Sebelum baca jangan lupa vote dulu ya bestie!
H A P P Y R E A D I N G!!
︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽
Guyuran hujan sore itu ditemani deru bising kendaraan bermotor menyibak tirai hujan dengan berani. Terpaksa. Mungkin itu yang membuat mereka melaju mengabaikan rasa sakit akibat tetes hujan yang terus menerus menghujam.
Terpekur di tempatnya duduk, memandang jalanan yang biasanya berdebu berganti dengan genangan air yang berkumpul dan berakhir menuju sungai.
Ia menenggelamkan wajahnya, melamun sambil memainkan jari jemarinya di meja kaca. Suara riuh beberapa anak terdengar. Harusnya mereka sudah pulang sejak tadi, tapi sama sepertinya hujan deras berhasil menahan langkah mereka.
Tak dapat yang ia perbuat sekarang, hanya melamun membunuh waktu yang seolah lambat berjalan. Matanya beralih menatap tumpukkan brosur tempatnya bekerja bersiap akan promosi besar-besaran. Nafasnya dihembuskan dengan kasar memilih menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil menatap langit-langit dengan perasaan tak karuan.
“Lu tau nggak sih, cowok yang gue ceritain tempo lalu?” tanya seorang gadis dengan antusias.
Yang disebelahnya mengangguk sembari mengingat cerita temannya tersebut. “Kenapa?”
“Gue—gue sama dia jadian, kayak nggak nyangka aja gue,” jelasnya menggebu.
Sementara gadis kuncir kuda yang sedari tadi diam menyimak itu bersiap dengan perkataannya, “Lagian apa kerennya tuh cowok! Aneh tau nggak? Orang seaneh di kelas dan orang seaneh satu angkatan.”
“Itu kan pendapat lu, lu aja kali iri,” bela seorang gadis tak terima kekasihnya diberikan nilai jelek.
Hujan yang mereda membawa langkah tiga gadis itu untuk berlalu pergi, berpamitan ala kadarnya dengan seutas senyum menyapa. “Kak, kami pulang dulu ya.”
Ia mengangguk membalas dengan senyuman sebelum berujar untuk formalitas. “Hati-hati.”
Tak lama seorang pria dewasa keluar dari ruangannya dengan mata memerah dan wajah lelah ia menyampirkan tas abu-abu dipundaknya.
“Kak, ayo pulang, mumpung hujan sudah berhenti.”
Ia menggeleng, tak ingin pergi. “Saya disini aja pak, bapak kalau mau pulang duluan saja, masih ada yang harus saya bereskan.”
Pria itu mengangguk bersiap dengan motornya dan helm miliknya. Sebelum pergi ia berpesan. “Jangan lupa dicheck lagi ya kak pintunya sebelum pulang.”
“Iya Pak.”
Deru motor pria tersebut terdengar menjauh pergi, bersusulan dengan kendaraan lain. Begitu juga beberapa orang yang sempat berteduh di depan teras tempatnya bekerja.
Ia berbohong. Tidak ada yang menahannya, hanya saja ia ingin menikmati aroma khas tanah yang terbasahi oleh air hujan. Petrichor, informasi itu yang ia tau dari aplikasi pencarian.
Benda pipih di dalam tasnya bergetar, ia yang tengah mengunci pintu utama dengan cekatan mengambil benda tersebut untuk ditempelkan di kupingnya. “Halo, Ma?” sapanya.
“Kamu dimana?”
“Di tempat les, Ma.”
“Kapan pulang? Mau dijemput pakai payung?” tanya seorang wanita di sebrang sana.
Sambil menurunkan rolling door ia tersenyum. “Biar saya bantu,” ucap seseorang menurunkan pintu dari besi itu untuk dirinya.
“Terimakasih ya, Mas.” ia masih sibuk dengan telfonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL IN HIRAETH
RomanceKisah lama itu kembali terputar, potongan memori yang sejujurnya telah lama ingin ku tutup dengan rapat. Semuanya tentangmu, senyummu, tawamu, dan bagaimana caramu menatapku dengan istimewa. Satu yang pasti, satu yang membuatku menggila. Saat awal b...