Overlove nggak apa-apa,
overthinking jangan.***
Selama hampir 6 bulan pacaran, berulang kali Aru berpikir ingin putus saja dengan kak Langit. Iya, lelaki yang diidam-idamkan nyaris seluruh perempuan di semua angkatan tersebut.
Titik masalahnya beragam, mulai dari kecemburuan, krisis kepercayaan diri, kesalahpahaman, tidak sependapat akan beberapa hal. Namun, anehnya sebelum gadis itu sempat mengucapkan kalimat tersebut. Langit selalu berhasil mengembalikan segala keadaan, meluluhkan dan meyakinkan kembali keraguan Aru.
Bukan dengan pernyataan cinta ataupun rayuan, melainkan dengan pendapat dan keterbukaan yang membuat gadis itu menyadari suatu hal.
Alasan-alasan untuk putus itu hanya datang dari diri Aru sendiri.
Jika kak Langit dikagumi oleh banyak perempuan, dipuji dan dikenal banyak orang, serta sibuk akan kegiatan dan mengurus banyak hal. Apa itu kesalahan kak Langit?Dengan menerima hubungan ini sudah seharusnya Aru juga menerima segala hal yang menyangkut kak Langit. Kewajibannya sebagai pemimpin seluruh mahasiswa di kampus, kepribadiannya yang berbanding balik dengan Aru, segala pemikirannya, dan hal-hal yang disukainya.
Jika kak Langit bilang, jatuh cinta pada Aru adalah hal paling berani yang pernah dia lakukan.
Maka mereka serupa.
Bagi Aru, memiliki kak Langit juga merupakan hal paling berani yang pernah ia lakukan.
Gadis itu tidak membual, Aru memang sepengecut itu untuk memulai sebuah hubungan, hingga akhirnya kak Langit datang.
Terkadang Aru bertanya-tanya,
benarkah alasan hubungan ini dimulai dan bertahan karena cinta? Mengapa Aru merasa hubungan antara keduanya lebih dominan didasarkan rasional dibanding emosional."Jangan lama-lama nanti ayang kangen.."
Baru selangkah keluar dari kamar, Aru menutup mulutnya yang menguap sembari menatap ke arah teras kosan. Memang kamar kost Aru merupakan kamar pertama dihitung dari pintu masuk, jendelanya saja menghadap ke pagar depan. Jadi jika ada suara berisik dari depan, ia menjadi yang pertama terusik.
Dahi gadis itu masih mengernyit, siapa kira-kira yang datang ke kosan pagi-pagi begini?
"Iya sayang, cuma lima hari kok ayang pergi.." Suara lelaki.
"Jangan lupa telpon, jaga diri, jaga hati.."
"Iya ayang yang paling cantik sedunia.."
"HUAA tuh kan, belum apa-apa udah kangen.."
Aru bergidik geli. Bisa-bisanya ia masih bertanya, siapa lagi orang terbucin di kost Lilac ini kalau bukan si Dinia. Mahasiswa prodi Psikologi seangkatan dengannya, jurusannya sih mengkaji tentang kepribadian, tapi dia sendiri bucin akut gila-gilaan.
Anak-anak kost bahkan sering menjadikannya candaan contoh dari mahasiswa salah jurusan. Tidak sinkron lebih tepatnya.
"Siapa di kamar mandi?" tanya Aru pada Farah yang tengah meracik bumbu untuk masakan.
"Itu si Serly."
Gadis itu melipat tangan mengantri, wajahnya masih mengantuk sebab malam tadi harus begadang mengerjakan tugas kelompok yang harus dipresentasikan hari ini.
Padahal Aru sendiri bukan tipe orang yang terbiasa tidur larut malam.Namun mau bagaimana lagi, tidak ada satupun teman kelompoknya yang peduli, alias maunya numpang nama doang.
"Ngampus pagi lo?" tanya Farah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arulangit
Teen FictionHubungan backstreet Arunika dengan ketua BEM kampusnya tampaknya tak akan bertahan lama. Ia kira perbedaan bukanlah hambatan jika didasarkan perasaan yang sama, namun suaranya kalah keras dari jeritan masyarakat tertindas, dari keluhan orang-orang y...