang menggambarkan seluruh kisah. Ingat, ini hanya tempat penulis membuat coretan di malam h...