Masalah besar (-)

4 3 0
                                    

"Pagi, Mah. Pagi, Yah." Nina menyapa kedua orang yang tengah menikmati sepiring nasi goreng sambil sesekali berbincang. Kemudian mencium pipi kedua orang tersebut.

"Pagi Sayang. Ayok sarapan dulu. Mama udah bikinin nasi goreng spesial kesukaan kamu. Nasi goreng udang mozarella."

"Tapi pagi ini Nina harus datang lebih awal. Kalau sarapan dulu Nina pasti kesiangan."

"Lho, lho. Tumben. Ada apa? Kenapa semalam gak cerita sama Mama?"

"Nanti aja Nina jelasinnya. Udah siang. Nina berangkat dulu ya. Assalamualaikum."

Melihat tingkah putrinya pagi ini, Halimah dan Santoso saling pandang. Mereka sama-sama mengerutkan kening. Pasalnya Nina tidak pernah melewatkan ritual pagi. Yaitu sarapan. Namun pagi ini, jangankan sarapan, sekedar minum cokelat hangat saja, tidak.

"Wa'alaikumsalam."

***
Di ujung jalan komplek, seorang pemuda yang bernama Ardi tengah duduk di atas motor ninjanya sambil sesekali melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.

"Sorry nunggu lama," ucap Nina yang baru saja muncul dengan napas sedikit tersengal.

"Mau ngomongin apa, sih?" tanya Ardi dengan posisi tetap duduk di atas motor.

"Nggak di sini. Sekarang buruan kita pergi. Keburu ayah lewat. Entar liat kita lagi."

Meski dalam keadaan buru-buru, Ardi tidak pernah lupa untuk memasangkan helem di kepala Nina. Setelah itu barulah Ardi menyuruh Nina naik ke atas motornya kemudian tancap gas.

Sepanjang perjalanan, Nina terdiam. Ini membuat Ardi merasa aneh. Apalagi semalam Nina mengirim pesan singkat jika ada hal serius yang ingin dia beritahukan.

Di dalam pikiran Nina, Nina tengah berusaha menyusun kata agar nanti dirinya tahu hal mana yang harus Nina katakan terlebih dahulu kepada Ardi.

"Di." Nina mulai membuka topik pembicaraan setelah Ardi menepikan motornya di sebuah taman yang tidak jauh dari sekolah. "Aku mau kamu berjanji, kamu gak akan pernah ninggalin aku untuk selamanya."

Ardi mengerutkan dahi mendengar kalimat yang terlontar dari mulut gadis yang tengah berdiri di hadapannya. Nina benar-benar bertingkah tidak seperti biasanya. Biasanya Nina enggan membahas hal semacam ini. Nina selalu berkata jalani saja. Untuk akhirnya kita lihat nanti. Namun pagi ini tiba-tiba kalimat yang tidak pernah terduga terlontar dari mulut mungilnya.

"Kamu kenapa, sih, Nin?"

"Aku gapapa. Hanya saja ada hal besar yang harus kamu tau?"

"Apa?"

Nina terdiam. "Kamu harus janji dulu gak akan ninggalin aku sampai kapanpun."

"Iya kenapa?"

"Janji?"

"Iya."

Nina menarik napas panjang. Kemudian menatap Ardi dengan penuh kecemasan.

"Ada apa sih? Kamu natap aku kok gitu banget?"

Nina masih terdiam.

"Hey!" Ardi melambaikan tangan di depan wajah Nina. "Are you oke?"

"Di ...."

Ardi mencondongkan tubuhnya. "Iya?"

Nina menggigit bibir bawah. "Aku hamil," lirihnya cenderung tidak terdengar.

"Apa?!"

"Aku hamil." Nina mengulangi ucapannya.

"Enggak-enggak. Kamu pasti bercanda. Enggak mungkin kamu hamil." Ardi mengayun-ayunkan lengannya ke sembarang arah dengan tubuh sedikit diputar.

Aku BisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang