Aku melihatmu di ujung jalan itu. Kau menoleh ke arahku sembari tersenyum dan aku mengejarmu. Namun, semakin aku mengejarmu, kau semakin terlihat jauh sehingga tanganku tidak sanggup menggapaimu. Aneh, padahal rasanya kau sangat dekat, tetapi juga sangat jauh.
Mengapa? Mengapa ini terjadi? Mengapa kau tidak menungguku? Mengapa kau berlari terlebih dahulu tanpaku? Mengapa kau menunjukkan senyuman seperti itu? Mengapa aku yang selalu mengejarmu? Mengapa aku yang harus selalu datang kepadamu, sedangkan kau saja tidak memedulikanku?
Apa kehadiranku tidak diperlukan lagi dalam hidupmu? Apa aku harus sadar diri bahwa sudah ada dia di sampingmu? Apa aku harus berbalik arah? Apa aku harus berhenti berlari ke arahmu? Apa aku harus melupakan semuanya? Apa bisa aku melakukan itu semua? Apa aku berhak untuk memutuskan itu?
Ya. Seharusnya aku melakukan ini sejak dahulu sehingga luka yang kau berikan dan kau tinggalkan tidak akan terlalu dalam dan membekas di hati dan pikiranku. Namun, begitu naifnya aku karena aku masih saja memaafkan dan menaruh harapan besar terhadapmu hingga kenyataan menghempaskanku sampai ke dasar-dasarnya.
Saat aku benar-benar terjatuh, sebuah tangan terulur di hadapanku. Saat kudongakkan kepala, di wajahnya terdapat senyuman yang sangat tulus dan hangat. Sebuah uluran tangan yang membuat semua duniaku berubah. Membuat duniaku memiliki berbagai musim. Membuatku menyadari akan suatu hal yang sangat penting dalam hidupku. Karena itulah, dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku mengucapkan terima kasih sudah mau mengulurkan tanganmu untuk orang sepertiku.
Kau berjongkok di hadapanku sembari menghapus air mata dan semua kesedihanku. Membiarkanku menangis sepuasnya sampai merasa lega dan setelah itu memberikan pelukan yang hangat dan nyaman hingga membuatku melupakan semuanya. Bahkan kau bersedia mendengarkan semua ocehanku dan dengan sabar menghadapi semua tingkahku. Kau juga tidak henti-hentinya memberikanku nasihat dan kalimat penyemangat.
Sederhana. Namun, itu mampu membuatku jatuh cinta kepadamu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano 2 [ON GOING]
Ficção AdolescenteSekuel kedua Silvano Harap follow dulu sebelum membaca. Lo itu ibarat Hb yang sebenarnya membutuhkan O2, tapi lo malah tertarik dengan keagresifan CO. *** Hanya orang yang benar-benar sayang dan cintalah yang mau berjuang demi orang yang dicintainya...