SOROT BALIK

6 7 0
                                    

Seorang anak perempuan sedang bermain bersama kakak laki-kakinya di halaman belakang rumahnya. Meskipun hidupnya sederhana, ia bahagia memiliki orang tua dan seorang kakak laki-laki yang menyayanginya.

"Kak Shiota!"

"Hm? Ada apa, Jisu?"

"Aku ingin es krim," jawab Jisu. "Tapi, jangan sampai mama tahu."

"Baiklah," kata Shiota. "Ayo!"

Jisu dan Shiota berjalan ke luar rumah. Mereka berjalan dan sampailah mereka ke tujuan mereka. Mereka melihat penjual es krim yang berjualan di pinggir jalan. Shiota membeli es krim yang diinginkan oleh adiknya.

"Mengapa kakak hanya membeli satu? Apa kakak tidak menginginkannya?" tanya Jisu.

Shiota terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak pandai berbohong. Shiota pernah berbohong. Namun, Jisu mengetahuinya. Dan jika sekarang ia berbohong, ia tahu jika Jisu akan tahu.

"Bolehkah aku meminta satu sendok untuk es krimku?" tanya Jisu.

"Boleh saja, dik," jawab penjual es krim.

Setelah mendapatkan sendoknya, Jisu menarik tangan Shiota. Mereka sampai di taman. Di taman, mereka duduk di kursi taman. Jisu menyendok es krim di tangannya dan meminta kakaknya untuk membuka mulutnya.

"Ayo buka mulutnya, kakak," pinta Jisu.

"Kakak tidak mau, Jisu," kata Shiota. "Kalau kakak mau, kakak bisa membelinya sendiri."

"Kakak mau akting seperti apapun, Jisu tahu."

"Kakak tidak berakting, Jisu."

Jisu diam. Ia berpikir bagaimana caranya. Seperti sebuah lampu menyala, ia mendapat sebuah ide. Ia menunduk dengan ekspresi wajah sedih.

"Aku ingin es krim," kata Jisu membuat Shiota menatapnya. "Tapi, aku ingin memakannya bersama kakak."

Ekspresi wajah dan kata-kata yang sesuai untuk aktingnya. Shiota menatap adiknya dengan es krim di tangannya.

"Jisu....?"

Jisu menoleh dan melihat kakaknya.

"Kakak minta maaf, ya."

"Hm, ada syaratnya," kata Jisu. "Buka mulutnya, kakak."

Shiota menurutinya. Ia membuka mulutnya. Jisu menyuapi kakaknya.

"Enak," kata Shiota. "Terima kasih."

"Hm? Seharusnya, aku yang berterima kasih," kata Jisu.

"Kalau kau berterima kasih pada kakak, berarti kau menerima sesuatu dari kakak dengan utuh, bukan?"

"Ya, itu benar. Es krim ini jadi milikku. Aku yang berhak atas es krim ini," kata Jisu. "Berarti, aku boleh membagi es krim ini dengan kakak, bukan? Karena, untuk apa aku makan es krim ini seorang jika kakakku sendiri tidak merasakannya. Padahal, aku bisa memakan es krim ini karena dibelikan oleh kakak."

•••

Jisu dan Shiota berjalan pulang. Jisu berterima kasih kepada kakaknya untuk hari ini. Meskipun Shiota hanya mampu membelikannya es krim, tapi Jisu tetap bahagia. Sesampainya di rumah, terlihat rumah mereka berantakan dan terdengar suara tawa beberapa orang. Jisu berdiri di belakang kakaknya, Shiota. Ia ketakutan dan meremas baju Shiota. Shiota melihat ke arah adiknya dan tersenyum. Meskipun tidak menghilangkan raut wajah ketakutan Jisu, Shiota tetap meyakinkan adiknya jika semua baik-baik saja.

Shiota berjalan perlahan menuju sumber suara. Sesampainya Shiota di sumber suara, matanya melihat papa dan mamanya bersimbah darah di lantai. Terlihat beberapa preman yang melihat Shiota dan Jisu. Di saat terakhirnya, mama Shiota memintanya untuk pergi. Shiota menarik tangan Jisu dan mereka lari. Beberapa preman itu mengejar mereka.

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang