Bab 4 selain keluarga

4 0 0
                                    

Keluarga Anjani yang memiliki kesibukan masing-masing, hanya bisa menjenguk sebentar. Ibunya, hanya datang mengantarkan pakaian dan beberapa makanan ringan untuknya. Anjani yang hanya bisa mengatakan udah baikan kok, enggak apa-apa kok mah, dari dulu sampai saat ini masih seperti itu.

Kak Sari, Gavin, Luna, dan Bagas, yang sedari tadi menunggu nya sadar, sedang duduk dan berbincang. Membuka mata melihat ke samping, Anjani terkejut " Astaghfirullahal'adzim" memaksakan diri untuk bangun dari posisi tidurnya."gak apa-apa jann tiduran aja duluu yaa" gesit ka Sari yang langsung menghampiri nya.

"Kalian bisa enggak tinggalin kita berdua disini?" Tanya Sari pada ketiga temannya itu. Sari tahu bahwa ada yang ingin diceritakan oleh Anjani padanya, hanya dia yang bisa membuat Anjani bercerita apa yang sedang dia alami apapun itu. " Jan cerita aja, jangan dipendem sendiri yaaa, nanti makin sakit lohh kamu jann, Kaka gak mau adik kelas yang hebat seperti Anjani sakitt" ucap Sari, dengan mata yang berkaca-kaca. Menangis dengan terisak-isak Anjani mengatakan " kak aku capek, pikiran aku capekk kak, Anjani bingung harus gimana".
Sari memeluk Anjani dengan erat dan menenangkannya. Setelah itu Anjani sudah merasa tenang, dan sekarang Anjani sudah mulai bisa makan.

Semua yang menjenguk Anjani sudah berada didalam. Gavin yang hanya diam sedari tadi, berbeda dengan sari, Luna, dan Bagas yang berbincang dengan Anjani.
" Vin Lo dari tadi diem Mulu deh, sini gabung dong, gak seru amat sih Lo.." celetuk Bagas dengan menarik Gavin untuk mendekati perkumpulan nya. Anjani yang dulu selalu Tremor ketika ada Gavin, namun sekarang tidak seperti itu lagi, hanya tersenyum yang bisa dilakukan nya sekarang.

Gavin yang sibuk sendiri dengan laptopnya, membuat jengah Sari," Vin gue, Bagas, sama Luna mau pulang duluan, Lo bareng gak sama kita?", " Duluan aja, sedikit lagi ini selesai" jawab Gavin yang terfokus pada laptopnya, "okedeh, duluan yaaa Jan , vinnnn!!" Seru mereka bertiga.

Hening menguasai ruangan, Anjani yang sedang tiduran membelakangi Gavin masih terjaga, yang memang gak enak kalau Anjani tidur, tapi masih ada tamu. "Tidur aja Jan, nanti kakak langsung keluar kalau udah selesai" ucap Gavin, " iya kak" singkat Anjani." Iya deh, cepetan pulang aja kalau bisa, pengen tidurrr, susah mau tidur juga kalau ada tamu" rengek dalam hati Anjani.

Saking lamanya Anjani menunggu Gavin agar segera cepat selesai, dia yang sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya dari tad, tidur terlelap membelakangi Gavin.
" Alhamdulillah, bisa ngejar deadline" ucap Gavin dengan penuh rasa lega. Yang dikerjakan Gavin sedari tadi, adalah keharusan baginya untuk menyelesaikan pekerjaan organisasi luar yang dia ikuti, tak bisa dinanti-nanti karena Gavin baru bisa mengerjakannya hari ini.
Menatap punggung Anjani yang sudah tidur sangat pulas, Gavin merasa bersalah karena sudah mengganggu waktu istirahatnya. Berjalan menghampiri, dan Gavin membenarkan selimut yang dikenakan oleh Anjani dengan menyampaikan " cepet sembuh Jan" dengan sangat lemah lembut.

Pagi, diwaktu sekolah jam pelajaran kedua yang kebetulan sedang kosong, Surya mengabari Anjani, bahwa dirinya akan datang menemui Anjani di rumah sakit nanti. " Haii Suryaaa, lagi ngapain nichh?" Seru Agnes yang dari dulu berusaha mendapatkan Surya, " hai, biasa lagi duduk aja" jawab Surya dengan terpaksa.

Agnes si pembuat onar atau dikenal sebagai leadis nya sekolah SMA Negeri 1 Sudirman yang sering membuat anak-anak cewek merasa kurang nyaman dengan prilakunya tersebut. Agnes yang belum menyadari bahwa Surya sudah menyukai seseorang, hanya bisa terus nempel pada Surya.

