Pernah tidak, ada tapi
seperti tidak ada?***
Yunita.
Namanya Yunita, wanita yang fotonya masih di simpan kak Langit di bukunya itu. Anak fakultas kedokteran lebih muda setahun dari lelaki itu, cantik, kulitnya putih, tinggi, modis, bisa nyanyi, suka pantai. Keduanya berpacaran selama setahun hingga akhirnya putus pada awal tahun lalu. Tepatnya beberapa bulan sebelum Aru dan Langit bertemu.
Kak Langit pernah satu kali menyinggung mengenai mantan pancarnya itu, tapi Aru enggan bertanya banyak. Yang jelas hubungan keduanya berakhir secara baik-baik. Aru pun tak ingin tahu bagaimanaya wujud dari wanita yang pernah bersama lelaki itu hingga teman-teman kampusnya menjadikan hal itu sebagai topik obrolan kali ini.
"Menurut gue mereka cocok-cocok aja sih, sama-sama banyak yang demen."
"Beruntung banget ngga sih kak Nita dapetin kak Langit pas lagi ganteng-gantengnya."
"Sekarang juga masih ganteng kale! Tapi kenapa putus ya?"
"Kak Langit posesif katanya.."
"Masa sih, bukannya karena kak Nita selingkuh?"
Gerakkan ibu jari Aru di layar ponselnya seketika terhenti. Ia melirik ke arah meja kantin di belakangnya.
"Anjir serius??"
"Katanya.."
Selingkuh?
Drrtt drtttt
Gadis itu terperanjat.
Panggilan masuk.
Kak Langit ❤"Iya kak?" jawab Aru sembari membereskan barangnya berniat beranjak. Sekilas matanya melirik ke arah sekumpulan cewek yang sempat membicarakan pacarnya ini.
"Masih ada kelas?"
"Udah selesai."
"Bisa temenin saya ketemu teman di FEB?"
"FEB? Siapa kak?"
"Namanya Hana. Rasanya ngga tepat kalau cuma ngobrol berdua, makanya saya ajak kamu. Mau?"
Aru reflek mengangguk meski menyadari kak Langit tak akan melihat itu. "Boleh kak."
Ini pertama kalinya gadis itu menginjakkan kaki di Fakultas yang banyak dihuni cewek cantik nan modis, katanya. Selain karena tidak punya kenalan, letak Fakultas Ekonomi Bisnis memang berjauhan dengan fakultasnya, ya mungkin itu juga termasuk alasan mengapa kak Langit mengajaknya untuk ikut hari ini. Supaya dirinya tidak nolep nolep banget.
Setelah memarkirkan motor, dan menyapa beberapa kenalan Langit yang kebetulan melintas, keduanya melangkah menuju taman fakultas. Kalau di tempat yang tidak banyak mengenali Aru seperti ini, ia merasa oke oke saja berjalan beriringan dengan kak Langit. Toh, paling juga orang-orang mengira dirinya sekedar teman seorganisasi lelaki itu.
Kak Langit membersihkan bangku di salah satu meja taman, sebelum kemudian mempersilakan Aru untuk duduk.
"Baru selesai kelas katanya, sebentar lagi Hana ke sini.." kata lelaki itu sembari duduk di samping Aru, diletakkannya ponselnya di atas meja kemudian mengeluarkan dua botol minuman dingin yang entah sejak kapan dibelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arulangit
Teen FictionHubungan backstreet Arunika dengan ketua BEM kampusnya tampaknya tak akan bertahan lama. Ia kira perbedaan bukanlah hambatan jika didasarkan perasaan yang sama, namun suaranya kalah keras dari jeritan masyarakat tertindas, dari keluhan orang-orang y...