“Masakan sudah matang. Siapkan semuanya untuk berpesta. Ajak teman-temanmu supaya semakin seru.” Masakan sudah matang. Siapkan yang banyak untuk berpesta. Jangan mempermalukan namamu dengan hidangan yang tidak cukup dengan jumlah tamu undangan. Lebih baik lebih daripada kurang. Tamumu tidak sedikit. Mereka tahu kau adalah ahlinya. Mereka akan datang untuk berpesta bersamamu. Menghabiskan waktu denganmu.
Pesta yang berkesan. Pesta yang sudah direncanakan sejak lama. Yang dipersiapkan pasti lebih baik. Kamu adalah bintang utama di pestamu. Kamu mempersiapkannya dengan baik. Menjadikan pestamu sebagai pesta terbaik yang pernah ada. Bersinarlah di pestamu! Jangan sia-siakan kesempatan itu! Karena kesempatan tidak datang dua kali.
“Menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin.”
•••
Jisu berjalan menuju ke tempat di mana ia pernah menjadi seorang pelayan. Nostalgia yang manis. Dulu datang sebagai pelayan. Sekarang datang sebagai raja, pembeli.
“Masih seperti dulu, ya,” gumamnya saat memasuki toko. Nuansa biru melekat di toko ini. Berjalan sembari menatap kue yang siap memanjakan lidah. Kakinya melangkah semakin dalam. Perlahan namun pasti, kenangan indah mulai masuk ke dalam otaknya. Ah, indahnya.
“Anika, aku pesan cheese cake. Aku pesan empat.”
“Baiklah. Mohon ditunggu.”
Jisu menunggu pesanannya. Jujur saja, terkadang ia merindukan tempat ini. Namun, ia khawatir jika identitasnya terbongkar. Silahkan saja jika mau menertawakannya. Ia tidak peduli. Karena itulah kenyataannya. Dan pada dasarnya, Jisu hanya seorang gadis yang kecewa dengan kejadian pahit yang menimpanya. Kehilangan keluarga, diinjak dan kehilangan orang yang ia sayangi. Jika ia bisa bertemu dengan keluarga dan orang yang ia sayangi, itu adalah sebuah hadiah terindah yang pernah ada untuknya.
•••
“Selamat ulang tahun, Miki.”
“Terima kasih, kakak.”
Cuek seperti biasanya. Tidak ada senyum di wajahnya bahkan untuk hari ini, hari spesialnya. Hanya mengambil rokok di atas meja. Rokok, ya. Membuatnya tidak lepas darinya. Ya, Miki adalah perokok aktif. Ia memperhatikan rokok yang terselip di jari tengah dan jari telunjuk tangan kanannya. Ia teringat dengan cincin yang ia pakai. Mengingatkannya pada seseorang. Tersenyum kecut.
“Kamu tidak mungkin kembali,” katanya. “Jika kamu kembali, aku akan bahagia. Karena itu adalah salah satu hadiah terindah dalam hidupku. Bertemu dengan orang-orang yang aku sayangi.”
“Menunggunya, ya,” suara seseorang mengejutkan Miki. Miki menoleh dan mendapati kakaknya.
“Tidak,” elak Miki. “Aku tidak menunggunya.”
“Bohong sekali,” goda kakaknya.
“Dia tidak mungkin kembali,” kata Miki. “Tapi jika dia kembali, aku akan bahagia.”
“Begitu, ya.”
“Jadi, tarik kata-katamu, kakak,” katanya sembari menyelipkan rokok itu di mulutnya. Ia mulai menikmati sebatang demi sebatang hingga mencapai batasnya, empat batang.
•••
Seorang perempuan sedang membersihkan rumahnya. Meskipun tidak cocok, Tapi ia tetap membersihkan rumahnya. Karena rumah adalah tempat di mana ia mengeluarkan semuanya dan membuatnya aman dan nyaman. Jadi, ia harus membuat rumahnya seperti itu.
“Aku rindu kalian,” gumamnya. “Sungguh. Aku ingin bertemu kalian.”
Sakit. Dadanya sakit. Ia meremas dadanya. Dan perlahan, air mata turun membasahi pipinya. Ia tidak peduli. Ini rumahnya. Tempat ia mengeluarkan semuanya. Namun kali ini, ia sendirian di dalam rumahnya. Ia terlihat seperti batu di luar, tapi kosong di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HADIAH
Teen FictionBiasanya, kamu akan mendapat sebuah hadiah setelah melakukan suatu hal positif, bukan? Mungkin, kamu menjawabnya dengan mengatakan bahwa kamu tidak memdapat hadiah dan tidak selalu mengharapkannya. Tapi, meskipun kamu tidak mengharapkannya, hadiah i...