Sore hari dimana Surya sudah ada di dalam ruang inap Anjani, mengobrol ceria, banyak sekali yang topik pembicaraan yang mereka tukar, " Jan, Kaka tau kok kamu capek dengan pendidikan karakter di organisasi ini, yang mungkin diluar organisasi juga kamu banyak tekanan, tapi kamu harus kuat, jangan nyerah, karena ini sudah pilihanmu, jadi ini juga menjadi tanggung jawab kamu yaa" ucap Surya diakhiri mengelus kepala Anjani, " siap kak, aku jalani semua ini dengan ikhlas ko" dengan senyuman singkat nya.
Anjani tidak merasa baper ketika Surya mengelus kepalanya, dia malah jadi geli, " ih kok kak Surya gituu" ucap dalam hati Anjani bergidik geli.

Sudah satu Minggu dirawat di rumah sakit, kondisi Anjani kini pulih, tapi dokter memberikan pesan bahwa Anjani jangan berpikir terlalu keras, jangan telat makan, jangan kecapean juga.
Merasa memiliki keluarga selain keluarga dirumah itulah alasan Anjani yang sangat suka mengikuti berbagai organisasi. Dimana dia bisa belajar, bagaimana di organisasi ini berjalan, bagaimana organisasi itu berjalan, bisa menjadi sebuah pelajaran untuk diri menempatkan sikap, menyesuaikan diri di tempat baru dan orang baru.

Berfikir jika masa-masa SMA dia hanya menjadi siswa atau siswi biasa, apa yang dia dapatkan untuk bekal nanti.
Kadang lebih banyak berfikir, gimana sih rasanya jadi siswa-siswi yang gak ikut apa-apa, tinggal pulang ke rumah, makan, main, mandi tidur.

Suasana kantin sepi, Anjani duduk sendiri tanpa Aura dan Lia, memakan coklat yang sangat dia sukai dengan mendengarkan di earphonenya.

"Enakk banget ya Allah, sukaaa dehh, apa beli lagi aja ya buat nanti dirumah, bisa sambil ngemil coklat kalau ngerjain tugas" ucap Anjani dengan riang, yang masih mendengarkan lagu.

"Astaghfirullah" kaget Anjani,.yang ternyata telah ada Surya yang membagi earphone Anjani dengan nya, dengan memberikan seutas senyum pada Anjani.
" Ya Allah kak, ngagetin aja" ujar Anjani menenangkan diri.

"Jan jangan makan coklat terus yaa, kan kamu sakit maag, nanti kambuh lagi gimana, gak bisa ngerjain tugas sekretaris loh" ucap Surya, " justru kak, Anjani bisa semangat,. kembali happy itu ya makan coklat" jawab Anjani dengan meyakinkan.
" Tapi kan, kalau mau makan coklat itu jangan banyak kayak gini, ini tuh berlebihan tau Jan...." Ucap Surya mengambil semua coklat yang ada didepan Anjani.

Dengan murung Anjani menjawab " iya kak...". Tak bisa menolak, mungkin itu semua demi kesehatan Anjani juga, sehingga dia juga mematuhi perkataan Surya.

Tak ada rasa, selain menganggap bahwa semua orang yang ada di organisasi ini adalah keluarga nya di sekolah. " Jan nanti, bantuin bikin persuratan lagi ya, sama laporan akhir kegiatan, kalau misalkan gak kuat gak papa, gantian sama Kakak aja, kamu harus banyak istirahat jugaa" ucap Surya, "baik kak, dikerjain duluan aja ya sama aku, biar cepet selesai juga" jawabnya, "iya silahkan Jan, jangan lupa istirahat ya.." Anjani langsung pergi pamit untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Berlari menuju ruang OSIS, Anjani terkejut sekaligus senang, ketika melihat Aura yang sedang mengobrol dengan Arkan, walaupun mereka belum begitu akrab. "Brugh" barang-barang Anjani terjatuh dan menumpahkan jus nanas pada seragam yang rapih dan bersih, akibat bertabrakan dengan Gavin, " astaghfirullah, maaf banget kak, ya Allah kak, gimana ini" dengan terburu-buru Anjani membersihkan noda jus  di bagian dada seragam Gavin, " ga usah Jan" dengan muka datar menghentikan tangan Anjani, dan pergi.

AsaGaJanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang