Satu

2.4K 63 2
                                    

Author's POV

Gadis itu berjalan menelusuri koridor sekolah yang sudah sepi karena bell sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu.

Tepatnya ia terlambat. Atau lebih tepatnya menyengaja kan dirinya terlambat.

Ia menaiki satu persatu anak tangga sampai akhirnya dia berada di lantai dua gedung Perguruan SMA Budi Bhakti.

Ia terus berjalan sampai akhirnya ia tertuju pada pintu kelas XII IPA 3 yang terbuat dari kayu dengan lapisan cat berwarna coklat tua.

Ia berjongkok dan mencoba mengintip dari lubang kunci kelas. Dilihatnya lelaki berkumis tebal dengan tatapan sangar sedang memberikan materi tentang Sejarah dikelasnya.

Guru paling killer sepanjang masa.

Sudah pasti ia tidak akan diizinkan masuk kelas. Karena, setiap murid yang terlambat di mata pelajarannya tidak akan diizinkan masuk olehnya walaupun si murid sudah memohon dengan cara apapun.

Damn! Sial banget gue. Bodo banget sengajain telat pas pelajaran dia—omelnya dalam hati.

Akhirnya ia beranjak pergi meninggalkan pintu depan kelas dan mengarah ke taman belakang sekolah.

Ia duduk bersila di atas hamparan rumput-rumput yang hijau lalu mengeluarka iPod dan headphone nya dari dalam tas, menyetel lagu Amnesia - 5SOS. Ia menepuk-nepuk kan tangannya ke tanah, mengikuti setiap tempo dari lagu itu.

Kemudian ia mengeluarkan buku sketsa dan menggambar apa yang sekarang berada di otakknya.

Tanpa sadar ia menggambar wajah seorang lelaki tampan berwajah tirus dengan rambut acak-acakan.

"Kok jadi dia sih?!" Pekik nya setelah melihat hasil yang digambarnya tanpa sadar.

"Kenapa lo lagi sih?! Gue bosan banget, Bis," ucapnya tanpa sadar.

"Huh!" Dia merobek gambar itu dari buku gambarnya lalu meremasnya dan melemparnya ke tempat sampah yang terletak diujung tempat dia sedang bersila.

***

Azhelea's POV

"Lea! Lo harus liat itu ganteng banget yang main basket. Yaampun!" Teriak sahabatku yang biasa disapa Hime.

"Apaan sih?" Aku memutar bola mataku menanggapi sikapnya yang selalu seperti itu.

"Mantan lo juga ada tuh!"

Seketika aku langsung menoleh ke arah lapangan basket. Aku yakin Hime sudah mengejekku dengan kata 'stuck di mantan' seperti biasa, tapi aku tidak menghiraukannya.

Ini bukan pemandangan yang tidak biasa karena Bisma memang ketua Tim Basket di SMA BUDI BHAKTI.
Tiba-tiba mata kami bertemu. Saling menatap. Ia tersenyum kearahku, aku hanya bisa memberikan tatapan bingung sekaligus ingin tersenyum, tapi aku juga malu untuk tersenyum. Dan saat bersamaan jantungku ikut berdegup kencang. Seperti sedang mendapatkan kebahagiaan yang tidak akan pernah habis.

Dugh..

Kepala Bisma terkena pantulan bola basket yang cukup keras, membuatnya langsung pingsan di tempat. Aku yakin, habis ini dia akan dilarikan ke UKS karena pingsan.

And I'm right!

"Eh, Hime! Bisma pingsan!" Aku panik sendiri tidak tahu alasannya

"Susulin sana ke UKS. Mungkin aja setelah ngeliat lo dia langsung bangun, okay?" Usul Hime

"Yaudah sih, sok atuh temenin gue. Gue khawatir nih!"

"Ketahuan banget stuck cieee," ledek Hime.

"Ntaran aja deh itu."

Aku pun berlari bersama Hime menuju UKS yang terdapat di ujung koridor sekolah.

"Eh gue nunggu depan pintu aja deh, nggak mau ganggu kalian," ucap Hime sambil tersenyum memohon.

"Yaudah sono!"

Aku masuk perlahan, memberi salam pada suster Flavian dan Bu Egy yang mengawas di UKS ini.

"Bis ... Are you okay?" Aku menepuk-nepuk pipinya, tapi dia tidak sadar juga.

Aku menarik kursi yang berada di depan ranjang UKS. Aku duduk lalu memperhatikan dia. Sangat lekat. Tiba-tiba pikiran ku mengarah ke saat-saat itu. Aku tahu itu bodoh ...

"Hai Azhelea!" Bisma langsung merangkulku membuat aku terkejut.

"Mmm... Bis, aku mau ngomong serius."

Aku menarik dia ke taman belakang sekolah yang selalu sepi, tidak pernah disinggahi murid-murid. Hanya aku dan Bisma yang sering kesini.

Aku duduk bersila di atas rumput, di bawah pohon palem, diikuti olehnya.

"Kamu cinta nggak sama aku?" Tanya ku.

"Iya. Aku cinta sama kamu," jedanya, "kenapa tanya gitu? Kamu sendiri ada kan rasa sama aku?"

"Aku bingung Bis," jawabku, tak berani menatapnya.

"Kenapa?"

"Aku nggak merasakan apapun. Yang kurasakan hanyalah ... Aku nggak tahu."

"Jadi ... ?" Bisma mulai bingung denganku.

"Aku nggak tahu aku punya rasa atau nggak sama kamu. Aku takut nyakitin hati kamu. Aku ... Aku ... Mmm. Aku minta putus," jawabku ragu-ragu.

Dia terkejut, diam seribu bahasa. Tak ada kata-kata lain yang keluar. Aku merasakan kecupan hangat mengalir dari pipiku.

"Jangan. Aku nggak bisa," ucap Bisma, menarik perlahan pergelangan tangan ku.

"Maaf Bis, Ini keputusan ku."

Aku pergi meninggalkan Bisma sendirian. Tak sadar airmataku membanjiri pipiku.

Sejak saat itu aku selalu menyesali, memikirkan dia. Semakin aku coba melupakan semakin sulit. Dan aku baru tahu jikalau aku sebenarnya mencintainya. Aku menyesal atas perkataan ku yang lalu. Ternyata itu sangat menyiksa ku.

"Kok begong aja Le. Lea kenapa?" Tanya Bisma.

"Nggak kenapa-kenapa kok, Bis," ucap ku, "eh lo kenapa pingsan?"

"Kan gue kena bola, bukannya lo liat tadi? Kan ini gara-gara gue ngeliatin lo dari lapangan."

"Oh, Lo nyalahin gue? Udah mata lo juga yang pecicilan!"

"Bodo ah! Gue sayang sama lo." Aku diam dengan apa yang diucapkannya. Selalu seperti ini. Membuat aku bersalah akan kejadian itu.

Gue juga kok Bis. Eh percuma udah telat.

"Eh gue masuk kelas ya. By—" Bisma memotong omonganku.

"Temenin gue disini." Dia menggenggam tanganku erat. Mau tak mau aku harus mengiakannya.

💙💚💛💜❤️💙💚💛💜❤️💙

Thanks for reading! Jangan copas ya sayang ntar aku kick beneran ;)
Jangan lupa votes and comments

IG : conatasha

Mantan Zone (DALAM PROSES PENGEDITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang