Bab 5 (keinginan)

4 0 0
                                    

"Tuh kan jadi lemes lagiii Anjani kak", melihat tangannya sendiri di pegang oleh Gavin, kemudian langsung dilepas begitu saja dengan kasar oleh Gavin, dan menatap heran apa yang dikatakan Anjani.
"Aduh" celetuk Anjani berlari pergi dari hadapan Gavin.Dirinya telah mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tak ia keluarkan. Bingung apakah Anjani kembali mengagumi Gavin? Atau ada yang lain?. Namun, tak banyak berfikir, Anjani menekadkan dirinya bahwa sekarang dia sudah tak mengagumi Gavin lagi.

Aura yang banyak bicara, sering bercerita bahwa dirinya ingin sekali bisa menjadi manusia sesungguhnya, dalam kata lain dia ingin menjadi orang yang sukses seperti apa yang dia inginkan. " Ra nanti pulang sama aku aja ya" ujar Arkan yang sedang berjalan disamping Aura, " Ayoo, kebetulan paman aku juga gak bisa jemput untuk hari ini". Sudah banyak sekali topik pembicaraan yang mereka lakukan dari awal perjalanan hingga sampai rumah Aura. "Hati-hati Arkan pulang nyaa!!..." Seru Aura penuh ceria, " iya Raaaa, duluan yaa" jawab Arkan dengan melambaikan tangan.

Ekstrakurikuler seni musik dan vokal yang sedang berlatih bersama, dengan Lia yang kurang akrab dengan semua anggota ekstra tersebut. Namun, sudah ada beberapa orang yang mau berteman dengannya. " Kamu Lia, nanti dilatih Alen ya..." Perintah pembina seni pada Lia, " baik pak" jawab Lia.
" Yaaa gak papa lah sama kak Alen juga, baik, plus ganteng juga" senyum dengan suara hati nya.
   Perkenalkan Alendra Prajid, ketua ekstrakurikuler seni semua bagian, yang sudah Lia cencem, dan kagumi. Lia yang memang mudah akrab dengan orang, juga mudah mengakrabkan diri dengan Alen.

Dilain hari Anjani, Lia, dan Aura ngobrol santai, yaa seperti cewek-cewek pada umumnya. "Aura.. Lia... gimana ya kalau nanti misalkan aku tuh nikah sama kak Gavin tanpa disangka-sangka, tanpa pendekatan apapun" ucap Anjani dengan tatapan lurus ke depan dengan kosong, "uhuk uhuk.." Lia tersedak ketika makan basreng rasa kejunya, di samping itu Aura hanya melongo, wajah bingung nya dengan menahan tawa dengan apa yang telah diucapkan Anjani. "Lah lo.. Jan ada-ada aja, ya masa iya sih Lo sama kak Gavin nanti nikah" celetuk Aura dengan ketawa ngakak, "iya juga sih, tapi barusan lewat aja dipikiran aku tau..." Jawab Anjani yang masih setia dengan tatapan kosong nya, "kesambet kali Lo mah Jan" jawab Lia sambil nahan ketawa, Anjani hanya terdiam tidak menghiraukan apa yang dikatakan sahabatnya itu.

Aura, dan Lia yang sudah pernah pacaran, walaupun itu hanya cinta monyet, sering menjadi bahan pertanyaan oleh Anjani, " Ra, dulu pas pacaran kalau chatting an suka ngobrolin apa aja?"Tanya Anjani, Aura menjawab dengan simple " yaaa gitu aja, sharing pengalaman, ataupun kegiatan hari ini", "ouhh cuma gituu, kalau kamu ya gimana pas dulu?" Pertanyaan kembali yang Anjani berikan, " yaa sama aja sihh gituu" jawab Lia yang sudah jengah dengan pertanyaan aneh dari Anjani.

" Raaa, yaaa, menurut aku tuh yaaa kalau pacaran kayaknya membosankan, dan juga lebay. Soalnya kan aku sendiri belum pernah mengalami yang namanya pacaran, padahal kalau mau chatting an kayak gitu juga bisa sama temen sekelas gak sihh?" Ucap Anjani dengan penuh kegirangan.

Lia sendiri yang bercita-cita ingin menjadi seorang sastrawan, selalu banyak membaca berita tentang fakultas-fakultas yang ada di Indonesia yang menurutnya yang lebih bagus.

Di perjalanan pulang setelah menjemput teh Puji, Anjani mengatakan " teh gimana kalau nanti menjadi seorang penulis?", " Yaaa kalau memang itu sudah menjadi pilihan Dede, dan mungkin itu nanti menjadi takdir jalanin aja, selagi Dede sudah niat menjadi seorang penulis" jawab Puji dengan sepenuh hati, " tapi kak, kemarin ya ada guru bahasa Sunda, katanya Anjani jadi guru bahasa Sunda aja, soalnya makin kesini tu yang dari SMAN 1 Sudirman belum ada lagi guru bahasa Sunda", Puji menjawab, " kembali lagi ke kamu aja de itumah yaa, pikir-pikir aja dulu, Dede mau jadi apa, pilihan ada di kamu sendiri",

  Diawali dengan menyukai kegiatan baru nya yaitu menulis, Anjani sudah baru mencetak 1 buku hasil karyanya, dimana buku tersebut merupakan Antalogi cerpen.

Menulis menjadi sebuah hobi baru bagi Anjani. Pernah tersirat sewaktu awal semester dia ingin menjadi seseorang yang mungkin bisa disebut multitalent " bisa enggak yaa nanti aku jadi seseorang yang mungkin disebut multitalent?" Bertanya pada dirinya sendiri.

" Haiii yaaaaa, mau ikut latihan dong, mau belajar main gitar nihh" serunya pada Lia, " ayo Jan, sama aku diantar ke ruang seni ya, disana ada kak Gavin lagi belajar bareng sama kak Alen" jawab Lia, Anjani yang sudah tak ada lagi rasa kagum pada Gavin hanya bisa ber oh ria saja.

Mengubah topik pembicaraan Anjani bertanya, " eh yaa kan kamu itu bukannya suka ya sama kak Alen? Gimana sekarang?", Lia bicara dengan senyum malunya " Jannnn sebenarnya aku tuh sekarang udah jadian sama kak Alen", " lah kok gak ngasih tau aku sih, jahat banget yaaa" ucap Anjani dengan kesal.
" Maluu tauu, aku yang kek gini pecicilannya minta ampun, bisa dapetin Kak Alen, takut ada omongan orang yang gak suka, pliss aku kan baru sekarang lagi punya pacarrrrr jannnnn" jawab Lia dengan penuh kegirangan, " iya deh, aku rahasia in juga dong ya?" "Iya lah Jannn" jawab Lia.

Anjani yang sering kewalahan menyimpan banyak nya rahasia para sahabatnya, sampai lupa rahasia apa saja yang telah dia punya dari sahabat-sahabatnya itu.
Berjalan dengan cepat setelah keluar dari kelas, Anjani, Aura, Lia pergi ke Om Wiryo penjual terlaris di sekolah SMA Negeri 1 Sudirman. " Gak kuat banget pengen seblak buatan om wiryooooo..." Ujar Anjani sambil berjalan, " eh Jann itu ada kak Gavin lohh" aura mencubit Anjani yang mungkin bicara nya yang keras, membuat Gavin melihat mereka, tapi Anjani hanya berjalan tak menyadari itu, " hah.... Apa raaa? Mau seblak juga kamu?" Tanya Anjani dengan polos, "hufttt... Gak tau ah Jan kamu tu bikin kesel ajaa" rengek Aura, Lia hanya bisa menertawakan mereka.

  

AsaGaJanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang