Bab 3 Jati diri

4 1 0
                                    

Aku akan jadi apa, aku akan seperti apa nanti di masa depan, pertanyaan yang bertarung dalam pikiran remaja SMA. Berharap untuk masa depan yang berlebih akan menyakiti, namun menata masa depan sangatlah penting. Kehidupan seseorang kadang tak terduga, hal-hal yang mungkin hanya khayalan dan senda gurau, bisa saja terjadi di masa depan.

Keakraban yang terjalin antara Anjani dan Surya, tidak diketahui oleh para anggota OSIS, dimana Anjani menganggap bahwa keakraban tersebut hanya sebatas rekan kerja organisasi, bahwa keakraban tersebut bisa meningkatkan kinerja Sekretaris OSIS dan MPK. Anjani yang sering bertanya pada Surya akan hal-hal yang belum ia pahami, membuat Surya mengetahui bagaimana seorang Anjani. "Anjani, nanti kalau masih ada yang belum dipahami, tanyain aja ya ke Kakak" ucap Surya meninggalkan Anjani di meja sekretaris, "Baik kakkk" ceria Anjani dengan senyuman manisnya. Setiap malam Surya mengirim pesan, alih-alih mempertanyakan apa saja yang belum dikerjakan oleh wakil sekretaris, Anjani menjawab dengan sopan santun. Anjani yang mudah mengagumi seseorang namun bingung apakah dia merasakan itu sebuah cinta atau bukan. Kekagumannya terhadap Gavin mulai reda, entah apa yang terjadi dengan Anjani.

Kehidupan di sebuah organisasi yang penuh suka dan duka, ospek yang pasti dilaksanakan secara rutin oleh kakak kelas. Namun anehnya, Surya tidak pernah menyudutkan Anjani, hanya Kakak-kakak kelas lain yang menyudutkannya. " Gue bingung Jan, mau marahin kamu tapi kamu udah kerja dengan bagus, karakter kamu sudah terbentuk sesudah ospek perekrutan anggota baru, kamu terbaik Jan,,, buat gue dan juga organisasi" ujar dalam hati Surya, menatap dari kejauhan.

Anjani pasti menangis ketika adanya kegiatan ospek. Surya yang hanya bisa diam, menatap dikejauhan. " Aku bingung, udah capek diginiin teruss, kapan sihh gak diginiin lagi, serba salah" rengek dalam hati Anjani.
Anjani sering mendengarkan keluh kesah orang lain, baik itu tentang keluarga, pertemanan, maupun percintaan. Anjani belum pernah memiliki pacar, namun banyak teman-temannya menganggap Anjani adalah penasihat yang baik. Bahkan untuk bercerita atau curhat pada temannya Anjani sangat, sangat jarang melakukannya, sampai pada keluarga sendirinya pun Anjani tak bisa terbuka.

Anjani mengeluh dan berbicara sendiri dibawah pohon dengan pandangan kosong, meneteskan air mata, " Aku pengen  hidup tenang dulu, tapi aku sekarang capek banget, mau itu Maslah organisasi, atau keluarga yang selalu bermunculan, apa sekarang aku lemah, setelah ayah meninggalkan aku?".
Kebetulan sekali, tempat duduk dibawah pohon tersebut di depan ruang tata usaha, dimana Gavin duduk membelakanginya, mendengarkan semua yang dikatakan Anjani.

" Kamu wanita kuat Jan" perkataan yang lebih mengarah menyemangati yang diucapkan dengan datar oleh Gavin yang membangun kan Anjani dari tatapan kosong nya. Berlari lah Anjani dengan tergesa-gesa, tanpa melihat siapa yang bicara namun dia tahu siapa dia. " Jannnn kenapa sih kamu bisa-bisanya ngomong gitu sendiri kadengeran lagi sama kak Gavin, kalau nanti aku dipojokkin, dimarahin sama Kaka kelas lagi gimana, mungkin ini jadi suatu permasalahan". Rewel Anjani meninggalkan tempat duduknya.

Berfikir bahwa dirinya sedang memiliki tekanan mental, Anjani meredakan segala tekanan itu dengan memakan makanan pedas, sudah 4 hari Anjani hampir setiap jam makan, hanya memakan pedas saja. "
Gavin dan Surya sedang berbincang-bincang, walaupun Gavin sudah menjadi purna tapi tetap mengayomi adik kelas nya tersebut, " Gimana kabar Anjani?" Pertanyaan Gavin yang muncul ditengah perbincangan, " Anjani sakit kak, udah 4 hari dirawat di rumah sakit, asam lambungnya kambuh lagi", jawab Surya dengan sedih, "Ouh" pungkas Gavin singkat.

"Anjani, sebenernya Kakak itu sayang banget sama kamu", ujar Surya duduk di samping Anjani yang sedang terbaring tidur dengan infusan yang baru saja diganti oleh suster. Kondisi Anjani yang semakin nge drop, belum ada perkembangan mengenai kesehatan Anjani.

" Stress akan hal sesuatu juga bisa menyebabkan asam lambung naik, kecapean, dan porsi makan yang tidak teratur" ucap dokter pada Surya di ruangan konsultasi. "Anjani kamu harus sembuh" reluk hati Surya.

Apa maksud semua yang dilakukan Surya ini benar-benar menyayangi Anjani. Belum banyak yang mengetahui Surya seperti ini pada Anjani. Anjani sendiri pun tidak menyadarinya. "Arghh, sakittt" memegang perut dengan memegang infusan Anjani keluar dari kamar dengan maksud ingin mencari angin. Tanpa disangka-sangka Kaka kelasnya yang sudah melihat Anjani dari kejauhan sedang kesakitan, berlari menghampiri nya. "Brugh" Anjani tergeletak lemas tak sadarkan diri,."Jannn, bangun, Jannn bangun" kak Sari menggoyahkan badan Anjani, namun hanya terdengar suara kecil dari mulut Anjani " sakittt, capekk". Dimana purna yang datang ada empat orang, Sari, Gavin, Luna, Bagas. Dengan gesit Gavin memboyong Anjani kembali ke kamarnya.

AsaGaJanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang